PIR - Referensi 04c

Nama Kursus : Pemmbinaan Iman Remaja
Nama Pelajaran : Kebutuhan dan Masalah Remaja
Kode Pelajaran : PIR-P04

Referensi PIR-R04c diambil dari:

Judul Buku : Pendidikan Agama Kristen
Penulis : Dr. E. G. Homrighausen dan Dr. I. H. Enklaar
Penerbit : Bpk. Gunung Mulia, Jakarta, 1993
Halaman : 154 - 160

REFERENSI PELAJARAN 04c - KEBUTUHAN DAN MASALAH REMAJA

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KEPADA KAUM PEMUDA

'Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata : "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus : "Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah". Kata orang itu kepadaNya: "Perintah yang mana". Kata Yesus : Jangan membunuh, jangan berjina, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah bapamu. dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Kata orang muda itu kepadaNya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?". Kata Jesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku". Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.' (Mat 19:16-22).

  1. Pentingnya Kaum Pemuda

    Kaum pemuda merupakan suatu masalah yang sukar dan penting bagi Gereja Kristen dewasa ini. Kaum pemuda di Indonesia tentu saja menyerupai pemuda di seluruh dunia. Dimana kaum pemuda bergerak dan bertindak. Mereka suka berbaris dan beraksi. Mereka menggemari perarakan dan upacara. Mereka ingin berorganisasi serta mengikuti pemimpin-pemimpin yang dikagumi.

    Kaum pemuda bersifat dinamis, dan mau berjuang untuk mewujudkan cita-citanya. Mereka hendak membarui masyarakat dan ingin memberantas segala sesuatu yang jelek, yang jahat, yang merintangi perkembangan dunia ini ke arah keadilan dan kemakmuran. Mereka kurang puas dengan keadaan masyarakat yang ditinggalkan kepada mereka oleh generasi tua. Mereka mengeritik segala yang kolot. Besar semangat mereka untuk menerjunkan diri ke dalam gerakan' baru. Sebab mereka belum berpengalaman, idealisme mereka tak ada batasnya. Tidak mengherankan bahwa pemimpin-pemimpin pelbagai gerakan politik atau sosial selalu mengerahkan kaum pemuda untuk turut berjuang bagi cita-cita dan program mereka.

    Telah kita lihat bahwa anak-anak muda sering dipengaruhi oleh suasana orangtua-orangtua di sekelilingnya; jiwanya dirugikan karena kesibukan dan kecemasan yang menyelubungi orangtuanya itu. Tetapi kaum pemuda bukan saja terpengaruh oleh suasana rumahtangga; mereka juga sangat dipengaruhi oleh zaman dan masyarakat umum, tempat mereka hidup dan bertumbuh.

    Seorang anak belum begitu mengindahkan masa depannya, tetapi orang pemuda menaruh minat besar terhadapnya. Mereka selalu bertanya tentangnya. Mereka sudah sadar dan bangkit berdiri dan mau maju ke muka dengan penuh harapan akan hari depan.

    Oleh sebab itu para pemimpin negara dan masyarakat memikul tanggungjawab yang berat terhadap para pemuda. Mereka sibuk mencurahkan pikiran dan tenaga mereka kepada soal pendidikan dan bimbingan kaum pemuda. Dimana sistim persekolahan dikembangkan dan diperbaiki, agar supaya angkatan muda itu dapat disiapkan dengan sebaik mungkin bagi tugas mereka nanti. Banyak sekali organisasi umum dan partikelir yang hendak menampung dan mendidik pemuda-pemudi itu, masing-masing menurut asas-asas dan maksud-maksudnya sendiri.

    Maka dengan sendirinya sekarang kita tiba pada soal yang hangat, apakah Gereja kita pun telah cukup insaf akan pentingnya golongan pemuda. Pada tiap-tiap generasi, Gereja dibarui pula oleh angkatan mudanya. Yang sekarang masih merupakan kaum muda teruna dan gadis di dalam jemaat kita, nanti, akan menjadi golongan dewasa yang bertanggungjawab dan yang memimpin. Gereja sangat membutuhkan bakat, karunia, tenaga dan semangat kaum pemuda itu.

    Jangan hendaknya Gereja mengabaikan tugasnya terhadap golongan ini, melainkan sebaliknya hendaknya Gereja banyak' mencurahkan perhatian dan pekerjaan kepada orang muda, supaya jangan sebentar mereka membelakangi Gereja. Baiklah kita sadar bahwa kebanyakan anggota Gereja yang telah menjauhkan diri dari hidup jemaat, mulai merenggangkan pertaliannya dengan Gereja justru pada umur muda teruna itu. Banyak orang Kristen yang namanya masih terdapat dalam daftar anggota jemaat, sudah lama menjadi suam dan melalaikan kebaktian umum dan pribadi, oleh karena mereka tidak menerima apa-apa dari Gereja ketika mereka berdiri pada ambang pintu umur dewasa, atau oleh sebab Gereja belum mencari jalan dan metode baru untuk menyampaikan beritanya kepada kaum pemuda dengan cara yang sungguh-sungguh menarik hati mereka dan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

    Sebab itu perlulah kita mempelajari kembali sifat dan keadaan kaum pemuda itu, serta mempertimbangkan kembali suasana dan metode P.A.K. kepada golongan ini yang begitu penting bagi seluruh hidup jemaat Kristen.

  2. I1mu Jiwa Pemuda

    Pentingnya umur pemuda tentu saja pertama-tama mengenai diri mereka sendiri. Mereka telah tiba pada masa peralihan dalam hidupnya yang besar akibatnya. Mereka sudah bukan anak lagi, dan belum juga masuk ke usia kedewasaan. Umur antara ini menyatakan diri dengan rupa-rupa perubahan, baik dalam tubuh maupun dalam jiwa si pemuda itu.

    Secara badan pemuda itu lekas bertambah besar. Anggota-anggota tubuhnya mengalami pertumbuhan dan perubahan yang mempengaruhi seantero diri si pemuda lahir dan batin. Tanda-tanda perubahan tubuh itu memang tegas terlihat dan ternyata bagi setiap orang yang menyaksikan pertumbuhan itu selangkah demi selangkah.

    Untuk pokok penyelidikan kita sekarang tentu lebih penting pula mengetahui perubahan batin kaum pemuda. Segenap roh dan jiwanya terlibat dalam proses menjadi dewasa. Sikapnya terhadap sesama manusianya sedang berubah. Khususnya terhadap kelamin lain ia menunjukkan perhatian dan sikap yang baru. Alam perasaan pemuda sudah lain sekali dibanding dengan perasaan anak. Emosinya berkembang, sambil mendapat isi dan tujuan yang baru.

    Si pemuda itu telah sanggup menimbang dan memutuskan sendiri tentang apa yang benar atau salah, apa yang baik atau buruk. Soal-soal kebenaran, keadilan, keelokan, faedah dan sebagainya dipertimbangkannya dengan teliti. Suara hatinya dan keyakinan batinnya turut berkembang, sehingga ia tak lagi suka menurut perintah atau kemauan orang lain saja, melainkan ingin bertindak sesuai dengan keyakinannya sendiri. Di sini ternyata bahwa ia tak lagi mau bergantung kepada keputusan orang lain. Ia sementara menjadi seorang akil balig yang harus bertanggungjawab sendiri.

    Perubahan jiwa itu juga mengenai alam pikiran manusia. Seorang anak belum sanggup berpikir secara abstrak, tetapi pemuda dapat mempergunakan daya pikirannya makin lama makin tajam dan baik. la memikirkan segala masalah hidup manusia yang hangat, tentang anti dan tujuan hidup ini, tentang soal nikah dan pekerjaan, tentang kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat, tentang panggilan dan tugasnya, tentang soal' perang dan politik, tentang penyakit dan ketidakadilan, tentang kematian dan Allah.

    Bodohlah kita, jikalau kita kurang menghiraukan dan kurang mementingkan pemuda dalam pergumulannya itu. Segala gembala jiwa dalam jemaat Kristen seharusnyalah menpelajari ilmu jiwa kaum pemuda. Kini sudah banyak diterbitkan 'kitab' yang dapat memberi penerangan tentang pokok ini. Kalau kita malas mempelajari sifat dan penyataan jiwa si pemuda itu, pasti kita kurang mengerti dan kurang dapat mempengaruhi dan melayaninya dengan Injil Yesus Kristus.

  3. Masalah-masalah Khusus Kaum Pemuda

    Segala perubahan dalam kepribadian si pemuda seperti yang diuraikan tadi itu rapat hubungannya dengan berbagai-bagai masalah yang timbul dalam hidupnya sehari-hari.

    1. Pertama-tama, kita harus menyebut perhubungan pemuda dengan orangtuanya. Tes-tes dan angket-angket yang dijalankan oleh para ahli ilmu jiwa di Amerika, menyatakan dengan terang dan jelas bahwa justru soal inilah yang menyusahkan hati banyak pemuda. Mereka merasa ayah-ibunya kurang mengerti mereka. Dan sebaliknya orangtua kecewa karena anaknya rupanya sudah tak mau menerima pimpinan dan nasehat mereka. Anak merasa dirinya tertindih oleh kuasa dan perintah orangtuanya, dan orangtua itu marah karena tidak lagi disegani dan dihormati seperti dulu, tatkala anaknya masih belum sampai ke umur muda remaja.

      Tentu saja sering kali orangtualah yang bersalah, sebab mereka suka melanjutkan pengaruh dan kuasa mereka atas anaknya, sedangkan anak itu ingin menjadi bebas dan berdiri sendiri. Maksud orangtua mungkin baik, tetapi mereka kurang mengerti tentang segala perkembangan dan pengalaman jiwa anaknya. Tidak mengherankan jikalau ada anak yang mulai memberontak dan ingin memutuskan ikatan-ikatan yang mengganggu dia dalam rumah ayah-ibu. Ia mau merdeka supaya dapat hidup sesuka hatinya sendiri saja.

      Umur pemuda itu barangkali umur yang paling sukar bagi diri si pemuda itu sendiri dan bagi orangtua yang masih bertanggungjawab terhadapnya. Justru pada umur itu hendaknya orangtua menunjukkan kesabaran dan pengertian yang tidak terhingga kepada anak mereka. Alangkah indahnya jikalau dalam fase yang sepenting itu perhubungan saling mengasihi dan saling percaya tetap terpelihara dalam rumah tangga Kristen.

    2. Para pemuda antara lain bergumul dengan soal-soal dan kesangsian mengenai agama. Jangan hendaknya kita menegur kaum pemuda dengan kata-kata yang pedas, jikalau mereka mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang Alkitab dan kepercayaan Kristen kita yang mengherankan kita. Umur muda remaja itu bukan ciptaan mereka sendiri, melainkan diatur oleh Tuhan Allah. Jadi juga fase kesangsian dan kebimbangan mengenai soal-soal agama sudah ditentukan oleh Tuhan yang menciptakan mereka dengan maksud agar manusia muda itu mencapai kedewasaan rohani.

      Apakah gunanya memaksa anak kita menelan saja segala perkara yang kita sendiri mempercayainya? Juga dalam hal ini haruslah kita berani memberi kesempatan kepada mereka untuk mempergumulkan sendiri soal-soal kepercayaan Kristen itu. Hanya dengan jalan demikian iman itu akan menjadi perolehan dan milik mereka sendiri.

      Keyakinan ini berarti bahwa dalam PAK sebaiknyalah kita jangan menindas atau mendiamkan soal-soal yang lahir dalam pikiran dan batin orang didikan kita, kendatipun kita kadang-kadang terkejut dan heran karenanya, melainkan kita mencoba menjawab dan membicarakannya dengan jujur dan terang.

    3. Jikalau pemuda rupa-rupanya tak suka lagi mengaku kuasa ayah ibunya atas hidupnya, bukannya berarti ia sama sekali membuang kekuasaan. Hanyalah, ia mencari suatu kuasa atas segenap dirinya yang bukan lagi kuasa dari luar, melainkan yang diakui dan dijunjungnya dengan sebulat-bulat hatinya, oleh karena batinnya mau tunduk kepadanya dengan sukarela dan dengan keyakinan kata hatinya sendiri. Untuk itu perlu kita menolongnya supaya mengerti apakah kesaksian Roh Kudus dalam batin manusia itu.

    4. Kita semua memang sudah maklum bahwa soal-soal hidup kelamin merupakan masalah dan perjuangan yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan kaum pemuda. Hendaknya kita menerangkan kepada mereka bahwa daya kelamin itu telah ditanam ke dalam hidup manusia oleh Tuhan sendiri. Tuhan menghendaki supaya kita menggunakan dorongan dan daya yang sangat kuat itu bukan bagi kesenangan kita sendiri saja, melainkan sesuai dengan maksud yang mulia yang ditentukan oleh Tuhan bagi perhubungan kedua jenis kelamin di dalam dunia ini.

      Jikalau kaum pemuda belajar memandang dan memakai dorongan seksuil itu di bawah pimpinan Roh Tuhan dan sesuai dengan hukum-hukum Tuhan, hal kelamin itu menjadi suatu perkara yang indah dan suci, yang mendatangkan berkat dan bahagia kepada rumahtangga Kristen. Tetapi jikalau pemuda tidak belajar memandang soal-soal ini dalam cahaya penyertaan Tuhan, sehingga tidak tahu mempergunakan dorongan kelamin itu dengan semestinya, tentu ia akan menjadi budaknya dan hidupnya barangkali akan dirusakkan olehnya.

      Sebab itu, juga di lapangan ini pemimpin-pemimpin jemaat Kristen harus insaf akan tanggungjawabnya. Gereja harus rela dan berani memberi penerangan dan nasehat yang jujur dan berguna kepada orang muda tentang hidup kelamin. Memang sudah banyak diterbitkan kitab yang dapat dipakai bahan pembicaraan serta penerangan mengenai hal itu.

    5. Persekutuan orang muda dengan pemuda lain sering lebih penting dari perhubungannya dengan orangtuanya. Mereka suka menyesuaikan dirinya kepada apa yang dipikirkan dan dicita-citakan oleh teman-temannya sendiri. Mereka suka berkumpul dan berkelompok. Ilmu jiwa modern asyik mempelajari dorongan sosial ini, yang selalu menyatakan diri di antara golongan pemuda.

      Hasil penyelidikan itu membuktikan bahwa mereka ingin dipimpin oleh pemimpin yang juga masih muda. Ukuran dan cita-cita kesusilaan mereka ditentukan oleh persekutuan pemuda itu. Jikalau kita mengerti dan menerima keadaan itu dengan bijaksana, dapatlah kita menggunakan pengetahuan ini dalam penggembalaan jiwa kaum pemuda dalam jemaat kita. Kelompok-kelompok dan perhimpunan-perhimpunan pemuda itu sebaiknyalah didirikan dan dipimpin di bawah pengawasan pengantar-pengantar jemaat, dengan memakai metode-metode yang sesuai dengan ilmu jiwa dan ilmu mendidik zaman ini.

    6. Suatu ciri umur pemuda yang lain pula, ialah mereka ingin mencapai pendirian sendiri secara ekonomis. Mereka merasa kurang senang, jikalau selalu bergantung saja kepada dompet bapanya. Inilah suatu dorongan yang sehat, karena mengajak mereka untuk berdaya-upaya supaya dapat berdiri sendiri dalam soal keuangan dan nafkah sehari-hari.

    7. Akhirnya kita menyebut idealisme kaum pemuda. Umur ini mempunyai dinamikanya sendiri. Mereka menaruh percaya atas kesanggupannya sendiri dan mau melaksanakan cita-citanya dalam masyarakat. Mereka masih yakin bahwa dunia yang buruk ini dapat diubah menjadi aman dan baik. Tetapi sayang, masyarakat ini dikuasai oleh angkatan tua. Dunia ini seakan-akan tidak mau turut bergerak dan berubah. Kaum pemuda berpendapat bahwa angkatan tua sudah tidak berdaya lagi, dan sudah menemui jalan buntu. Sebab itu mereka sendiri ingin turut campur tangan dalam soal-soal politik dan perekonomian. Di Tiongkok keinginan itu me= nyebabkan banyak pemuda Kristen sudah cenderung kepada komunisme, sewaktu para pemimpin mereka belum mau membersihkan masyarakat Tionghoa dari segala aib dan keburukannya.

  4. Hendaknya kita waspada, agar jangan Gereja alpa dalam membuka jalan bagi idealisme dan aktivitas-aktivitas kaum pemudanya. Seharusnyalah kita menunjuk jalan kepada mereka bagaimana mereka dapat mewujudkan cita-cita, mereka di dalam lingkungan pembangunan jemaat Kristus di bumi ini. Segala tenaga dan sumbangan kaum pemuda harus disalurkan sedemikian rupa, hingga menghasilkan faedah dan berkat bagi Gereja dan masyarakat dan mereka sendiri.

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA