DIK-Referensi 04a
Nama Kursus | : | Dasar-dasar Iman Kristen |
Nama Pelajaran | : | Di Dalam Adam dan Di Dalam Kristus |
Kode Referensi | : | DIK-R04a |
Referensi DIK-R04a diambil dari:
Judul Buku | : | Ikhtisar Dogmatika |
Judul artikel | : | Akibat Dosa |
Penulis | : | DR. R. Soedarmo |
Penerbit | : | BPK Gunung Mulia: Jakarta, 1993 |
Halaman | : | 144 - 150 |
REFERENSI PELAJARAN 04a - AKIBAT DOSA
- Akibat Dosa
- Menjalarnya Dosa
Tentang hal ini ada pandangan-pandangan yang berbeda-beda antara lain: Bahwa akibat dosa hanya terbatas pada hukuman kepada Adam dan Hawa. Bagi manusia lainnya, dosa tidak berpengaruh sedikitpun. Tiap-tiap manusia dilahirkan sebagai manusia yang sempurna. Akan tetapi kita dapat mengatakan bahwa akibat dosa meliputi segala manusia.
Apakah akibat dosa ini? Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dosa itu merubah arah di dalam hidup manusia. Manusia dijadikan oleh Tuhan agar menjuruskan kecakapannya kepada kemuliaan Tuhan. Dosa membelokkan jurusan ini kepada diri manusia sendiri. Manusia tidak berubah menjadi binatang, tetap menjadi manusia, hanya berlainan dari maksud yang asli. Manusia menjadi lebih rendah dari binatang. Di sinipun dapat dikatakan bahwa manusia tidak jadi nol tapi menjadi minus. Manusia dijadikan menurut gambar Tuhan, artinya: Menunjukkan Tuhan. Gambar Tuhan sekarang menjadi negatif, artinya: menunjukkan yang tidak dikehendaki oleh Tuhan.
Dulu manusia dijadikan sebagai raja untuk memerintah bagi Tuhan, nabi untuk mengetahui kehendak Tuhan, imam untuk bekerja bagi Tuhan. Sekarang manusia menjadi raja, nabi dan imamnya sendiri. Maka dari itu gambar Tuhan pada manusia bukannya hilang tapi rusak dan terbalik sama sekali. Manusia tidak mau menjadi gambar Tuhan akan tetapi ingin menjadi ilah sendiri.
Pada umumnya orang berfikir: dosa adalah tindakan orang, tindakan perseorangan; maka akibat dari dosa tentu hanya terbatas pada orang itu sendiri, hukuman tentu juga hanya untuk orang itu sendiri. Seandainya ada hukuman untuk keluarga atau turunan orang itu, hukuman ini disebut tidak adil. Lain dari itu dosa adalah sesuatu yang moral, artinya: Tidak bersifat benda; jadi tidak dapat menjalar.
Begitulah pandangan Pelagius pada abad keempat, yang sudah mengatakan bahwa Adam terkena hukuman untuk dirinya sendiri, tidak ada sedikitpun yang mengenai lain orang. Akibat yang didatangkan dosa hanya bahwa Adam memberi teladan kepada keturunannya di dalam berbuat dosa. Turunannya berbuat dosa oleh sebab meniru Adam. Artinya: Turunan Adam dilahirkan baik dan dapat hidup baik. Turunan Adam dilahirkan sebagai manusia yang sehat. Murid-murid Pelagius ada yang memandang bahwa anggapan Pelagius ini terlalu jauh; maka mereka berkata: manusia dilahirkan sebagai orang yang sakit, tetapi dapat menjadi sehat dengan usahanya sendiri. Hingga zaman sekarang masih ada aliran-aliran di dalam agama Kristen yang beranggapan seperti tersebut di atas: Manusia hakekatnya baik, hanya gampang kalah di dalam perang dengan hawa nafsu (semi Pelagianisme).
Pada abad-abad yang lalu hingga sekarang masih ada juga orang-orang yang menentang pandangan tersebut. Augustinus yang menentang Pelagius; begitu juga Luther, Calvin.
Memang kalau kita membaca Kitab Suci, kita akan berpendapat bahwa anggapan tersebut di atas bukan pernyataan Firman Tuhan. Di sini diterangkan dengan jelas bahwa dosa Adam di dalam akibatnya tidak terbatas pada dirinya sendiri, akan tetapi menjalar kepada turunannya semua. Ini dapat kita baca pada permulaan Kitab Suci hingga akhirnya antara lain Kej. 3, kita di situ membaca bahwa Tuhan menjatuhkan hukuman-Nya bukan hanya kepada Adam saja, akan tetapi kepada manusia pertama dengan benih-benihnya (Kej. 3:15).
Mzm. 51 mengatakan juga: Dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Roma 5:12; Dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut. 1 Kor. 15:21, 22: Maut datang karena satu orang manusia.
Dengan demikian maka sudah terang sekali bahwa pandangan Kitab Suci berlainan dengan pandangan manusia. Soal yang tidak dapat disangkal lagi ialah bahwa dosa Adam dan Hawa berjangkit di dalam manusia seluruhnya.
Di dalam dogmatika kita membedakan:
- Dosa warisan.
- Dosa perbuatan.
- Dosa warisan dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu:
- Kesalahan warisan
- Kerusakan warisan
- Dosa Perbuatan
Adam dijadikan oleh Tuhan sebagai kepala manusia. Sebagai kepala umat manusia ia menerima perjanjian Tuhan dan sebagai kepala umat manusia ia melanggar perjanjian itu. Maka tidak usah mengherankan bahwa semua orang yang dikepalai Adam turut melanggar perjanjian itu. Ini sudah tentu. Perjanjian perdamaian tentu hanya ditetapkan antara dua pemimpin bangsa, akan tetapi kedua bangsa segenapnya itu dianggap menetapkan sendiri akan perjanjian perdamaian itu. Maka dari itu kalau ada seorang pemimpin yang tidak setia pada perjanjian itu, segenap bangsanya dipandang juga sebagai tidak setia. Demikian juga ada dua pihak yang berjanji yaitu: Tuhan dan Adam. Adam tidak setia akan perjanjiannya maka seluruh umat manusia turut jatuh ke dalam dosa. Sebab itu rasul Paulus dapat berkata: Karena seorang, dosa masuk ke dalam dunia (Roma 5:12), maka karena itulah sekaliannya berbuat dosa. Tuhan menghitung kesalahan kita, jadi dengan langsung. Inilah yang disebut: Kesalahan warisan.
Bahwa kesalahan Adam dijadikan kesalahan kita juga terbukti bahwa hukuman kesalahan Adam juga dijatuhkan kepada kita (Kej. 3: benih; Roma 5: maut). Tuhan menjadikan manusia sebagai kesatuan yang organis, yang hidup, yang bertumbuh satu dari yang lain. Agar sifat Tuhan yang Maha Esa dapat bertumbuh satu dari yang lain. Agar sifat Tuhan yang Maha Esa dapat menjelma di dalam kesatuan yang organis di dalam manusia, hingga bersatu di dalam memuliakan Tuhan. Sayang sekali kesatuan ini menjadi kesatuan di dalam dosa.
Adam dijadikan sebagai benih yang akan mengeluarkan pohon yang besar. Sudah dengan sendirinya keadaan benih menentukan keadaan pohon kelak. Kalau benihnya baik, tentu akan menjadi pohon yang baik.
Adam berbuat dosa, dijatuhi hukuman; hukuman ini juga berisi kerusakan jiwa dan tubuh. Orang-orang yang menjadi turunannya juga dilahirkan dengan kerusakan jiwa dan tubuh. Tidak hanya sakit keadaan manusia sekarang dan tidak sama sekali sehat, melainkan "mati"; tidak dapat berbuat yang baik dan terus bercenderung kepada yang jahat. Ef. 2:1: Kamu dahulu sudah mati.
Dengan demikian sudah terang bahwa segala hidup tidak dapat timbul dari manusia sendiri, hanya Tuhan yang dapat memberikan, manusia sendiri sudah mati. Manusia sudah rusak, berarti: Kehilangan kemuliaan yang asli yang diberikan oleh Tuhan (Roma 3:23). Kerusakan warisan menjalar dengan kelahiran orang, jadi tidak langsung dilanjutkan oleh Tuhan, tetapi ada alatnya, yaitu kelahiran (Ayub 14:4, Yoh. 3:6).
Dosa warisan dapat menimbulkan pikiran: Adakah Tuhan itu adil kalau demikian? Pertama-tama kita harus insaf bahwa Tuhan itu adil. Allah yang Maha Adil, jadi adil dalam segala tindakan-Nya. Lain dari itu Adam dijadikan sebagai kepala umat manusia, maka segala tindakannya dengan akibat-akibatnya, terhitung sebagai tindakan kita semua yang dikepalai Adam.
Selain dosa yang kita terima dari keturunan, kita juga berbuat dosa sendiri. Sudah barang tentu untuk dosa perbuatan ini dosa warisan juga berpengaruh. Terutama kerusakan warisan ini mendatangkan kelemahan kita, hingga kita tidak dapat berbuat yang baik dan berkecenderungan kepada yang jahat. Akan tetapi manusia tetap menjadi manusia, makhluk yang berbudi, maka ia dapat memilih. Maka manusia juga yang bertindak sendiri atau yang berbuat dosa. Dosa inilah yang disebut: Dosa perbuatan.
Dosa perbuatan juga dibedakan sebagai berikut:
Gereja RK membedakan: dosa yang dapat diampuni dan yang tidak diampuni oleh Tuhan. Pandangan ini didasarkan atas Mat. 5:22. Akan tetapi maksud nas ini bukannya membedakan tindakan-tindakan hukuman dosa yang memuncak kepada dosa yang tak dapat diampuni, melainkan maksudnya di sini untuk menyatakan: Bukannya membunuh orang saja yang terkena hukum, tetapi orang yang marahpun akan dihukum juga.
Ada yang membedakan juga antara: Dosa yang dibuat dengan pikiran, perkataan dan perbuatan. Akan tetapi kalau ditinjau lebih dalam perbedaan ini tidak dapat dipertahankan; sebab yang berbuat dosa ini bukannya pikiran, mulut dan tangan umpamanya, melainkan jiwa manusia atau manusia segenapnya.
Ada perbedaan yang demikian: Dosa terhadap perintah-perintah pada loh yang pertama, lebih besar daripada dosa terhadap perintah-perintah pada loh yang kedua. Pembedaan inipun tidak tepat kalau kita membaca Yak. 2:10 di mana Yakobus berkata: Bahwa barangsiapa mengabaikan salah satu dari perintah-perintah itu, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Memang perintah Tuhan hanyalah satu, yaitu kasih. Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada orang lain adalah satu. "Dengan demikian kasih adalah kegenapan (Yunani: pleroma, artinya kepenuhan) Taurat" (Roma 13:10). Maka dari itu kita hanya membedakan dosa terhadap Roh Suci dan dosa lain-lainnya.
Dosa lain-lainnya semua dapat diampuni. Selama manusia masih hidup, masih ada kemungkinan untuk menerima pengampunan dari Tuhan kalau bertobat, kalau menyesal (lihat Yes. 1:18, dan lain-lain). Hanya ada satu dosa yang tidak akan mendapat pengampunan dari Tuhan, ialah yang disebut: Dosa terhadap Roh Suci.
Mat. 12:24 menceritakan, bahwa Tuhan Yesus telah menyembuhkan orang yang dirasuk Setan, akan tetapi orang Farisi berkata: "Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan. "Maka Tuhan Yesus berfirman agak panjang, yang berpusat kepada Mat. 12:31: "Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni." Apakah Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang Farisi pada waktu itu berbuat dosa terhadap Roh Suci? Jawaban-jawaban tentang pertanyaan ini ada yang positif, ada yang negatif, ada yang mengamini dan ada yang menyangkal.
Memang Tuhan Yesus di sini berfirman kepada umum, akan tetapi firman- Nya ditujukan kepada orang-orang Farisi: "Sebab itu Aku berkata kepadamu." Kalau kita memegang teguh caranya Tuhan Yesus berfirman secara umum, kita dapat mengatakan: Bukan orang-orang Farisi yang di maksudkan. Bagaimanapun jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut, maka satu hal sudah terang; cerita Tuhan itu adalah disimpulkan di Mat. 12:31.
Maka kita dapat mengerti apakah maksud dosa terhadap Roh Suci, yaitu: Dosa ini dibuat oleh orang yang sudah berhubungan erat dengan Tuhan Yesus, sudah melihat, kenal akan Tuhan Yesus, akan tetapi orang ini toh berkata: Yesus itu dari Setan. Orang yang sudah berhubungan erat dengan jemaat dan pikirannya sudah diterangi, hingga melihat dan kenal akan Tuhan Yesus. Kalau orang ini toh berkata: Yesus itu dari Setan asalnya, Yesus itu bukan anak Allah; perkataan inilah yang disebut. Dosa terhadap Roh Suci. Bagi dosa ini tidak ada ampun lagi. Ini dikatakan dalam Ibr. 6:4-6. Atau 1 Yoh. 5:16, menyatakan: "Bahwa bagi orang ini tidak usah dinaikkan doa." Dosa terhadap Roh Suci itu membawa kekerasan hati. Di dalam hati orang ini tidak ada penyesalan, tidak ada kekuatiran dan bertobat.
Dengan demikian menjadi terang bagi kita: Barangsiapa takut dan kuatir kalau-kalau berbuat dosa terhadap Roh Suci, orang itu malahan dapat dikatakan dengan tegas bahwa: ia tidak berbuat dosa kepada Roh Suci.
Adakah Tuhan menghukumkan dosa manusia? Ada yang menjawab: Tidak, sebab Tuhan Maha Kasih. Ada juga yang menjawab: Tidak, sebab Tuhan tidak dapat merusak buah penjadian-Nya sendiri.
Kita harus menanyakan: Bagaimanakah jawaban Kitab Suci? Kitab Suci menyatakan dengan terang bahwa Tuhan menghukum dosa. Lihat Kej. 2 dan 3; Roma 5:12 dan selanjutnya. Hal ini tidak mengherankan. Memang Tuhan dapat membiarkan dosa. Dan Allah bersifat kebenaran, maka tidak dapat mengabaikan Firman-Nya sendiri: "Sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kej. 2:17).
Jadi hukuman berarti:
- Upah bagi perbuatan yang tidak baik. Keadilan Tuhan yang harus menjatuhkan hukuman.
- Memurnikan yang akan bergaul dengan Tuhan, kesucian Tuhan yang memerlukan ini.
Apakah hukuman terhadap dosa? Tiga hal, yaitu:
- Maut (Kej. 2:17)
- Perceraian antara jiwa dan tubuh. Tuhan menjadikan manusia sebagai kesatuan antara jiwa dan tubuh. Akan tetapi oleh karena dosa, kesatuan ini akan terpecah. Tubuh akan kembali pada debu, jiwa akan pergi ke kerajaan tempat jiwa. Inilah yang disebut maut badani. Maut badani tidak langsung datang sesudah manusia jatuh ke dalam dosa. Inilah sudah menunjukkan anugerah Tuhan. Tuhan masih hendak menyelamatkan manusia, memberi kemungkinan untuk bertobat. Dengan demikian tidak segenap mahluk-Nya akan lenyap, inti dari mahluk itu akan diselamatkan.
- Maut adalah perceraian antara Allah dan manusia, tidak ada hubungan yang harmonis lagi. Tuhan melemparkan manusia sebab Tuhan adalah Maha Suci dan manusia adalah berdosa. Inilah yang disebut maut rohani. Maut rohani itu hukuman terhadap dosa. Tiap-tiap manusia merasakan hukuman ini. Ia merasakan perceraian maka merasakan keinginan untuk kembali lagi, akan tetapi juga merasakan takut; sebab yang dicari itu akan melemparkan manusia lagi. Apakah yang dicari ini disebut Tuhan atau Dewa, perasaan ingin mencari dan perasaan takut ini ada.
- Maut juga perceraian yang kekal antara Tuhan dan manusia. Jikalau manusia terus-menerus menolak Tuhan, kemungkinan yang diberikan oleh Tuhan untuk bertobat akan berakhir. Kemudian manusia akan ditolak oleh Tuhan dan dijatuhi hukuman yang kekal. Inilah yang disebut: Maut yang kekal.
- Hidup Manusia menjadi Rusak
Maut adalah perceraian antara apa yang dihubungkan oleh Tuhan. Maka kita dapat membedakan:
Dosa merubah hidup manusia. Dulu hidup itu penuh keenakan dan kepuasan. Manusia ditempatkan di dalam taman Eden. Sesudah dosa datang, manusia harus bekerja dengan susah payah. Di dalam faktor- faktor hidup yang tertinggi, kerusakan nampak juga, yaitu: Di dalam perkawinan, cinta perempuan menjadi keinginan nafsu, hal melahirkan anak menjadi penuh menderita, kasih orang laki-laki terhadap isteri menjadi lebih keras, disebut memerintahkan. Singkatnya: Hidup yang sempurna menjadi hidup yang penuh kesukaran dan kesusahan (bnd. Kej. 3:16-19).
Poin 1 dan 2 adalah hukuman yang dijatuhkan oleh Tuhan. Ada juga hukuman yang datang oleh karena dosa sendiri, yang didatangkan oleh dosa sendiri.
Manusia kewajibannya melayani Tuhan. Seadainya manusia tetap di dalam kewajiban ini, Tuhan yang menjadi rajanya. Ia yang akan menguasai. Akan tetapi manusia memilih Iblis. Maka dari itu sekarang Iblis yang menjadi rajanya. Iblis yang menguasai manusia. Sekarang manusia terpaksa melayani setan. Setan memperalat manusia. Gambaran yang terang sekali dari kekuasaan Setan ialah orang yang dirasuk Setan. Orang yang demikian hanya dapat bertindak sesuai dengan maksud Setan. Yang mempunyai kekuasaan atas dia di dunia ialah Setan. Hanya ada satu pribadi yang dapat mematahkan kekuasaan ini, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA