Paskah-Referensi 06b
Nama Kursus | : | Paskah |
Nama Pelajaran | : | Makna Paskah bagi Gereja Masa Kini |
Kode Referensi | : | PAS-R06b |
Referensi Paskah-06b diambil dari:
Judul Buku | : | Alkitab: Firman Allah |
Judul artikel | : | Pengetahuan akan Allah yang Menyelamatkan |
Penulis | : | W. Gary Crampton |
Penerbit | : | Momentum, Surabaya: 2011 |
Halaman | : | 26 -- 29 |
REFERENSI PELAJARAN 06b - MAKNA PASKAH BAGI GEREJA MASA KINI
PENGETAHUAN AKAN ALLAH YANG MENYELAMATKAN
Alkitab berbicara tentang mengenal Allah dengan berbagai cara. Seseorang dapat mengetahui tentang Tuhan secara kognitif (Roma 1:18-21), atau seseorang mungkin mengetahui banyak sekali tentang Allah secara faktual (Yakobus 2:19). Tetapi hal ini bukan "pengetahuan tentang Allah" yang paling sempurna dari seluruh kemungkinan yang ada (seperti dalam Yohanes 17:3). Agar pengetahuan menjadi sempurna, pengetahuan tersebut juga harus teguh (beriman penuh) dan penuh kasih.
Para reformator mendefinisikan iman seperti itu dengan menyebutkan ketiga unsurnya. Ketiga unsur ini mulai dengan apa yang biasanya kita hubungkan dengan "pengetahuan":
1) Suatu pengetahuan intelektual tentang Kristus (Latin: notitia): seseorang harus tahu fakta-fakta dan informasi tentang Dia yang datang untuk menebus orang-orang pilihan Allah. Di luar pengetahuan seperti itu sangatlah tidak mungkin diselamatkan. Paulus mengutuk iman yang dibangun di atas kesalahan, ketika ia mengutuk orang-orang Yahudi yang tidak percaya. Ia mengatakan bahwa mereka mempunyai semangat dan sukacita, tetapi "tanpa pengertian yang benar" (Roma 10:2). Informasi yang benar merupakan suatu keperluan mutlak.
2) Suatu persetujuan terhadap Kristus dan Firman-Nya sebagai kebenaran (Latin: assensus): Jika seseorang menyangkali bahwa Yesus Kristus dan wahyu Alkitab tentang Dia adalah benar, maka ia tidak dapat diselamatkan. Namun bukan hanya karena seseorang mengakui kebenaran tersebut, maka berarti ia diselamatkan. Sangat mungkin seseorang dapat sepenuhnya setuju dengan kebenaran berita Alkitab, tetapi tidak memberikan dirinya pada kebenaran Alkitab tersebut. Sebenarnya Alkitab mengatakan pengakuan ini dari setan! (Bandingkan, Yakobus 2:19)
3) Suatu persetujuan (ketaatan) kepada kebenaran - percaya (Latin: fiducia): Ketika seseorang tidak hanya mengakui kebenaran berita Injil, tetapi mempercayakan hidupnya kepada Kristus yang diberitakan (yakni, kemampuan-Nya untuk menanggung dosa kita dan menyediakan kebenaran - keadilan yang penting untuk memperkenankan Allah) - maka ia diselamatkan. Ia mengerti berita, menyetujuinya, dan sebenarnya mengasihinya dalam pengertian ia sepenuhnya bersandar kepadanya. Di hadapan Allah Penghakim ia tidak membanggakan kebajikan yang lain selain Kebajikan Kristus sendiri!
Waktu tahap ketiga ini dicapai, pribadi tersebut "tahu" Allah dalam kekayaan pengertian kata tersebut sepenuhnya. Ia mengenal Allah karena Ia telah dikenal Allah (Galatia 4:9). "Pengetahuan" ini secara traktis merupakan sinonim "kasih". Suatu pengetahuan yang sangat pribadi dan intim yang sejajar dengan relasi suami - istri (Efesus 5:31-32). Hal ini dapat dilihat dalam Kejadian 4:1 dan Lukas 1:34 di mana kara "tahu/kenal" (know) digunakan untuk relasi seksual antara laki-laki dan istrinya. Terdapat suatu pengertian di mana kita dapat mengatakan bahwa "dikenal (dalam LAI, dipilih)" sebelumnya oleh Allah (Roma 8:29), berarti "dikasihi" sebelumnya oleh Allah dalam suatu sikap yang menghasilkan pengetahuan yang menyelamatkan (Yohanes 17:3). Pengetahuan (kasih) seseorang kepada Allah harus diawali oleh pengetahuan (kasih) sebelumnya dari Allah kepadanya (Galatia 4:9). Alkitab tidak pernah berbicara tentang Allah mengenal orang yang tidak percaya dengan cara ini. Karena itu, orang tidak percaya tidak mengenal Allah menurut Yohanes 17:3.
Saat kita berbicara tentang manusia mengenali Allah, bahkan dalam pengertian yang paling murni dari ungkapan tersebut, kita tidak bermaksud bahwa manusia pernah dapat mengenal Allah secara sempurna. Tuhan, keberadaan yang tidak terbatas (kita terbatas), tidak pernah dapat dikenal secara lengkap. Tetapi Ia dapat dikenal, terutama waktu Ia menyatakan diri-Nya secara verbal kepada kita.
Sesuai pengertian di atas, pengetahuan sejati tentang Allah membawa kehidupan kekal (Yohanes 17:3). Tidak ada yang lebih besar daripada hal ini, Namun, secara ironis, pengetahuan tersebut juga menuntun manusia pada pengetahuan tentang dirinya sendiri. Ketika seseorang "mengenal" Allah, ia menyadari dirinya sendiri sebagai makhluk yang tidak berharga dan merendahkan dirinya di hadapan hadirat Tuhan (Yesaya 6:5; LUkas 5:8). Kemudian ia berusaha untuk hidup dalam ketaatan pada firman Allah. Mengenal Allah berarti mengasihi dan menaati Dia (Yohanes 14:15, 21; 1 Yohanes 5:3). Demikian juga, menataati Allah berarti memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang Dia (Yohanes 7:17; Amsal 1:7; 9:10).
Suatu pengetahuan yang sejati tentang Allah mengakui Ketuhanan-Nya di atas segala sesuatu (Yeremia 9:23,24; Roma 10:9, 10). Pengetahuan ini secara pasti akan menghasilkan kesucian yang semakin meningkat dalam diri seseorang (Ibrani 12:14; Efesus 4:24; Kolose 3:10; Roma 8:29). Pengetahuan ini juga akan memberikan kepadanya suatu pemahaman yang lebih luas tentang dunia di mana ia hidup.
Karena Allah adalah Tuhan atas ciptaan-Nya, manusia yang sudah ditebus akan berusaha untuk menaklukkan setiap pikiran kepada ketaatan akan Yesus Kristus (2 Korintus 10:5). Hal ini mencakup setiap bagian dari usaha keras manusia dalam dunia ciptaan Tuhan. Hanya satu elemen yang perlu. Firman Allah memperlengkapi seseorang sepenuhnya untuk setiap hal penting/urgensi dalam kehidupan. Firman Allah merupakan cetak biru dari apa yang harus kita bangun di setiap bidang dan lembaga di dunia milik Allah ini ( 2 Timotius 3:16,17). Maka, seseorang yang mengenal Allah akan berusaha menggenapkan mandat memerintah yang diberikan di Kejadian 1:26-28 dan dinyatakan ulang oleh Kristus dalam Matius 28:18-20; dunia harus ditaklukkan di bahwa Hukum Allah bagi kemuliaan-Nya.
Seberapa pentingkah pengetahuan yang benar tentang Allah? Pengetahuan ini bersifat esensial bagi kehidupan itu sendiri. Tanpa sifat-sifat mendasar ini, kehidupan pasti menjadi palsu dan tidak berharga. Maka, kita harus berhati-hati agar tidak jatuh pada jabakan lingkungan Kristen saat ini yang menyangkali pentingnya teologi.
Pernyataan-pernyataan seperti "berikan saya Yesus, tidak eksegesis," dan "saya tidak butuh teologi, yang saya perlukan hanya Yesus," dan banyak lagi. Semua itu jelas tidak tepat. Seorang Kristen harus menaati Tuhannya, perlu mengetahui dan mengaplikasikan Alkitab. Doktrin Kristen penting untuk suatu perjalanan yang berhasil bersama Tuhan. Paulus menegaskan bahwa "keseluruhan firman Allah" harus diajarkan dalam Gereja, bukan hanya sekadar beberapa dasar kepercayaan (Kisah Para Rasul 20:26-27). Makanan dari Firman-lah yang sangat penting bagi orang-orang percaya agar menjadi dewasa dalam iman (Ibrani 5:14).
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA