DRK-Referensi 02a
Nama Kursus | : | Doktrin Roh Kudus |
Nama Pelajaran | : | Pribadi Roh Kudus |
Kode Pelajaran | : | DRK-R02a |
Referensi DRK-R02a diambil dari:
Judul Buku | : | 5 Menit Teologi |
Judul artikel | : | Kepribadian Roh Kudus |
Pengarang | : | Dr. Rick Cornish |
Penerbit | : | Pionir Jaya, Bandung, 2007 |
Halaman | : | 256 - 261 |
REFERENSI PELAJARAN 02a - KEPRIBADIAN ROH KUDUS
-
Kepribadian Roh Kudus
-
Keilahian Roh Kudus
Laki-laki, Perempuan, atau Benda?
Orang-orang sering membicarakan secara bebas tentang "spirit" (roh) tetapi yang mereka maksudkan itu merupakan suatu kekuatan yang tidak berpribadi, seperti kekuatan di dalam film-film Star Wars. Kepercayaan itu telah semakin populer di dunia Barat tatkala agama-agama Timur menyebarkan ajaran panteisme mereka - gagasan bahwa Allah dan alam semesta sama-sama tidak berpribadi.
Penyangkalan atas kepribadian Roh Kudus bukanlah sesuatu yang baru. Pada abad keempat, Arius mengajarkan bahwa Roh Kudus hanyalah energi Allah yang dipancarkan ke dalam dunia. Socinus mengajarkan pandangan yang hampir sama pada abad keenam belas - Roh Kudus adalah energi yang keluar dari Allah. Dan pada masa kini kaum Unitarian menyangkal kepribadian Roh Kudus. Apakah Roh Kudus itu sesuatu yang tidak berpribadi (impersonal), "bends", atau berpribadi, "siapa"?
Alkitab menjelaskan bahwa Roh Kudus merupakan satu keberadaan yang berpribadi, bukan suatu kekuatan impersonal. Kata benda dan kata kepemilikan dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru membedakan jenis kelamin yang disebut gender, yang dapat menunjukkan sifat maskulin, feminin, atau netral. Kata roh, 'pneuma', bergender netral. Jadi, kita tidak menerima suatu kepemilikan yang netral dengan menggunakan 'pneuma'. Namun, ketika kata 'pneuma' itu mengacu kepada Roh Kudus, penggunaan gender-Nya ternyata maskulin, seperti dalam Yohanes 16:13, "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, 'Ia' akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran" (ditambahkan penekanan). Yohanes sengaja menggambarkan Roh Kudus sebagai satu pribadi dan bukan suatu kekuatan besar.
Argumen kedua bahwa Roh Kudus berkepribadian ialah dari hubungan-Nya dengan orang lain, tetapi dibedakan dari mereka. Matius melakukan hal ini dalam 28:19: ".. dan baptislah mereka dalam nama Bapa Anak dan Roh kudus." Paulus menutup 2 Korintus seperti ini: "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian" (2 Korintus 13:13). Dengan kata lain, karena Roh Kudus dihubungkan dengan pribadi-pribadi lain, Ia adalah satu pribadi, tetapi Ia bukanlah sebuah nama lain dari Sang Bapa atau Sang Anak. Perhatikanlah bagaimana Roh Kudus dibedakan dari Sang Bapa dan Sang Anak dalam Yohanes 14:26, "Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." Yesus mengidentifikasi Roh Kudus sebagai satu oknum pribadi yang dibedakan dari Bapa dan diri-Nya sendiri.
Argumen lain mengenai kepribadian Roh Kudus tampak dari aktivitas Roh Kudus, bahwa aktivitas-aktivitas memberi kesan dilakukan oleh satu pribadi. Sebagai contoh, di dalam Yohanes 16, Roh Kudus menghibur dan membimbing, serta mengajar. Semua aktivitas itu menyatakan secara tidak langsung gambaran penggunaan intelegensia, kehendak, dan emosi - karakter-karakter esensial yang dimiliki satu kepribadian, dan bukannya suatu kekuatan yang tidak berpribadi.
Argumen terakhir ditemukan di dalam ayat-ayat yang menunjukkan Roh Kudus itu merupakan kekuatan Allah yang sebenarnya. Dalam Kisah Para Rasul 10:38 Petrus berkata, "yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia." Jika Roh Kudus adalah kekuatan Allah yang tidak berpribadi, tentu tidak masuk akal jika Petrus mengulangi perkataannya sendiri: "Allah mengurapi Dia dengan kuasa dan dengan kuasa."
Berdasarkan argumen-argumen itu dapat disimpulkan bahwa Roh Kudus merupakan satu pribadi, bukan sekadar suatu kekuatan yang tidak berpribadi atau suatu pancaran energi ilahi. Karena Roh Kudus merupakan pribadi, kita dapat dan harus memiliki hubungan pribadi dengan-Nya.
Setara dengan Bapa dan Anak
Roh Kudus adalah Pribadi ilahi yang dengan-Nya kita berhubungan langsung. Pemahaman mengenai natur-Nya merupakan hakikat pengalaman Kristen kita. Sebelumnya, kita telah sepakat bahwa Ia adalah satu pribadi, tetapi apakah Ia ilahi? Bukti-bukti alkitabiah mengatakan ya - Roh Kudus adalah Allah yang setara dengan Sang Bapa dan Sang Anak. Beberapa pendapat mendukung pandangan ini.
Pertama, Roh Kudus secara langsung disebut Allah. Kemarahan Petrus kepada Ananias di dalam Kisah Para Rasul 5:3-4 menunjukkan hubungan itu. "Sebab Tuhan adalah Roh" (2 Korintus 3:17).
Argumen kedua mengenai keilahian Roh Kudus muncul dari kepemilikan-Nya atas atribut-atribut ilahi. Ia digambarkan "kekal" di dalam Ibrani 9:14. Kita menemukan kemahatahuan-Nya dalam 1 Korintus 2:11, "Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah." Mazmur 139:7-8 menyatakan kemahahadiran Roh Kudus, "Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau." Karena Roh Kudus digambarkan dengan sifat-sifat yang hanya dimiliki Allah, maka Ia sudah pasti adalah Allah.
Roh Kudus melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah merupakan argumen ketiga. Contohnya, Yohanes mengatakan bahwa Roh Kudus merupakan sumber kelahiran baru, "Jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh" (Yohanes 3:5-6). Kemudian, Yohanes menulis dalam 1 Yohanes 3:9 bahwa orang-orang Kristen adalah "lahir dari Allah." Jika Allah memberikan kelahiran baru, dan Roh Kudus memberikan kelahiran baru, Roh Kudus pastilah Allah.
Terakhir, Roh Kudus berhubungan dengan Sang Bapa dan Sang Anak yang menunjukkan kesetaraan-Nya dengan kedua-Nya. Perhatikan berkat penutupan Paulus di dalam 2 Korintus 13:13, "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian." Petrus membuat hubungan yang sama dengan mengacu kepada orang-orang pilihan sebagai "orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus" (1 Petrus 1:2). Allah sendiri menyatakan secara tidak langsung kesetaraan itu pada saat berfirman untuk "menjadikan mereka" (Matius 28:19).
Kita menyimpulkan bahwa Roh Kudus memiliki keilahian yang setara dengan Sang Bapa dan Sang Anak. Oleh sebab itu, Ia layak menerima penghormatan, pujian, dan kemuliaan yang setara. Kita seharusnya tidak merendahkan-Nya kepada status yang lebih rendah daripada Bapa atau Anak atau meninggikan-Nya melebihi Bapa atau Anak. Karena keintiman dan hubungan permanen kita dengan Roh Kudus, doktrin keilahian Roh Kudus ini sangat relevan seperti kehidupan kita sehari-hari. Jika Ia ilahi, Ia dapat melindungi kita, dan menyediakan bagi kita tanpa batas, Ia akan menyimpan setiap janji yang diberikan melalui Firman-Nya.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA