DIK 1 - Pelajaran 02
Nama Kelas | : | Dasar-Dasar Iman Kristen 1 |
Nama Pelajaran | : | Penciptaan Manusia |
Kode Pelajaran | : | DIK1-P02 |
Pelajaran 02 -- Penciptaan Manusia
Daftar Isi
- Pengertian Istilah "Adam"
- "Adam" sebagai Manusia Laki-laki
- Nama Pribadi Manusia Pertama "Adam"
- "Adam" Mewakili Seluruh Umat Manusia
- Allah Adalah Pencipta Manusia
- Bagaimana Allah Menciptakan Manusia?
- Diciptakan dari Debu dan Tanah (Tubuh)
- Allah Mengembuskan Napas-Nya (Roh)
- Diciptakan Segambar, Serupa dengan Allah
- Tidak Baik Sendirian
- Allah Menciptakan Laki-laki dan Perempuan
- Memiliki Kesetaraan
- Perbedaan Peran Laki-laki dan Perempuan
- Tugas Manusia
- Apa Tujuan Allah Menciptakan Manusia?
- Kondisi Adam pada Waktu Diciptakan
- Sempurna
- Hubungan yang Akrab dengan Allah
- Perdebatan tentang Susunan Natur Manusia
- Trikotomi
- Dikotomi
- Monokotomi
Doa
Pelajaran 02 -- Penciptaan Manusia
Manusia adalah mahkota dari semua ciptaan Allah karena manusia diciptakan untuk tujuan agung yang Allah inginkan, yaitu untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam memelihara semua ciptaan Allah yang lain. Namun, sebelum mempelajari lebih lanjut tentang hubungan manusia dan Allah, mari terlebih dahulu melihat apakah manusia itu dan bagaimana Allah menciptakan mereka.
- Pengertian Istilah "Adam"
- "Adam" sebagai 'Manusia Laki-laki'
- Nama Pribadi Manusia Pertama "Adam"
- "Adam" Mewakili Seluruh Umat Manusia
- Allah Adalah Pencipta Manusia
- Bagaimana Allah Menciptakan Manusia?
- Diciptakan dari Debu dan Tanah (Tubuh)
- Allah Mengembuskan Napas-Nya (Roh)
- Diciptakan Segambar, Serupa dengan Allah
- Tidak Baik Sendirian
- Allah Menciptakan Laki-laki dan Perempuan
- Memiliki Kesetaraan
- Perbedaan Peran Laki-laki dan Perempuan
- Tugas Manusia
- Apa Tujuan Allah Menciptakan Manusia?
- Kondisi Adam pada Waktu Diciptakan
- Sempurna
- Hubungan yang Akrab dengan Allah
- Perdebatan tentang Pembagian Natur Manusia
- Trikotomi
- Dikotomi
- Monokotomi
Kata "adam" dalam bahasa Ibrani artinya 'manusia laki-laki', tetapi juga bisa berarti nama pribadi 'Adam', dan bisa juga sebagai 'umat manusia yang mewakili seluruh manusia'. Karenanya, mari kita melihat dengan lebih teliti penggunaan kata ini dalam Alkitab.
Dalam Kejadian pasal 1-4, penulis banyak merujuk kata "adam" untuk dua arti yang berbeda. Yang pertama, sebagai nama jenis manusia laki-laki pertama yang Tuhan ciptakan.
".... Sekarang, mari Kita membuat manusia dalam rupa Kita, menurut keserupaan Kita." (Kej. 1:26)
Yang kedua, sebagai nama pribadi "Adam", sebutan atau panggilan yang diberikan kepada manusia pertama ciptaan Tuhan.
"Jadi, manusia itu memberikan nama untuk semua hewan, untuk burung-burung di udara, dan semua binatang liar di padang. Akan tetapi, bagi manusia itu (Adam), tidak ditemukan seorang penolong yang sepadan dengannya." (Kej. 2:20)
Mulai Kejadian 5, penulis kitab Kejadian memakai arti lain untuk kata 'Adam', yaitu 'umat manusia' (human race), baik laki-laki maupun perempuan.
".... Pada hari Allah menciptakan manusia, Dia membuatnya dalam keserupaan dengan Allah. Dia menciptakan mereka, laki-laki dan perempuan, dan Dia memberkati mereka, dan menamai mereka manusia, pada hari mereka diciptakan." (Kej. 5:1-2)
Keberadaan manusia di atas bumi ini tidak muncul dengan sendirinya atau sebagai hasil proses evolusi dari binatang. Dengan tegas, Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendirilah yang menciptakan manusia.
Berfirmanlah Tuhan: "Sekarang, mari Kita membuat manusia .... Lalu, Allah menciptakan manusia ...." (Kej. 1:26, 27) Yesus berkata, "Namun, sejak permulaan penciptaan, Allah menciptakan mereka laki-laki dan perempuan." (Mrk. 10:6)
Alkitab menjelaskan bahwa manusia diciptakan Tuhan pada hari keenam dari seluruh rangkaian penciptaan. Manusia itu diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. "Lalu, Allah menciptakan manusia menurut rupa-Nya. Menurut rupa Allah, Dia menciptakannya .... Inilah hari keenam" (Kej. 1:26-31). Bagaimana mereka diciptakan?
Alkitab menjelaskan bahwa TUHAN Allah membentuk manusia dari debu di tanah. Inilah yang membentuk tubuh (fisik) manusia. Kata 'membentuk' merupakan terjemahan dari kata Ibrani yatsar, yang berarti 'memberi bentuk atau membentuk'. Penggunaan kata ini memunculkan gambaran seorang tukang periuk (potter) yang memiliki kecerdasan dan kuasa untuk membentuk karyanya.
Setelah membentuk manusia, Allah mengembuskan napas-Nya (Naphes) ke dalam hidung manusia sehingga ia menjadi hidup. Ini berarti, manusia lebih dari sekadar "debu," atau sekadar substansi fisik saja. Manusia memiliki roh (dari napas Allah). Inilah yang membedakan manusia dengan ciptaan lainnya. Dan, Allah menempatkan manusia yang diciptakan-Nya itu di Taman Eden.
Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah berarti ada unsur-unsur tertentu yang Allah ciptakan dalam diri manusia, yang menyebabkan manusia itu menjadi makhluk seperti Allah. Unsur-unsur tertentu tersebut di antaranya: spiritualitas, kecerdasan (kreativitas), moralitas (hati nurani) yang menyebabkan manusia bisa berpikir, memiliki hikmat, mengasihi, dan bersekutu seperti Allah Tritunggal. Namun, walaupun manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, perlu diingat bahwa terdapat perbedaan kualitas antara ciptaan dan Penciptanya.
Manusia pertama yang diciptakan Allah diberi nama Adam. Setelah menciptakan Adam, Tuhan memandang tidak baik jika Adam sendirian. Lalu, diciptakan-Nya seorang penolong yang sepadan dengan Adam. Ketika Tuhan membuat Adam tidur nyenyak, Tuhan mengambil salah satu dari rusuk Adam, kemudian menutup tempat itu dengan daging. Dari rusuk Adam itulah, diciptakan oleh Allah seorang perempuan, yang Adam beri nama Hawa (Kej. 2:22-24; 3:20). Demikianlah Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan.
Alkitab menunjukkan kepada kita bagaimana Allah memperlihatkan kebutuhan Adam untuk memiliki pasangan dengan meminta Adam menamai semua makhluk hidup lainnya (Kej. 2:19-20). Allah kemudian membuat Hawa dari tulang rusuk Adam. Ketika Adam melihatnya, dia tahu kalau Hawa ini istimewa. Allah menciptakannya dengan sangat baik dan mereka memelihara Taman Eden.
Laki-laki dan perempuan diciptakan Allah dengan kesetaraan untuk saling menghormati dan saling menghargai sebagaimana dicontohkan oleh Allah Tritunggal, yang mana Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus dalam kesetaraan-Nya saling mengasihi, bekerja sama, dan berbagi hidup.
Namun, memang tidak dapat disangkal adanya perbedaan. Laki-laki diciptakan lebih dahulu daripada perempuan dan secara fisik laki-laki lebih kuat daripada perempuan. Laki-laki memang diorientasikan Allah demikian karena Allah ingin laki-laki menjadi kepala sehingga ia dapat memimpin dan melindungi perempuan yang lebih lemah. Perempuan, sebagaimana dikehendaki Allah pada saat penciptaan, menjadi penolong yang sepadan bagi suaminya.
Allah memberikan tugas yang sederhana, tetapi juga menuntut tanggung jawab yang besar. Yang pertama, mereka harus beranak cucu dan berlipat ganda (Kej. 1:27). Dalam panggilan Allah untuk manusia berkembang biak dan memenuhi bumi ini, terdapat juga panggilan untuk manusia hidup bersosialisasi, bekerja sama, dan saling membantu sehingga tercipta persekutuan yang penuh cinta kasih sebagaimana yang Allah Tritunggal contohkan.
Tugas yang kedua adalah menguasai segala yang hidup dan yang bergerak di bumi (Kej. 1:28). Manusia diciptakan sebagai ciptaan yang tertinggi karena berakhlak dan bermoral. Karena itu, kemampuan menguasai tidak seharusnya dipakai untuk menjajah dan mengeksploitasi alam ciptaan Allah. Sebaliknya, bagaimana manusia dan alam dapat berjalan secara harmonis untuk memenuhi tugas dan panggilan Penciptanya.
Allah menciptakan manusia dengan adanya tujuan. Tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah untuk kemuliaan-Nya. Tuhan ingin manusia yang dibentuk menurut gambar dan rupa-Nya dapat bersekutu dengan-Nya dan memuliakan-Nya. Alkitab menyatakan:
"... yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku ...." (Yes. 43:7) ".... Segala sesuatu telah diciptakan melalui Dia dan untuk Dia." (Kol. 1:16)
Karena Tuhan adalah Pencipta segala sesuatu, Dia juga adalah Pemilik segala sesuatu sehingga hanya Dialah yang patut atau layak dipuji dan disembah. Apakah arti penyembahan itu? Penyembahan adalah ungkapan kasih, penghormatan, dan ketaatan yang patut diberikan kepada Tuhan. Kita tidak boleh menyembah manusia, malaikat, makhluk, ataupun benda-benda lain karena mereka hanyalah ciptaan. Alkitab mengatakan: ".... 'Kamu harus menyembah Tuhan Allahmu dan kepada-Nya saja kamu beribadah.'" (Mat. 4:10) Ya, karena hanya Tuhanlah yang layak menerima pujian, hormat, dan kuasa (Why. 4:11).
Kita telah mempelajari bahwa Adam diciptakan oleh Allah. Alkitab menyatakan bahwa kondisi Adam waktu diciptakan dalam keadaan sangat baik (Kej. 1:31). Keadaan Adam adalah sempurna dan suci atau tanpa dosa. Namun, bukan berarti Adam diciptakan dengan kemungkinan untuk tidak bisa berbuat dosa. Allah memberikan alat pengukur yang disebut kehendak bebas dalam diri manusia yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk taat dan menyembah Allah sesuai dengan pilihan dan kerelaan hatinya. Konsekuensi logis dari memiliki kemampuan memilih membuat manusia rentan untuk berbuat dosa (tidak taat) sebagaimana Allah kehendaki.
Jadi, Adam dan Hawa diciptakan dalam keadaan telanjang (Kej. 2:25), tetapi mereka tidak malu. Mereka menikmati persekutuan yang baik dengan Allah di Taman Eden. Namun, di sisi lain, Allah juga memberi mereka perintah yang sederhana untuk ditaati. Adam dan Hawa dilarang makan dari satu pohon; hanya dari satu pohon itu, dari seluruh isi Taman Eden. Dalam ketaatan mengikuti perintah Allah inilah, tergantung hubungan akrab manusia dengan Allah.
Dalam ilmu teologi, terdapat tiga teori tentang pembagian natur manusia, yaitu trikotomi, dikotomi, dan monokotomi. Mari kita telusuri satu per satu.
Trikotomi adalah teori yang percaya bahwa ketika diciptakan, natur manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu tubuh, jiwa, dan roh. Tubuh adalah unsur lahiriah manusia yang dapat dilihat, yang melaluinya manusia dapat melihat, mendengar, menyentuh, dan sebagainya. Jiwa adalah unsur batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia terdiri dari tiga unsur utama, yaitu pikiran, emosi (perasaan), dan kehendak. Dengan pikirannya, manusia dapat berpikir. Dengan perasaannya, manusia dapat mengasihi, dan dengan kehendaknya, manusia dapat memilih. Roh adalah unsur yang paling dalam dari manusia yang memungkinkannya untuk bersekutu dengan Tuhan.
Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada perkataan Paulus dalam 1Tes. 5:23 dan penulis Ibrani dari Ibr. 4:12, yang secara jelas menyebutkan tiga unsur tersebut:
".... Kiranya roh, jiwa, dan tubuhmu terpelihara seluruhnya, tanpa cacat pada kedatangan Tuhan kita, Kristus Yesus." (1Tes. 5:23)
"Sebab, firman Allah ... menusuk jauh sampai memisahkan jiwa dan roh, antara sendi dan tulang sumsum, ..." (Ibr. 4:12)
Dikotomi adalah teori yang percaya bahwa natur manusia terdiri dari dua bagian saja, yaitu tubuh dan roh (jiwa termasuk di dalamnya). Penganut teori ini percaya bahwa ketika Allah menciptakan manusia, Allah hanya memerlukan dua bagian, tubuh manusia (jasmani yang kelihatan) dan embusan napas Allah (roh yang tidak kelihatan), lalu manusia menjadi hidup (Kej. 2:7). Alkitab sendiri memakai istilah jiwa dan roh bukan sebagai dua substansi yang berbeda, tetapi sering dipakai secara bergantian/bisa dipertukarkan oleh penulis Alkitab, misalnya dalam Mat. 6:25; 10:28 (manusia disebut dengan istilah tubuh dan jiwa) dan Pkh. 12:7; 1Kor. 5:3,5 (manusia disebut dengan istilah tubuh dan roh). Contoh lainnya adalah Kej. 41:8; Mzm. 42:6; Mat. 20:28; 27:50; Yoh. 12:27; Ibr. 12:23; Why. 6:9.
Penyebutan jiwa dan roh secara bersamaan seperti dalam 1Tes. 5:23 dan Ibr. 4:12, tidak harus ditafsirkan sebagai adanya dua substansi yang berbeda. Sebab jika ditafsirkan demikian, manusia tidak hanya dibagi dalam tiga substansi, melainkan lebih, misalnya dalam Mat. 22:37 menyebutkan secara bersamaan hati, jiwa, dan akal budi (pikiran).
"Monokotomi adalah teori yang percaya bahwa manusia adalah pribadi yang utuh yang tidak terpisahkan. Manusia tidak akan bisa ada/hidup tanpa tubuh atau jiwa/rohnya. Tubuh tidak akan bisa hidup tanpa jiwa/roh, demikian juga sebaliknya. Menurut teori ini, istilah Alkitab "jiwa" dan "roh" hanyalah ekspresi lain dari pribadi atau hidup manusia itu sendiri.
Akhir Pelajaran (DIK1-P02)
Doa
"Bapa yang di surga, Engkau yang telah menciptakan aku dengan cara yang luar biasa. Kiranya aku dapat selalu mensyukuri keberadaanku karena Engkau telah merancangkan hidupku sesuai dengan maksud dan rencana-Mu. Amin."
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA