DIK-Pelajaran 01
Nama Kursus | : | Dasar-Dasar Iman Kristen |
Nama Pelajaran | : | Penciptaan Alam Semesta dan Manusia |
Kode Pelajaran | : | DIK-P01 |
Pelajaran 01 - PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAN MANUSIA
Daftar Isi
- Penciptaan Alam Semesta
- Tuhan Sudah Ada Sebelum Segala Sesuatu Ada
- Alkitab adalah Jawaban
- Tuhan adalah Pencipta Alam Semesta
- Bagaimana Alam Semesta Diciptakan Tuhan?
- Keadaan Segala Sesuatu pada Waktu Diciptakan
- Makhluk Hidup Diciptakan Sesuai dengan Jenisnya
- Pemeliharaan Tuhan Atas Ciptaan-Nya
- Penciptaan Manusia
- Tuhan adalah Pencipta Manusia
- Susunan Natur Manusia
- Kondisi Adam Pada Waktu Diciptakan
- Tujuan Allah Menciptakan Manusia
Doa
- Penciptaan Alam Semesta
-
Tuhan Sudah Ada Sebelum Segala Sesuatu Ada
- Alkitab adalah Jawaban
-
Tuhan adalah Pencipta Alam Semesta
-
Bagaimana Alam Semesta Diciptakan Tuhan?
- Keadaan Segala Sesuatu pada Waktu Diciptakan
-
Makhluk Hidup Diciptakan Sesuai dengan Jenisnya
-
Pemeliharaan Tuhan Atas Ciptaan-Nya
-
Penciptaan Manusia
-
Tuhan adalah Pencipta Manusia
-
Susunan Natur Manusia
-
Trikotomi
-
Dikotomi
-
Ketika Allah menciptakan manusia, Allah menghembuskan ke dalam tubuh manusia, yaitu jiwa/napas yang hidup. (Kej. 2:7) Para penganut dikotomi memandang istilah jiwa dan roh di dalam Alkitab bukan sebagai dua substansi yang berbeda, tetapi merupakan istilah yang sering dipakai secara bergantian/bisa dipertukarkan oleh penulis Alkitab, misalnya dalam Matius 6:25; 10:28 (Manusia disebut dengan istilah tubuh dan jiwa) dan Pengkhotbah 12:7; 1 Kor. 5:3,5 (manusia disebut dengan istilah tubuh dan roh). Contoh lainnya adalah Kej. 41:8; Maz. 42:6; Mat. 20:28; 27:50; Yoh. 12:27; Ibr. 12;23; Why. 6:9.
-
Penyebutan jiwa dan roh secara bersamaan seperti dalam 1 Tes. 5:23 dan Ibr. 4:12, tidak harus ditafsirkan sebagai adanya dua substansi yang berbeda. Sebab jika ditafsirkan demikian, maka manusia tidak hanya dibagi dalam tiga substansi saja, melainkan lebih, misalnya dalam Mat. 22:37 menyebutkan secara bersamaan hati, jiwa, dan akal budi (pikiran).
-
Pada umumnya, kesadaran manusia hanya menunjukkan adanya dua bagian dalam diri manusia, yaitu unsur yang badaniah/jasad (yang dapat dilihat) dan unsur rohaniah (yang tidak dapat dilihat).
-
Monokotomi
-
Kondisi Adam pada Waktu Diciptakan
-
Tujuan Allah Menciptakan Manusia
Kapan dan sudah berapa lamakah Tuhan ada? Tuhan sudah ada dengan segala kuasa dan kemuliaan-Nya sebelum segala sesuatu ada. Alkitab mengatakan, "Pada mulanya Tuhan ...." (Kej. 1:1; Yoh. 1:1) Keberadaan-Nya ialah dari kekal sampai kekal. Ia selalu ada, dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya. Dalam kitab Mazmur 90:2 menyatakan "... dari selama-selamanya sampai selama-lamanya, Engkaulah Tuhan."
Tuhan bukanlah sekadar kuasa atau pengaruh yang dahsyat. Dia adalah Pribadi yang kita sebut sebagai Allah Tritunggal, yaitu Allah Bapa, Allah Anak (Yesus Kristus), dan Allah Roh Kudus. Dialah yang menyebabkan segala sesuatu menjadi ada. Dia adalah Sang Pencipta (Bapa: 1 Kor. 8:6; Anak: Yoh. 1:30; Roh Kudus: Kej. 1:2; Yes. 40:12-13).
Sejak mulanya, manusia ingin tahu bagaimana segala sesuatu di dunia ini terjadi. Banyak pendapat telah diberikan mengenai asal usul alam ini, khususnya mengenai asal usul bumi. Namun, tidak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti jawabannya.
Bagaimanakah kita dapat mengetahuinya secara pasti? Dengan percaya atau mengimani firman Tuhan (Ibr. 11:3). Di dalam firman Tuhan, kita menemukan jawabannya dengan pasti. Alkitab tidak pernah berspekulasi sebagaimana teori-teori yang diciptakan oleh manusia. Dengan tegas Alkitab mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa, segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. (Kol. 1:16)
Walaupun Alkitab menjelaskan mengenai penciptaan dengan singkat, namun Tuhan telah memberitahukan kepada kita segala sesuatu yang perlu kita ketahui tentang permulaan alam semesta ini. Pernahkah Anda bertanya mengapa kitab pertama dalam Alkitab disebut Kitab "Kejadian"? Karena Kitab Kejadian menceritakan tentang permulaan atau asal usul segala sesuatu. Kata "Kejadian" berarti "permulaan". Kitab ini menceritakan tentang permulaan langit, bumi dan segala isinya. Kitab ini dimulai dengan memberi informasi tentang asal mula alam semesta.
"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." (Kej. 1:1)
Alkitab secara jelas memberikan jawabannya, yaitu Tuhan. Berikut ini adalah ayat-ayat Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam semesta.
"Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi." (Kej. 1:1)
"Dialah Tuhan ... dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia menciptakannya untuk didiami." (Yes. 45:18)
"Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tangan-Kulah yang membentangkan langit dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya." (Yes. 45:12)
"... Ia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya: yang tetap setia untuk selama-lamanya." (Maz. 146:6)
Berbeda dengan Tuhan, alam semesta ini memiliki titik permulaan. Tuhanlah yang menciptakan alam semesta ini. Ia menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada dan seluruh keberadaan alam semesta ini bergantung kepada Tuhan. Dalam Kej. 1:1, kata "menciptakan" di sini tidak berarti memindahkan atau menghadirkan sesuatu yang sudah ada ke tempat lain yang pada mulanya tidak ada, tetapi membuat sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada tanpa bahan ('ex nihilo'). Ia menciptakan langit dan bumi dengan Firman-Nya. Alkitab mengatakan:
"Oleh firman Tuhan langit dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentara-Nya." (Maz. 33:6)
Firman Tuhan keluar dari mulut Allah yang berkuasa! Firman Tuhan mencipta segala sesuatu menjadi ada sesuai dengan yang difirmankan Allah itu. Seperti ada tertulis:
"Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi, Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Maz. 33:9)
"Berfirmanlah Allah: Jadilah ...." (Kej. 1:3,6,9,11,14,20,24,26)
Kondisi segala sesuatu pada saat Tuhan menciptakan mereka adalah tidak seperti sekarang ini. Kondisi segala hal yang Ia ciptakan adalah baik. Dalam Kejadian pasal 1, berkali-kali disebutkan bahwa setelah Tuhan menciptakan sesuatu, "Ia melihat semua itu baik." (Kej. 1:10,12,18,25,31)
Allah menciptakan semua makhluk hidup seperti burung, ikan, dan binatang, dan memberi kemampuan kepada mereka untuk berkembang biak menurut ketetapan-Nya, yaitu "berkembang biak menurut jenisnya masing-masing" (Kej. 8:19). Tidak ada binatang yang dapat berganti jenis menjadi jenis binatang yang lain. Ketetapan ini masih berlaku hingga hari ini. Setiap makhluk hidup melahirkan keturunan atau anak menurut jenisnya.
Beberapa orang beranggapan bahwa setelah Allah menciptakan dunia dan segala isinya, Ia menarik diri dan membiarkan ciptaan-Nya berjalan sendiri begitu saja. Paham ini disebut 'Deisme', bahwa Allah tidak peduli lagi dengan ciptaan-Nya, Ia lepas tangan setelah menciptakan mereka. Hal ini tidak benar. Sampai saat ini Allah masih memelihara ciptaan-Nya. Allah, selain Pencipta Agung dari segala sesuatu, Ia juga Pemelihara, Pemimpin, Pengatur, dan Pemerintah semua makhluk ciptaan, dan benda-benda ciptaan, mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, dengan kebijaksanaan-Nya yang paling bijak dan pemeliharaan-Nya yang kudus, sesuai dengan pengetahuan yang tidak bisa salah dan kehendak-Nya yang bebas dan tidak berubah.
Kalau langit, bumi dan segala isinya ini masih ada sampai sekarang, ini semua karena pemeliharaan Allah terhadap ciptaan-Nya. II Pet. 3:7 mengatakan: "Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api ...." Semua ciptaan masih ada sampai sekarang karena Allah menopangnya. Ibr. 1:3 menjelaskan bahwa Kristus menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kuasa.
Kata "menopang" di sini tidaklah pasif, tetapi memiliki pemahaman yang aktif karena dengan maksud kehendak-Nya, Ia mengontrol semuanya secara terus-menerus. Jadi, Yesus secara aktif terlibat dalam karya pemeliharaan (providensia). Hal serupa juga terdapat dalam Kol. 1:7 yang mengatakan bahwa di dalam Dia segala sesuatu ada. Bagaimana dengan kehidupan manusia di bumi ini? Apakah Allah masih memerhatikannya? Ya. Ada banyak ayat dalam Alkitab yang menjelaskan bahwa Ia mengatur kehidupan di bumi ini. Maz. 139:16 menjelaskan bahwa Allah mengatur kelahiran dan kehidupan manusia. Ia memberikan perlindungan kepada orang benar (Maz. 5:12; Ul. 33:12,25-28; I Sam. 2:9), memenuhi kebutuhan umat-Nya (Ul. 8:3; Fil. 4:19) dan sebagainya. Sebenarnya kalau kita mau sadar, napas hidup yang masih Ia berikan kepada kita saat ini adalah bukti dari pemeliharaan-Nya terhadap manusia.
Ayub 34:14-15 mengatakan: "Jikalau Ia menarik kembali Roh-Nya dan mengembalikan nafas pada-Nya, maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu." Demikian juga yang dikatakan Maz. 104:29: "... apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu."
Jadi, Allah masih campur tangan terhadap ciptaan-Nya. Semua keberadaan, sifat-sifat dan gerak segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tidak bisa dilepaskan dari pemeliharaan Tuhan terhadapnya.
Keberadaan manusia di atas bumi ini bukanlah muncul dengan sendirinya atau hasil proses evolusi dari binatang. Dengan tegas Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendirilah yang menciptakan manusia.
Berfirmanlah Tuhan: "Baiklah Kita menjadikan manusia ... maka Allah menciptakan manusia itu ...." (Kej. 1:26,27)
Yesus berkata, "Sebab pada awal dunia, Tuhan menjadikan mereka laki-laki dan perempuan." (Mrk. 10:6)
Bagaimana Tuhan Menciptakan Manusia?
Alkitab menjelaskan bahwa manusia diciptakan Tuhan pada hari keenam dari seluruh rangkaian penciptaan yang ada. Manusia itu diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
"Maka Tuhan menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Tuhan diciptakan-Nya dia; ... itulah hari keenam." (Kej. 1:26-31)
Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah berarti adanya unsur-unsur tertentu yang Allah ciptakan di dalam diri manusia, yang menyebabkan manusia itu menjadi makhluk seperti Allah. Unsur-unsur tertentu tersebut misalnya adalah pikiran, spiritualitas, dan lain-lain, yang menyebabkan manusia bisa berpikir, memiliki hikmat, mengasihi, bersekutu seperti Tuhan. Namun demikian, walaupun manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, perlu diingat bahwa terdapat perbedaan kualitas antara ciptaan dan Penciptanya. Bagaimanakah manusia pertama itu diciptakan? Ia diciptakan dari tanah, lalu Allah menghembuskan napas-Nya ke dalam hidung. Kej. 2:7 menyatakan: Kemudian TUHAN Allah mengambil sedikit tanah, membentuknya menjadi seorang manusia, lalu menghembuskan napas yang memberi hidup ke dalam lubang hidungnya; maka hiduplah manusia itu. (BIS).
Manusia pertama yang diciptakan Allah dinamakan Adam. Setelah menciptakan Adam, Tuhan memandang tidak baik jika Adam sendirian, maka diciptakan-Nya seorang penolong yang sepadan dengan Adam. Ketika Tuhan membuat Adam tidur nyenyak. Tuhan mengambil salah satu dari rusuk Adam, kemudian menutup tempat itu dengan daging. Dari rusuk Adam itulah diciptakan oleh Allah seorang perempuan, yang dinamakan Hawa (Kej. 2:18-22; 3:20). Demikianlah kisah Tuhan penciptaan manusia.
Pada umumnya terdapat tiga teori pembagian natur manusia dalam teologia, yaitu trikotomi, dikotomi, dan monokotomi.
Trikotomi adalah pandangan yang percaya bahwa natur manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu tubuh, jiwa dan roh. Menurut teori ini ketika Allah menciptakan manusia, Allah memberikan tiga unsur utama di dalam diri manusia yaitu tubuh, jiwa, dan roh.
Tubuh adalah unsur lahiriah manusia yang dapat dilihat, yang melaluinya manusia dapat melihat, mendengar, menyentuh, dan sebagainya. Jiwa adalah unsur batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia terdiri dari tiga unsur utama yaitu pikiran, emosi (perasaan), dan kehendak. Dengan pikirannya, manusia dapat berpikir. Dengan perasaannya, manusia dapat mengasihi, dan dengan kehendaknya, manusia dapat memilih. Roh adalah unsur yang paling dalam dari manusia yang memungkinkannya untuk bersekutu dengan Tuhan.
Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada perkataan Paulus dalam 1 Tes. 5:23 dan penulis Ibrani dari Ibr. 4:12, yang secara jelas menyebutkan tiga unsur tersebut yang berbunyi demikian:
"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya, dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." (1 Tes. 5:23)
"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum,; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibr. 4:12)
Dikotomi adalah pandangan yang percaya bahwa natur manusia terdiri dari dua bagian saja, yaitu tubuh dan roh (jiwa termasuk di dalamnya). Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada argumentasi berikut ini:
Monokotomi adalah pandangan yang percaya bahwa manusia merupakan pribadi yang utuh yang tidak dipisah-pisahkan. Manusia tidak akan bisa ada/hidup tanpa tubuh atau jiwa/rohnya. Tubuh tidak akan bisa hidup tanpa jiwa/roh, demikian juga sebaliknya. Menurut teori ini, istilah Alkitab "jiwa" dan "roh" hanyalah ekspresi lain dari pribadi/hidup manusia itu sendiri.
Kita telah mempelajari bahwa Adam diciptakan oleh Allah. Alkitab menyatakan bahwa kondisi Adam waktu diciptakan adalah dalam kondisi yang sangat baik. Kej. 1:31 mengatakan:
"Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu SUNGGUH AMAT BAIK."
Jadi, kondisi Adam pada waktu itu adalah dalam keadaan sempurna dan suci atau tanpa dosa.
Tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah untuk kemuliaan-Nya. Tuhan ingin manusia yang dibentuk menurut gambar dan rupa-Nya dapat bersekutu dengan-Nya dan memuliakan-Nya. Alkitab menyatakan:
"... yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku ...." (Yes. 43:7)
"... segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia." (Kol. 1:16)
Melalui ciptaan-Nya, Tuhan juga telah menyatakan kuasa, kemuliaan dan hikmat-Nya. Seperti ada tertulis:
"... langit menceritakan kemuliaan Tuhan dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya." (Maz. 19:1)
Karena Tuhan adalah Pencipta segala sesuatu, maka Dia adalah Pemilik segala sesuatu sehingga hanya Dia sajalah yang patut atau layak dipuji dan disembah. Apakah arti penyembahan itu? Penyembahan adalah ungkapan kasih, penghormatan dan ketaatan yang patut diberikan kepada Tuhan. Kita tidak boleh menyembah manusia, malaikat, makhluk ataupun benda-benda lain karena mereka hanyalah ciptaan. Alkitab mengatakan:
"Engkau harus menyembah Tuhan, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (Mat. 4:10)
"Ya Tuhan, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa, sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." (Why. 4:11)
DOA
"Tuhan, Engkaulah yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Engkau jugalah yang telah menciptakan saya dengan cara yang luar biasa. Karena itu, puji syukur hanya kepada-Mu Tuhan dan biarlah saya boleh mengenal, mengasihi, dan menyembah-Mu sebagai Penciptaku." Amin.
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA