Paskah-Referensi 02b
Nama Kursus | : | Paskah |
Nama Pelajaran | : | Paskah dalam Perjanjian Lama |
Kode Referensi | : | PAS-R02b |
Referensi Paskah-02b diambil dari:
Judul Buku | : | Hidup sebagai Umat Allah |
Penulis | : | Christopher Wright |
Penerbit | : | BPK Gunung Mulia, Jakarta 1995 |
Halaman | : | 159 -- 160 |
REFERENSI PELAJARAN 02b - PASKAH DALAM PERJANJIAN LAMA
HUKUM PERIBADATAN
Menurut sistem pembagian yang lama, hukum "upacara" dianggap sebagai pragambaran karya Kristus dan karena itu dikatakan sudah digenapi oleh Dia sehingga tidak berlaku lagi. Pengertian banyak orang Kristen tentang hukum peribadatan Perjanjian Lama ditentukan oleh ajaran Surat Ibrani dan terbatas pada korban sembelihan, peraturan-peraturan keimaman dan upacara Hari Raya Pendamaian. Semuanya ini memang adalah bagian-bagian yang penting dari hukum peribadatan, tetapi sama sekali bukanlah keseluruhannya. Bagi seorang Israel, kehidupan peribadatan mencakup hal-hal seperti pengaturan makanan dan kesehatan dengan pembedaan antara makanan yang halal dan haram, Sabat dan perayaan-perayaan lain, sama halnya dengan tuntutan-tuntutan praktis yang mempunyai dampak-dampak sosial yang penting, seperti persembahan, persepuluhan, buah sulung dan pengumpulan sisa-sisa panen.
Bahkan pranata ekonomi yang utama,yaitu tahun Sabat memunyai dasar peribadatan. Tahun ini didasarkan atas keyakinan bahwa Allah memiliki tanah dan disebut "suatu Sabat untuk TUHAN" (Imamat 25:4) dan waktu "penghapusan utang demi TUHAN" (Uangan 15:2). Jadi kewajiban material dan korban-korban dalam pemeliharaan tahun Sabat itu dianggap sebagai persembahan kepada Allah sendiri. Tetapi dampak praktisnya mewujudkan keprihatinan kemanusiaan terhadap orang yang melarat dan berhutang. Hal itu diungkapkan dengan jelas dalam tiga bagian yang menyangkut hukum itu (bnd. Keluaran 23:11; Imamat 25:6-7; Ulangan 15:2,7-11). Allah dihormati dengan memelihara hukum yang memberi manfaat kepada saudara-saudara yang miskin.
Dalam bagian hukum peribadatan yang kelihatannya tidak bermanfaat bagi etika, jelaslah terdapat suatu prinsip moral dasar yang meresapi etika Alkitab, yaitu: pelayanan kepada Allah dan sesama manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Allah tidak ingin disembah oleh orang yang mengabaiukan keadilan dan belas kasihan. Pranata tahun Sabat Israel kuno, yang mungkin dianggap ketinggalan zaman dan tidak relevan dalam kebudayaan dan pertanian modern adalah paradigma ekonomi yang konkrit dari prinsip etika Alkitab yang fundamental. Dengan menunjukkan tanggung jawab, perhatian yang peka dan kerelaan berkorban bagi sesama, maka manusia melakukan tugasnya terhadap Allah. Dalam Alkitab ada banyak prinsip yang serupa (bnd. Ulangan 24:10-15; Ayub 31:16 dst.; Mazmur 15; 41:1 dst.; Amsal 19:17; Yesaya 1:10-17; Yeremia 7:4-11; Zakharia 7:4-10).
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA