AUA-I Referensi 06b
Pelajaran 06 | Pertanyaan 06 | Referensi 06a
Nama Kursus | : | APOLOGETIKA UNTUK AWAM I (AUA I) |
Nama Pelajaran | : | Filsafat Non-Kristen dan Kristen |
Kode Pelajaran | : | AUA I-R06b |
Referensi AUA I-R06b diambil dari:
Judul buku | : | Iman, Rasio dan Kebenaran |
Judul artikel | : | Kebenaran |
Pengarang | : | Stephen Tong |
Penerbit | : | Institut Reformed, Jakarta, 1996 |
Halaman | : | 60 -- 74 |
KEBENARAN
Pada waktu manusia belum kembali kepada kebenaran, ia selalu menganggap bahwa dirinyalah kebenaran itu. Akibatnya, semakin lama ia hidup di dunia, ia menjadi semakin kukuh dan semakin menganggap dirinya benar. Inilah kelemahan manusia. Kekakuan ini dapat berlanjut terus, sampai akhirnya ia memutuskan bahwa dirinya tidak dapat bersalah. Sampai tingkat ini, ia telah mempersamakan diri dengan Allah. Pada saat seperti itu, Tuhan akan tidak senang dan membiarkan ia mati saja. Maka orang itu mati. Orang muda tidak terlalu berani mengatakan dia yang benar, tetapi semakin tua ia akan semakin kaku juga, dan pads saat tua sekali ia mulai memutlakkan diri seperti orang tua sebelumnya, maka ia pun mati. Sehingga di dalam alam semesta tetap hanya ada Satu Allah yang memang mutlak dan kekal.
Manusia dapat terus memproses dirinya masuk ke dalam kekakuan, sehingga akhirnya ia tidak lagi mempunyai lubang keterbukaan terhadap keterbatasan rasio. Oleh karena itu, jangan sekali-kali memutlakkan rasio. Sebelum seseorang mengembalikan rasio kepada kebenaran, ia akan selalu menganggap dirinyalah kebenaran itu.
-
Kristus sebagai Kebenaran Asali
-
Berbagai macam Kebenaran
-
Kebenaran Fakta
-
Kebenaran Sejarah
-
Kebenaran Manusia
-
Kebenaran Relasi
-
Kebenaran Pencipta
-
Rasio dan Kesetiaan pada Kebenaran
Setiap agama pasti mengaku memiliki kebenaran atau dirinya kebenaran. Dalam hal seperti ini setiap orang dituntut untuk sungguh-sungguh mempelajari di manakah kebenaran sejati itu berada.
Di dalam Alkitab, kita melihat bagaimana Kristus menjadi satu- satunya yang di dalam sejarah yang sah mengatakan bahwa diri-Nyalah kebenaran (Yoh 14:6). Andaikata Ia bukan kebenaran dan mengaku sebagai kebenaran, maka pasti akan ada kesenjangan yang besar di dalam hidup- Nya. Tindakan demikian akan menjadikan Kristus seorang pembohong atau pendusta yang terbesar di dalam alam semesta, karena penipuan seperti ini bukan sekadar penipuan untuk mengambil sedikit uang, atau sekadar memutar balik suatu kejadian, atau mempermainkan hukum, tetapi ini merupakan penipuan yang berskala dunia, karena mengaku sebagai kebenaran. Tetapi jikalau memang Kristus adalah kebenaran, maka manusia tidak boleh sembarangan memberikan penafsiran yang tidak benar terhadap proklamasi yang sangat agung ini.
Mengapa tidak ada seorang tokoh agama atau tokoh filsafat pun di sepanjang sejarah manusia, selain Kristus, yang boleh mengatakan: "Akulah Kebenaran"? Hanya ada dua kemungkinan: (1) Kristus memang pembohong, dan (2) memang Ia sungguh-sungguh kebenaran. Kalau memang Kristus pembohong, silakan buktikan apakah Dia pembohong terbesar, dan jika Ia memang adalah kebenaran itu sendiri, maka setiap orang wajib takluk kepada-Nya. Setiap manusia harus membagi- bagikan sekuat kemampuan rasio kits untuk membawa orang lain kembali kepada Kebenaran. Itu sebabnya, tugas orang Kristen berat dan sangat serius.
Ketika rasio kembali kepada kebenaran, ini disebut iman. Oleh karena itu, iman bukan sekedar mengatakan "saya percaya" lalu dibaptis dan menjadi anggota gereja. Iman adalah keseluruhan pribadi seseorang sebagai manusia dengan rasio yang kembali kepada kebenaran. Iman adalah penaklukkan kebebasan manusia kepada kedaulatan Allah. Maka iman merupakan tindakan secara keseluruhan.
Kebenaran harus menyangkut beberapa tingkatan:
Yang 'ya', katakan 'ya' dan yang 'tidak', katakan 'tidak'. Itulah fakta. Kalimat seperti ini adalah kalimat dari Tuhan Yesus yang diri- Nya adalah Kebenaran itu. Pada tingkatan pertama, kebenaran harus sesuai dengan fakta. Mungkin fakta itu bersalah, tetapi ketika Saudara menyatakan fakta yang pada hakikatnya salah, sambil menunjukkan kesalahannya, maka Saudara sedang mengatakan kebenaran. Ketika Saudara menyaksikan kebenaran seorang anak yang membunuh ayahnya di hadapan pengadilan, maka Saudara sedang melakukan kebenaran. Tetapi bukan berarti pembunuhan itu adalah kebenaran. Faktanya yang adalah kebenaran. Inilah aspek pertama, yaitu: Kebenaran adalah fakta. Ini adalah aspek yang paling rendah.
Fakta hanya menyatakan kesungguhan keberadaan sesuatu atau peristiwa, tanpa memberikan penilaian fakta itu sendiri pada hakikatnya benar atau tidak benar. Peristiwa yang saya saksikan mungkin tidak cocok dengan prinsip kebenaran yang lebih tinggi. Penemuan-penemuan di dalam alam semesta, yang merumuskan begitu banyak dalil-dalil dan aksioma- aksioma di berbagai bidang studi, adalah fakta. Tetapi fakta bukanlah kebenaran menyeluruh, hanya menyatakan hal-hal yang "memang demikian". Tetapi istilah "memang demikian" tetap relatif.
Kebenaran ini juga disebut sebagai kebenaran yang bersifat fakta Sejarah. Indonesia merdeka pads tahun 1945. Ini adalah kebenaran, tetapi kebenaran ini berbeda dari kebenaran ilmu. Ketika kita mempelajari dan mengetahuinya, kita mendapatkan kebenaran. Peristiwa itu sungguh-sungguh terjadi. Demikian pula jika kita mengetahui bahwa presiden Amerika Serikat, John Kennedy (1917-1963) dibunuh pads tahun 1963. Pada tahun 1986 presiden Filipina, Ferdinand Marcos (1917-1989) tumbang dari kedudukannya dan diusir keluar dari Filipina. Semua peristiwa ini pernah terjadi pads waktu yang disebutkan. Ini kebenaran. Tetapi banyak kebenaran yang benar-benar terjadi, pada hakikatnya tidak sesuai dengan kebenaran yang sejati. Sejarah terkadang merupakan catatan tentang kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi, di mana catatan itu sendiri tidak salah. Aspek Sejarah adalah "dengan tidak Salah mencatat hal-hal yang Salah."
Kebenaran-kebenaran yang disebutkan di atas adalah kebenaran yang mati, bukan kebenaran yang hidup. Tetapi kini ada kebenaran yang berada di dalam diri manusia, yaitu kebenaran yang menyangkut kehidupan itu sendiri, kebenaran-kebenaran yang menyangkut kehormatan dan harkat manusia, hak asasi manusia, yang terjadi di dalam masyarakat. Jika kebenaran ini diganggu gugat, maka akan timbul akibat dan penyakit yang disebut sebagai penyakit jiwa, baik pribadi atau seluruh bangsa. Penyakit jiwa yang berakibat dan berpengaruh terhadap sekitarnya akan menghasilkan problema sosial, sehingga timbullah sosiologi. Sosiologi mempelajari terbentuknya masyarakat, munculnya kesuli tan-kesulitan dalam masyarakat dan bagaimana menyelesaikan semua kesulitan dan gejala yang tidak benar di dalam masyarakat. Ini adalah kebenaran juga.
Kebenaran juga mencakup kebenaran di dalam relasi antar oknum. Hubungan atau relasi antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan alam, antara manusia dengan ilah-ilah atau setan- setan. Fakta adanya relasi, bagaimana cara berelasi dan seberapa jauh relasi itu mungkin terjadi, juga merupakan kebenaran yang harus dimengerti. Kebenaran sampai tingkat ini sudah melampaui wilayah fisika, tetapi tetap perlu dipelajari. Kebenaran seperti ini memang kebenaran yang perlu diketahui, tetapi tetap bukan Kebenaran yang tertinggi itu sendiri.
Kebenaran yang tertinggi adalah mengenal Pencipta. Kebenaran yang tertinggi pada hakikatnya adalah Tuhan Allah sendiri, yaitu Kebenaran itu sendiri. Kebenaran ada pada-Nya, karena Ia yang menciptakan segala sesuatu, Ia yang menentukan semua rumus dan dalil, yang telah disimpan di dalam alam semesta. Ia juga yang mengatur seluruh pergerakan alam semesta. Ia Penentu segala sesuatu. Jangan sekali-kali ada orang yang mencoba menurunkan Allah dari posisi-Nya sebagai Pencipta untuk dikurung di dalam dunia ciptaan yang dicipta oleh Dia sendiri. Itu adalah tindakan bunuh diri. Allah berada di luar semua dalil alamiah. Hidup ini sendiri sudah tidak dapat dikurung oleh hukum-hukum dan dalil- dalil yang kaku dan sempit.
Iman dalam bahasa Yunani: pistis dan dalam bahasa Latin: fide. Di dalam bahasa Inggris ada istilah: fidelity? Istilah ini merupakan perkembangan dari istilah fide atau Iman. Iman berarti setia kepada kebenaran. Inilah istilah yang paling singkat dan tepat untuk Iman.
Banyak kaum intelektual merasa kalau percaya kepada Yesus Kristus berarti membunuh rasio dan memusnahkan fungsi intelektual. Saya tidak meminta Saudara membunuh rasio dan menjadi percaya tahyul. Silakan rage, tetapi dengan hati nurani yang murni dan motivasi yang jujur ingin mencari kebenaran, bukan mau menegakkan kebenaran sendiri. Akhirnya Tuhan pasti akan memimpin Saudara. Dan ketika Saudara mengerti bagaimana penafsiran kebenaran yang sejati, Saudara mungkin menjadi setia. Ketika Saudara setia kepada kebenaran, berarti Saudara dapat beriman.
Tidak benar orang yang mengatakan jika seseorang mencapai pengetahuan yang tinggi sekali, ia tidak dapat beriman dan tidak dapat percaya Yesus Kristus. Mereka mungkin percaya kepada Yesus Kristus, asal kita dapat menjelaskan kebenaran sebenar mungkin, sehingga mereka mengetahui penafsiran yang benar. Itulah tugas kita sebagai orang Kristen. Setiap orang Kristen harus mampu menjelaskan iman kits sejelas dan sebenar mungkin, dan untuk itu kita perlu belajar banyak hal.
Martin Luther pernah mengatakan kalimat yang mengejutkan: "Rasio itu pelacur." Mengapa? Karena rasio selalu mencari alasan untuk mendukung apa yang telah ia tetapkan terlebih dahulu. Kalau seseorang sudah berniat berbuat dosa, lalu ia mencari berbagai macam alasan, sehingga jika ia ditanya ia dapat membela diri untuk menyatakan dirinya tidak bersalah. Dengan demikian ia sudah memperalat rasio untuk menaati ketidaksetiaan manusia yang tidak berarah. Oleh karena itu, rasio disebut sebagai pelacur. Jika isteri Saudara hari ini mengatakan kepada Saudara "Engkau suamiku", lalu esok mengatakan kepada orang lain "Engkau suamiku", lalu esoknya lagi berbicara dengan nada yang merdu kalimat yang sama kepada orang lain lagi, maka Saudara pasti akan benci sekali kepadanya. Itulah kemungkinan rasio Saudara: Kita perlu mempertahankan kesetiaan rasio kits di hadapan Tuhan, karena rasio kita adalah mempelai Tuhan yang adalah kebenaran. Kesetiaan ini disebut sebagai fide, yaitu: iman. Gereja adalah mempelai Kristus, pikiran adalah mempelai dari kebenaran Kristus. Biarlah pikiran kita dipenuhi oleh firman. Tuhan menciptakan otak dan Tuhan mewahyukan kebenaran, supaya otak yang dicipta tersebut dipimpin dan dipenuh oleh kebenaran yang diwahyukan.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA