PIR - Referensi 06b

Nama Kursus : Pembinaan Iman Remaja
Nama Pelajaran : Remaja, Gereja, dan Masa Depan Gereja
Kode Pelajaran : PIR-P06

Referensi PIR-R06b diambil dari:

Judul Buku : Pendidikan Agama Kristen
Penulis : Dr. E. G. Homrighausen dan Dr. I. H. Enklaar
Penerbit : Bpk. Gunung Mulia, Jakarta, 1993
Halaman : 160 - 164

REFERENSI PELAJARAN 06b - REMAJA, GEREJA, DAN MASA DEPAN GEREJA

TUJUAN PEKERJAAN DI ANTARA KAUM MUDA

Pekerja-pekerja yang ditentukan Gereja untuk memberi pendidikan dan pimpinan kepada kaum pemuda menghadapi suatu tugas yang berat tetapi indah dan sangat perlu pula. Apakah sebenarnya maksud-maksud pekerjaan itu?

Atas nama Gereja kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang isi kepercayaan Injil. Kita harus memperdalam dan memperluas pengertian mereka tentang Allah Bapa dan Yesus Kristus, tentang dosa dan anugerah, tentang wujud dan panggilan Gereja, tentang hidup sebagai orang Kristen di dalam dunia ini, dan segala soal lain yang membingungkan hati kaum pemuda itu.

Kita harus menolong mereka mendapati dan mengenali maksud Tuhan bagi kehidupan mereka sendiri, supaya mereka memandang hidup mereka dalam terang kehendak Tuhan itu.

Kita harus memberi kesempatan supaya mereka dapat mengalami persekutuan dengan orang muda lain. Inilah hak mereka, bahkan suatu kebutuhan yang sungguh-sungguh harus dipenuhi.

Di samping itu haruslah kita memupuk keinsafan dalam batin mereka bahwa persekutuan itu tak boleh dibatasi pada Gerejanya sendiri saja. Persekutuan pemuda Kristen seharusnyalah bersifat oikumenis pula, supaya mereka merasa diri tergabung dalam suatu perserikatan yang melewati batas daerah atau negeri mereka sendiri.

Kita dipanggil pula untuk memberi penerangan kepada orang muda itu mengenai soal-soal politik dan perekonomian berdasarkan Injil Yesus Kristus; begitu pula mengenai segala masalah dunia yang hangat.

Sangat penting juga kita membuka mata mereka bagi anti Gereja dalam hidup mereka sendiri, supaya mereka ingin mengambil bagian dalam kebaktian jemaat dan segala aktivitasnya yang lain.

Wajiblah kita membantu mereka supaya menjernihkan cita-cita dan sikap mereka terhadap masalah seksuil; agar mereka nanti mencapai pernikahan yang berbahagia dan sehat pula.

Hendaknya kita memberi kesempatan kepada kaum pemuda untuk melayani sesamanya. Dalam berbagai-bagai usaha Gereja dapatlah mereka menolong pendeta dan pemimpin lainnya, misalnya dalam Sekolah Minggu, dalam kebaktian pemuda, dan rupa-rupa usaha sosial.

Dengan demikian mereka dapat disiapkan menjadi pemimpin di lapangan pekerjaan Gereja kemudian. Banyak pemimpin yang diperlukan oleh Gereja, dan organisasi pemudalah yang harus menjadi pesemaian bagi bibit pemimpin baru itu. Justru jikalau gereja benar-benar memikirkan tentang masa depan, maka ia wajib menujukan segala perhatiannya kepada P.A'K. 'bagi kaum pemuda.

  1. Cara Bekerja di Antara Pemuda

    Hendaknya Gereja menerima mereka sebagaimana mereka ada, dengan menunjukkan pengertian dan minat sejati terhadap masalah-masalah dan pergumulan mereka. Hendaknya pemimpin-pemimpin jemaat memberi tempat kepada kaum pemuda itu dalam program kerja jemaat, dengan jalan menyediakan pengajaran agama, kursus-kursus, kelompok-kelompok, perkumpulan-perkumpulan dan lain-lain. Jikalau begitu, kaum pemuda tentu menjunjung minat dan usaha itu, dan akan rela berorganisasi dan bekerja di dalam lingkungan jemaat.

    Jangan hendaknya orang dewasa anggota jemaat yang memimpin pekerjaan pemuda itu bertindak sebagai pengatur dan pemberi perintah. Orang muda itu enggan disuruh dan diperintah, tetapi mereka tentu akan rela menerima pimpinan yang bijaksana, dari pemimpin yang bersikap sebagai penunjuk jalan dan teman, lagi menunjukkan simpati dan pengertian yang sungguh-sungguh kepada mereka.

    Dalam merancangkan pengajaran agama kepada golongan ini, ada baiknya jika gurunya lebih dulu mencari tahu soal-soal manakah yang paling menguasai pikiran orang didikannya itu, misalnya tentang perhubungan antara iman dan ilmu pengetahuan, tentang arti berita Alkitab bagi manusia zaman atom ini, tentang tugas orang Kristen terhadap politik dan soal-soal internasional, tentang perhubungan antara pria dengan wanita, dan sebagainya.

    Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa pimpinan Gereja pada pemuda tak boleh terbatas pada pengajaran secara teori saja, melainkan supaya mereka belajar mempraktekkan segala pelajaran itu dalam pelbagai aktivitas yang mendatangkan faedah bagi umum.

    Sebagai keterangan dan barangkali dapat menjadi pedoman bagi Gereja di Indonesia, di sini kami uraikan dengan singkat bagaimana pekerjaan di antara pemuda biasanya dilakukan di Amerika.

    Ada Sekolah Minggu bagi golongan pemuda itu, dan katekisasi sidi, tetapi di samping itu ada pula organisasinya sendiri, yang terbagi atas beberapa tingkatan umur, yakni dari 12 - 14 tahun (selaras dengan umur S.L.P.), dari 15 - 17 tahun (selaras dengan umur S.L.A), dari 18 tahun ke atas bagi pemuda-pemudi yang belum kawin, dan ada pula kelompok-kelompok orang muda yang sudah menikah. Maklumlah di Amerika banyak orang sudah menikah pada umur kira-kira 20 tahun, kendatipun mereka belum menyelesaikan pelajarannya di sekolah tinggi.

  2. Pokok-pokok yang diperbincangkan dalam perhimpunan dan kelompok pemuda itu dapat kita bagi atas empat macam pokok, yakni:
    1. Mengenai soal-soal iman dan kesusilaan Kristen; apa yang dipercaya oleh Gereja dan bagaimanakah seharusnya penyataan kepercayaan itu dalam kehidupan sehari-hari.
    2. Mengenai persekutuan orang Kristen dalam jemaat dan Gerejanya sendiri, dan dalam hubungan oikumenis yang lebih luas.
    3. Mengenai penyebaran Injil, baik di dalam negerinya sendiri (evangelisasi), maupun di antara orang bukan-Kristen di benua lain (pekabaran Injil, zending).
    4. Mengenai tanggungjawab orang Kristen (penatalayanan, stewardship). Pokok yang terakhir ini sangat dipentingkan, karena segala pengetahuan dan kesadaran Kristen belum berguna bagi diri kita sendiri. ataupun bagi masyarakat, selama kita belum membuktikan segenap diri kita kepada masyarakat, selama kita belum membaktikan segenap diri kita kepada Tuhan. Justru kaum pemuda pun hendak memandang dirinya sebagai milik Tuhan, yang disebut-Nya sebagai milik yang dikasihi-Nya. Betapa indahnya jikalau angkatan muda jemaat kita rela menyerahkan talenta dan tenaga dan waktunya untuk melayani Tuhan, oleh karena mereka insaf bahwa kesemuanya itu bukanlah kepunyaannya sendiri, melainkan kepunyaan Tuhan semata-mata yang hanya diamanatkan kepada mereka selaku pelayan Tuhan saja. Rasa tanggungjawab dan kerelaan berkorban dan bekerja bagi Kerajaan Tuhan itu sangat perlu ditanamkan dan dipupuk di antara kaum pemuda kita.

    Yesus Kristus hendak berkuasa atas segenap umat manusia, karena Dialah memang satu-satunya Tuhan yang sah. Dan Gerejalah yang menjadi tentara-Nya yang hendak merebut manusia dari kuasa Raja Kegelapan. Dalam peperangan itu pendidikan agama merupakan suatu alat dan senjata yang paling penting. Jikalau Gereja berhasil menawan angkatan muda bagi Tuhan, sehingga mereka takluk kepada-Nya dalam segala gerak-gerik hidup mereka, tentu saja kemenangan Kristus itu akan menghasilkan bahagia besar bagi dunia ini.

    Kaum pemuda harus mengenal Yesus Kristus, dan kalau sudah mengenal Dia, harus rela memutuskan segala ikatan lain untuk mengikut dan melayani Yesus saja. Dalam Injil Matius kita baca tentang seorang pemuda yang kaya. Kaya uang dan milik, kaya dalam hal pendidikan dan kecerdasan umum, kaya dalam hal pangkat dalam masyarakat. Hatinya sangat tertarik kepada Tuhan Yesus, dan Yesus mencintai dia. Tetapi pemuda itu belum memiliki suatu hal yang terpenting dalam hidup manusia, ialah roh penyangkalan dan penyerahan diri. Ia masih mempertahankan akunya; ia belum bersedia mengakui Tuhan Yesus sebagai satu-satunya penguasa atas segenap hidupnya.

    Tetapi jikalau kaum pemuda mau berserah dengan tidak bersyarat, dan mau dipakai oleh Tuhan bagi pekerjaan-Nya, justru merekalah yang dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk membangunkan kerajaan-Nya di antara umat manusia.

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA