MDD - Pelajaran 02
Nama Kelas | : | Manusia Dan Dosa |
Nama Pelajaran | : | Pengertian Dosa |
Kode Pelajaran | : | MDD-P02 |
Pelajaran 02 -- Pengertian Dosa
Daftar Isi
- Definisi Dosa
- Pandangan Umum tentang Dosa
- Pandangan Alkitab tentang Dosa
- Definisi Dosa dalam Perjanjian Lama
- Definisi Dosa dalam Perjanjian Baru
- Asal-usul Dosa
- Dari Mana Dosa Berasal?
- Kapan Dosa Masuk dalam Hidup Manusia?
- Sifat dan Natur Dosa
- Sifat Dosa
- Dosa Melawan Pribadi Allah
- Dosa Merupakan Kondisi Hati
- Dosa Kerusakan dalam Diri Manusia
- Dosa Kekejian kepada Kesucian/Kekudusan Allah
- Dosa Progresif
- Natur Dosa
- Dosa Adalah Pelanggaran terhadap Hukum Allah
- Dosa Adalah Pelanggaran akan Kasih Allah
Doa
Pelajaran 02: Pengertian Dosa
Tidak ada orang yang bisa menyangkal tentang keberadaan dosa dalam hidup manusia. Ada terlalu banyak kejahatan yang terjadi di dunia ini, baik terhadap diri sendiri, orang lain, bahkan Tuhan. Namun, apa artinya dosa? Dari mana datangnya dosa? Bagaimana dosa sampai menjangkiti umat manusia? Mari kita mempelajarinya dalam terang firman Tuhan.
- Definisi Dosa
- Pandangan Umum tentang Dosa
- Pandangan Alkitab tentang Dosa
- Definisi Dosa dalam Perjanjian Lama
- Definisi Dosa dalam Perjanjian Baru
- Asal-usul Dosa
- Dari Mana Dosa Berasal?
- Kapan Dosa Masuk dalam Hidup Manusia?
- Sifat dan Natur Dosa
- Sifat Dosa
- Dosa Melawan Pribadi Allah
- Dosa Merupakan Kondisi Hati
- Dosa Merusak Diri Manusia
- Dosa Kekejian kepada Kesucian/Kekudusan Allah
- Dosa Progresif
- Natur Dosa
- Dosa Adalah Pelanggaran terhadap Hukum Allah
- Dosa Adalah Pelanggaran akan Kasih Allah
Apakah ada perbedaan antara definisi dosa secara umum dan pandangan Alkitab?
Menurut KBBI, dosa dipandang sebagai suatu perbuatan yang melanggar aturan agama, atau Tuhan, atau suatu perbuatan salah yang dilakukan oleh seseorang. Namun, pandangan dosa bisa sangat bervariasi tergantung pada agama dan kepercayaan seseorang. Bahkan, secara umum, dosa tidak selalu berkaitan dengan agama atau hubungan manusia dengan Tuhan atau sesama. Jadi, dosa diartikan sebagai tindakan yang melanggar norma atau aturan moral yang berlaku dalam masyarakat.
Pandangan Kristen tentang dosa didasarkan pada apa yang diajarkan oleh Alkitab. Istilah "dosa" muncul sangat banyak dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Berikut ini pemakaian istilah-istilah dosa dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru beserta artinya.
Perjanjian Lama menggunakan tiga kata Ibrani yang berbeda untuk menjelaskan tentang arti dosa, yaitu:
1) Hatta
Hatta berarti 'tidak kena', 'tidak sampai', atau 'menyimpang dari tujuan dan maksud Allah'. Dosa menurut istilah ini bukan hanya mencakup perbuatan dosa, tetapi juga keadaan hati dan maksud hati yang berdosa (Kej. 4:7; Kel. 9:27; Bil. 6:11; Mzm. 51:4,6; Ams. 8:36). Istilah hatta menjadi sesuatu yang sangat menyedihkan hati Tuhan karena manusia tidak sampai kepada tujuan Tuhan.
2) Avon
Avon berarti 'bengkok atau diputar'. Dalam hal ini berarti 'hati yang bengkok, yang membelok dari yang benar'. Kata tersebut tidak terlalu menjurus kepada perbuatan jahat, tetapi berkenaan dengan hati dan tabiat yang jahat (Kej. 15:16; Mzm. 32:5; Yes. 5:18), yang mengakibatkan manusia pantas untuk dihukum.
3) Pesha
Pesha berarti 'melawan yang berhak', 'melawan perintah Allah' (Mzm. 51:3; Ams. 28:2). Pesha juga berarti 'pelanggaran atas suatu batas yang sudah ditetapkan', tetapi manusia justru melewati batas itu. Oleh sebab itu, manusia gagal karena telah berjalan melampaui batas yang sudah ditetapkan Allah.
Perjanjian Baru menggunakan enam kata yang berbeda untuk menjelaskan tentang dosa, yaitu:
1) Hamartia
Kata dosa berasal dari bahasa Yunani yaitu hamartia (muncul 174 kali, 71 kali dalam surat-surat Paulus), yang artinya adalah 'tidak mencapai target atau sasaran'. Ketika Allah menciptakan manusia dan menempatkan mereka di dalam Taman Eden, Allah memberikan satu perintah kepada manusia. Namun, manusia gagal untuk mencapai sasaran Allah (Rm. 3:23; 5:12; 6:23; 1Yoh. 1:8; Yak. 4:17).
2) Adikia
Dalam 1 Yohanes 1:9 atau 5:17, kata adikia diterjemahkan dengan 'kejahatan'. Istilah ini menunjuk kepada suatu keadaan hati dan pikiran yang jahat. Oleh sebab itu, Yohanes mengatakan bahwa dosa-dosa kita diampuni dan kita disucikan dari kejahatan. Kata adikia juga banyak dilihat di Yohanes 3:19, Yudas 1:7, dan Roma 1:18.
3) Parabasis
Parabasis mengandung arti 'menyimpang dari yang seharusnya', berhubungan dengan pelanggaran terhadap hukum yang pasti (Rm. 4:15). Hukum-hukum Allah menuntut supaya manusia menaatinya, dan bilamana manusia tidak mau menaatinya, berarti dia adalah pelanggar hukum dan berdosa. Tentu saja, murka Allah akan jatuh ke atasnya (Rm. 4:15).
4) Anomia
Kata anomia sebenarnya tidak mengandung pengertian melanggar hukum dalam suatu perbuatan yang pasti, tetapi kata ini lebih menjurus kepada pengertian 'tidak menurut atau tidak memedulikan hukum'. Kata tersebut menjelaskan tentang keadaan hati (Mat. 7:23; Ibr. 1:9; 1Yoh. 5:17).
5) Asebeia
Kata asebeia mengandung arti 'keadaan fasik' yang tidak ber-Tuhan. Lebih jauh lagi, kata tersebut mengandung arti tabiat orang yang berlawanan dengan tabiat Allah (Rm. 1:8; Yud. 1:15).
6) Paraptoma
Arti paraptoma adalah 'tidak berdiri teguh pada saat harus teguh', atau 'tidak sampai pada yang seharusnya' (Mat. 6:14-15).
Kesimpulan:
Dalam konsep Kristen, dosa tidak hanya diartikan sebagai kesalahan atau kejahatan karena dosa tidak hanya bersangkut paut dengan etika manusia. Dosa adalah istilah teologis dalam hubungan Allah dan manusia, yaitu pelanggaran terhadap kekudusan Allah yang sempurna.
Dalam konsep Kristen, Allah bukan "pencipta" dosa karena Allah tidak dapat berbuat dosa (Yak. 1:13). Allah juga tidak dapat disalahkan sebagai penyebab kejatuhan manusia dalam dosa karena dosa sudah ada sebelum Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Lalu, dari mana dosa berasal?
Alkitab tidak menjelaskan secara detail kapan dosa dimulai. Dalam Kejadian pasal 3, muncul sosok Setan dalam wujud ular yang menggoda Hawa untuk jatuh dalam dosa. Jadi, kemungkinan pemberontakan malaikat-malaikat yang jatuh ini terjadi antara Kejadian 1:31 sampai 3:1 yang dipimpin oleh Lucifer dan mengajak pengikut-pengikutnya untuk memberontak melawan Allah.
Namun, Alkitab mencatat dosa berawal dari pemberontakan malaikat (Lucifer) yang memiliki keinginan (kehendak bebas) untuk tidak taat kepada Allah (Yud. 1:6). Ketika Lucifer memimpin untuk memilih memberontak kepada Allah, Allah memberinya nama Setan.
Jadi, dosa berasal dari hati Setan yang ingin memberontak terhadap Allah. Dengan tegas Alkitab mengatakan bahwa Allah tidak bersalah atas dimulainya dosa, atau memaksa siapa pun untuk berbuat dosa. Bahkan, Tuhan sendiri adalah standar kebaikan yang sempurna. Jadi, Allah tidak bisa bersalah atas apa pun dan siapa pun yang berbuat dosa (1Yoh. 1:5). Sebaliknya, kita ketahui dengan jelas dalam Alkitab bahwa Allah membenci dosa (Ul. 25:16, Mzm. 5:4, dan Zak. 8:17).
Kejatuhan malaikat membuat Allah membuang mereka ke bumi (Yes. 14:12) dan hukuman kekal telah menanti mereka di neraka (2Ptr. 2:4).
Setelah kejatuhan para malaikat, Tuhan menciptakan manusia, dan Allah menempatkan malaikat yang jatuh dan sekutu-sekutunya di dalam Taman Eden. Di Taman Eden inilah Setan membujuk dan memperdaya manusia dalam wujud ular untuk meragukan, tidak memercayai, dan akhirnya memberontak untuk tidak taat terhadap Allah. Alkitab berkata, "Orang yang berbuat dosa berasal dari setan karena setan telah berdosa sejak semula ...." (1Yoh. 3:8). Seperti para malaikat, manusia diciptakan dengan kehendak bebas untuk memilih yang benar dan yang salah. Sayang sekali, manusia menggunakan kebebasannya justru untuk memilih yang salah, yaitu berbuat dosa.
Untuk kejatuhan manusia dalam dosa, kita akan membahasnya secara detail dalam Pelajaran 3.
Mengapa dosa sangat dibenci dan menjadi kekejian bagi Allah? Mari kita pelajari beberapa sifat dan natur dosa.
Dosa sangat jahat dan mengerikan. Pelajari beberapa fakta dari sifat-sifat dosa di bawah ini:
Dosa bukan hanya dipandang sebagai ketidaktaatan terhadap perintah Allah, tetapi juga merusak maksud Allah menciptakan manusia. Karena itu, pada akhirnya, dosa adalah pemberontakan, bukan hanya kepada perintah Allah, tetapi juga terhadap pribadi Allah sendiri (Mzm. 51:4; Yes. 59:2; Yak. 4:4).
Akibat dari dosa akan memengaruhi seluruh bidang kehidupan manusia karena dosa berasal dari hati yang menjadi pusat seluruh kehidupan manusia (Ams. 4:23; Yak. 1:14-15; Mrk. 7:20-23). Itu sebabnya, ketika jatuh dalam dosa tidak ada aspek manusia yang tidak tercemar (total depravity).
Ini berarti manusia sampai kapan pun tidak akan dapat memperbaiki dirinya karena dosa merusak esensi diri manusia. Oleh karena itu, usaha keselamatan tidak mungkin diusahakan oleh manusia sendiri, tetapi harus ada pihak di luar manusia yang menyelamatkan (Yoh. 14:6; Ef. 2:8-9; Gal. 2:16).
Allah adalah suci (Yes. 6). Apa pun yang tidak suci merupakan pelanggaran yang patut dihukum seberat-beratnya (Why. 20:14-15). Itu sebabnya, dosa harus dimatikan dalam kehidupan orang percaya dan tidak mungkin dapat ditoleransi untuk alasan apa pun.
Dosa akan bertambah kuat dan liar, dan akan berkembang dari buruk menjadi semakin buruk (Rm. 1:18-32). Dosa kecil akan berkembang menjadi dosa besar, bahkan ketika manusia tidak menyadarinya karena dosa membius hati nurani manusia.
Dari apa yang dijelaskan sebelumnya, kita akan memfokuskan perhatian kita pada dua natur dosa.
Sifat dosa yang melanggar hukum, dengan mudah terlihat dalam kejatuhan umat manusia di Taman Eden (Kej. 3). Adam dan Hawa mendapat larangan yang sangat jelas dari Tuhan, tetapi mereka melanggar larangan itu. Oleh karena itu, setiap dosa pada dasarnya adalah pelanggaran terhadap larangan atau hukum yang dibuat Allah. Kita berdosa karena kita gagal melakukan hukum/perintah Allah (1Yoh. 3:4).
Sifat dosa yang kedua adalah tidak mengasihi Allah karena setiap dosa pada dasarnya adalah penolakan terhadap karakter Allah, otoritas Allah, dan hukum/perintah Allah. Sebagaimana dikatakan dalam Alkitab, kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap pengertian, dan segenap kekuatan (Mrk. 12:33), dan barangsiapa mengasihi Allah, dia akan memegang perintah-Nya (Yoh. 13:35, 14:15,21,23,24).
Jadi, sifat dosa dapat disimpulkan dalam dua hal ini: ketidaktaatan pada hukum Allah dan ketidakpercayaan/tidak mengasihi, bahkan dapat dikatakan kebencian terhadap Allah.
Mempelajari pengertian tentang dosa mengingatkan kita, sebagai orang percaya, bahwa dosa bukanlah hal kecil. Dosa sekecil apa pun adalah kekejian di mata Tuhan. Karena itu, marilah kita melihat dosa sebagai suatu kondisi yang serius dan berbahaya. Jika kita menyadarinya, tidak ada seorang pun manusia yang akan menganggap dosa sekadar pelanggaran hukum atau kesalahan yang dapat diampuni. Dosa pada dasarnya adalah perlawanan dan pemberontakan terhadap Allah sendiri secara pribadi. Alkitab mengatakan bahwa Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Segalanya sanggup membinasakan siapa pun yang berani melanggar kekudusan-Nya (Im. 10:1-3).
Akhir Pelajaran (MDD-P02)
Doa
"Tuhan, hari ini aku diingatkan kembali bahwa aku adalah orang berdosa. Aku adalah orang yang tidak layak. Aku menyadari natur dosa yang ada dalam diriku. Hanya karena anugerah-Mu, aku bisa layak saat ini. Ampuni aku dan ajarlah aku supaya senantiasa bersyukur kepada-Mu. Amin."
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA