Trinity as Our Theological Framework

Pengertian kita akan doktrin Tritunggal sering kali berhenti pada tahap mengetahui atau menghafal sebuah formulasi -- Satu Esensi, Tiga Pribadi-. Kita menganggap doktrin ini adalah hal yang abstrak dan sulit untuk dimengerti, apalagi untuk melihat pentingnya doktrin ini bagi kehidupan kita sebagai orang Kristen, hal itu adalah hal yang dianggap terlalu ideal. Cara pandang seperti ini membawa kita menganggap doktrin Tritunggal hanyalah sebuah informasi yang harus kita tahu, bukan kita mengerti. Sehingga, pengertian kita akan doktrin ini menjadi sebuah pengertian yang mati dan tidak dapat memberikan pengertian yang mendorong kita untuk bertumbuh secara rohani. Pemikiran seperti ini membuat kita gagal untuk mengerti doktrin Tritunggal di dalam keutuhan relasinya dengan doktrin-doktrin yang lain.

Sebenarnya, doktrin Tritunggal memiliki sifat yang foundational dan merupakan salah satu ciri khas dari iman Kristen. Pengertian doktrin Tritunggal yang benar akan membawa kita semakin mengerti doktrin-doktrin lainnya dengan lebih jelas. Oleh karena itu, pengertian yang benar mengenai Tritunggal akan mengarahkan kita untuk memiliki pengertian iman Kristen yang utuh sebagai sebuah wawasan dunia. Pada artikel ini, kita akan mengulas prinsip doktrin Tritunggal serta signifikansinya sebagai theological framework dari iman Kristen. Khususnya dalam rangka memperingati Reformasi 500 tahun, kita akan menelusuri pemikiran mengenai Tritunggal dari Luther dan Calvin.

Prinsip-Prinsip Dasar mengenai Tritunggal

Semua agama menyembah kepada Allah atau dewa. Dari seluruh agama ini, hanya tiga yang mengklaim bahwa mereka mendapat wahyu dari Allah, yaitu agama Yahudi, Islam, dan Kristen. Dari wahyu itu, mereka mengenal siapa Allah mereka. Sementara agama lain memiliki konsep Allah berdasarkan pikiran mereka sendiri, misalnya agama Hindu yang memiliki begitu banyak dewa. Agama Yahudi dan Islam mengklaim bahwa Allah mereka adalah Allah yang monotheist. Berbeda dengan semua agama tersebut, agama Kristen berdasarkan wahyu dalam Alkitab menyatakan Allah adalah Allah yang Esa dengan tiga Pribadi. Melalui konsep yang penting inilah, yaitu konsep tentang Allah yang dipercaya dalam agama Kristen, maka orang Kristen menjadi berbeda dengan orang-orang yang beragama lain. Orang beragama lain memiliki kepercayaan kepada Allah yang satu (monotheis) atau kepada Allah yang banyak (politheis). Namun, orang Kristen memiliki kepercayaan kepada Allah yang Tritunggal. Allah yang memiliki satu esensi, yaitu esensi Allah dan sekaligus memiliki tiga Pribadi. Allah Tritunggal tidak berarti monotheis ataupun politheis, tetapi Allah Tritunggal berarti satu dan jamak sekaligus. Inilah prinsip yang pertama.

Prinsip kedua. Sebagai orang Kristen, kita percaya kepada Allah Tritunggal, yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Allah Bapa adalah sepenuhnya Allah, Allah Anak adalah sepenuhnya Allah, dan Allah Roh Kudus adalah sepenuhnya Allah. Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus bukan merupakan sepertiga Allah atau bagian dari Allah, tetapi masing-masing merupakan seutuhnya Allah. Pengertian mengenai Allah Tritunggal menjadi penting untuk kita ketahui karena seluruh hidup kita sebagai ciptaan didefinisikan oleh Allah yang mencipta kita. Allah yang mencipta kita adalah Allah yang Tritunggal dan kita diciptakan seturut gambar dan rupa Allah yang Tritunggal itu. Dengan demikian, kita membawa sifat-sifat yang diturunkan dari Allah yang menciptakan kita. Selain itu, seperti yang telah dinyatakan di atas, dengan mengerti tentang Allah Tritunggal, kita sebagai orang Kristen akan tahu bagaimana kita harus berespons dan berelasi dengan Allah.

Prinsip ketiga. Di satu sisi Allah Tritunggal adalah satu Allah, tetapi di sisi lain Allah Tritunggal juga memiliki tiga Pribadi. Allah Bapa merupakan Pribadi pertama dari Allah Tritunggal. Allah Bapa dinyatakan sebagai sumber dari keberadaan segala sesuatu atau ciptaan. Segala ciptaan berasal dari Allah Bapa. Ia adalah Pencipta yang menjadi titik awal atau titik mula dari segala yang dicipta. Hal ini dapat kita lihat dari kisah penciptaan, yaitu dalam Kejadian 1:1-3. Dinyatakan pada ayat yang pertama bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Kemudian mulai pada ayat yang ketiga dan ayat-ayat selanjutnya, dinyatakan bahwa Allah berfirman, kemudian semua yang difirmankan-Nya itu jadi. Dengan demikian, kita tahu bahwa yang menjadi mula atau awal dari keberadaan langit dan bumi, dan segala ciptaan, yaitu dari Allah yang menjadikannya dengan Firman. Bahkan bukan hanya berhenti pada persoalan penciptaan, namun keseluruhan kehidupan sampai pada titik akhir itu ada karena ada Allah Bapa yang merencanakan segala sesuatunya. Hal lain yang juga sangat penting dan sudah kita ketahui mengenai apa yang dirancang oleh Allah Bapa adalah mengenai keselamatan kita. Kita tahu bahwa manusia telah jatuh di dalam dosa karena melawan Allah, dan Allah Bapa yang merancang keselamatan kita. Ia dengan rela memberikan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Allah Anak yang telah berinkarnasi menjadi manusia, yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk mati di kayu salib demi menebus dosa manusia.

Selanjutnya Pribadi kedua dalam Allah Tritunggal, yaitu Allah Anak. Kita mengenal Pribadi Allah Anak melalui Pribadi Tuhan Yesus Kristus, yaitu Allah yang telah berinkarnasi menjadi manusia. Allah Anak adalah Allah yang melalui Dialah segala sesuatu dicipta (ada) dan dipelihara (ditopang). Mulai Kejadian 1:3, dinyatakan bahwa Allah berfirman, kemudian apa yang difirmankan-Nya itu jadi. Firman yang dinyatakan dalam ayat tersebut harus kita mengerti dengan melihat Yohanes 1:1. Pada ayat tersebut dinyatakan bahwa pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Dengan demikian kita mengetahui bahwa Firman itu pun adalah Allah. Namun Allah yang dimaksudkan bukan Allah yang berfirman itu karena justru Firman yang adalah Allah itu bersama-sama dengan Allah. Dari sini kita melihat ada lebih dari satu Pribadi, yaitu Allah yang berfirman dan Firman itu sendiri yang adalah Allah. Selanjutnya, kita juga bisa mengetahui dari Yohanes 1:14, bahwa Firman itu menjadi daging dan Firman itu adalah Pribadi kedua Allah Tritunggal, yaitu Anak tunggal Bapa (Allah Anak). Pada titik ini kita dapat mengerti pernyataan bahwa melalui Allah Anak segala sesuatu dicipta, karena Firman yang melalui-Nya segala sesuatu jadi, Firman itulah Pribadi Allah Anak. Melalui Allah Anak, segala ciptaan berada dari titik awal dan akan menuju titik akhir, dari titik alfa menuju titik omega. Melalui Dialah segala ciptaan dapat berproses dari titik permulaan sampai dengan titik terakhir keberadaannya. Kemudian apabila kita kembali melihat pada rancangan keselamatan, kita tahu bahwa Allah Anak yang menjalankan apa yang sudah dirancangkan Allah Bapa. Allah Bapa sudah merencanakan bahwa melalui Allah Anak yang mati di kayu salib, orang yang percaya akan mendapat keselamatan. Dari sini kita melihat bahwa Allah Anak merupakan penggenap dari apa yang telah direncanakan oleh Allah Bapa.

Allah Roh Kudus dinyatakan sebagai Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal. Allah Roh Kudus adalah Allah yang terus memelihara dan menyatakan karya-Nya bagi umat Tuhan. Keberadaan dari Allah Roh Kudus diketahui melalui apa yang Ia perbuat. Roh Kudus menyucikan, memberi penghiburan dalam penderitaan, mencelikkan orang agar percaya, memampukan kita untuk memuji Allah, dan membawa kita untuk mengalami kesatuan dengan Kristus. Dia juga yang membukakan kita akan pengertian-pengertian dan hikmat dari Allah. Roh Kuduslah yang tinggal dalam hati orang percaya, yang memisahkan mereka bagi Allah dan membersihkan mereka dari dosa. Hal ini dapat kita ketahui salah satunya dari Yohanes 16. Dikatakan bahwa Penghibur itu (Allah Roh Kudus) akan datang untuk menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman. Selanjutnya, Roh Kebenaran itu juga akan memimpin ke dalam kebenaran. Kemudian jika kita kembali ke dalam kisah penciptaan, maka kita bisa melihat bahwa Allah Roh Kudus hadir dan turut berbagian di dalam karya penciptaan. Hal ini dapat kita lihat dari Kejadian 1:2 yang menyatakan bahwa Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Kata Roh Allah di sini menunjuk kepada Pribadi ketiga Allah Tritunggal, yaitu Allah Roh Kudus. Allah Roh Kudus menjadi penggerak pertama di dalam penciptaan, yaitu ketika bumi belum berbentuk dan kosong, dan gelap gulita menutupi samudra raya. Roh Allah inilah yang memberikan kehidupan kepada ciptaan.

Prinsip keempat. Membahas masing-masing Pribadi Allah Tritunggal dan apa yang dilakukan-Nya tidak dapat dilepaskan dari kesatuan yang ada di antara ketiga Pribadi tersebut. Masing-masing Pribadi Allah tidak berdiri sendiri, tidak terpisah-pisah, tetapi memiliki kesatuan. Namun, meskipun ketiga Pribadi Allah Tritunggal di satu sisi tidak terpisahkan, tetapi di sisi lain juga tidak bercampur. Relasi dalam Allah Tritunggal ini memiliki kesatuan, tetapi bukan suatu kesatuan karena persamaan yang meniadakan perbedaan (uniform), tetapi suatu kesatuan yang di dalamnya terdapat perbedaan namun tidak meniadakan perbedaan tersebut di antara ketiga Pribadi (unity). Allah Tritunggal di dalam ketiga Pribadi-Nya memiliki kesatuan meskipun dari pembahasan di atas dapat kita ketahui bahwa masing-masing Pribadi Allah Tritunggal mengerjakan hal yang mungkin kelihatan berbeda, tetapi tidak dapat dikerjakan secara terpisah.

Dalam karya-Nya, Allah tidak mengerjakannya secara sendiri-sendiri. Misalnya dalam karya penciptaan. Allah Bapa berfirman untuk mencipta dan segala sesuatunya jadi. Melalui Firman yang difirmankan itu segala sesuatu ada, dan Firman yang dimaksud adalah Allah Anak itu sendiri. Kata-kata -- melalui Firman -- berarti Allah Anak sebagai mediator dari segala sesuatu yang ada. Kemudian Allah Roh Kudus yang sebagai penggerak pertama, memberikan kehidupan kepada yang dicipta. Contoh lain juga dapat kita lihat dalam karya keselamatan yang dilakukan oleh Allah. Allah Bapa merancang keselamatan manusia. Bermula dari janji-Nya yang dapat kita lihat dalam Kejadian 3:15 (yaitu sesudah manusia jatuh di dalam dosa), bahwa nantinya Keturunan Perempuan akan meremukkan kepala ular. Janji ini akan digenapkan melalui rancangan Allah Bapa yang memberikan Anak-Nya yang tunggal mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia. Allah Anak menjalankan apa yang dirancang oleh Allah Bapa. Ia berinkarnasi menjadi manusia yang kita kenal dalam Pribadi Tuhan kita Yesus Kristus dan Ia mati disalib untuk menebus dosa-dosa manusia, kemudian Ia bangkit pada hari yang ketiga. Kemudian Allah Roh Kudus berkarya dengan membuat orang yang berdosa sadar bahwa dirinya berdosa, lalu menggerakkan orang berdosa tersebut untuk beriman, percaya kepada Yesus Kristus, sehingga ia yang berdosa beroleh keselamatan dan tidak binasa (hidup yang kekal).

Jika kita melihat, karya penciptaan dan karya keselamatan, maka bisa kita lihat baik karya penciptaan ataupun karya keselamatan merupakan satu rangkaian karya yang sebenarnya dikerjakan secara bersama oleh Allah Tritunggal. Masing-masing dari Pribadi Allah Tritunggal mengerjakan sesuatu di dalam satu rangkaian karya tersebut. Apabila boleh kita rangkumkan, Allah Bapa merancang segala sesuatu, Allah Anak mengerjakan atau menggenapi apa yang Allah Bapa rancang, dan Allah Roh Kudus yang memberikan kehidupan, memberikan pemeliharaan terhadap apa yang telah digenapi oleh Allah Anak.

Prinsip kelima. Apa yang dikerjakan oleh Allah Tritunggal tidak menunjukkan bahwa ada Pribadi yang lebih penting dibandingkan Pribadi yang lainnya. Ketiga Pribadi ini memiliki suatu esensi yang setara dan saling berelasi. Relasi di antara Pribadi Allah Tritunggal bukan merupakan suatu relasi yang mengutamakan satu Pribadi kemudian mendegradasi Pribadi yang lain. Relasi tersebut juga bukan relasi yang menggambarkan subordinasi, bukan menggambarkan Allah yang bertingkat di dalam Pribadi Allah. Tetapi melalui relasi Allah Tritunggal inilah kita dapat melihat bahwa masing-masing Pribadi setara dan saling mementingkan Pribadi yang lain. Allah Bapa memberikan kerajaan-Nya bagi Anak, Anak mempermuliakan Bapa, dan Roh Kudus bersaksi bukan tentang diri-Nya sendiri, tetapi tentang Anak, dan Bapa memuliakan Anak. Allah Bapa memberikan Allah Anak yang dikasihi-Nya bagi dunia. Allah Anak berinkarnasi menjadi manusia yang kita kenal dalam Tuhan Yesus Kristus dan rela mati disalib demi menggenapi apa yang Allah Bapa rancang bagi dunia. Ia rela karena Ia mementingkan apa yang menjadi kehendak Bapa. Setelah Yesus Kristus bangkit dan naik ke sorga, Ia berada di sebelah kanan Allah Bapa. Kemudian Roh Kudus turun, diberikan bagi orang percaya untuk menjadi saksi bagi Allah Anak dan apa yang telah dikerjakan-Nya. Allah Bapa mempermuliakan Allah Anak dan memberikan segala sesuatu untuk berada di bawah takhta-Nya.

Relasi di antara Pribadi Allah Tritunggal seperti yang digambarkan di atas dapat kita lihat salah satunya dalam Yohanes 17. Dalam pasal tersebut dituliskan kisah Yesus Kristus yang sedang berdoa kepada Bapa. Pasal tersebut menyatakan bahwa relasi yang ada di antara Allah Bapa dan Kristus adalah relasi yang akan saling mempermuliakan. Yesus Kristus mempermuliakan Bapa melalui menyelesaikan pekerjaan yang Bapa berikan kepada-Nya untuk dilakukan (ay. 4). Oleh karena pekerjaan yang sudah diselesaikan oleh Kristus inilah, maka Bapa mempermuliakan Kristus (ay. 5). Kemudian pada Yohanes 15:26, dinyatakan bahwa Roh Kudus atau yang disebut sebagai Roh Penghibur yang diutus oleh Anak dari Bapa akan bersaksi tentang Anak.

Signifikansi Doktrin Tritunggal sebagai Kerangka Theologis

Dari lima prinsip yang telah diulas di atas, kita dapat melihat bahwa doktrin Tritunggal membawa kita kepada poros pengenalan akan Allah yang sejati. Oleh karena itu, doktrin Tritunggal bukan hanya salah satu doktrin dalam kekristenan tetapi sebuah dasar bagi doktrin-doktrin yang lainnya. Martin Luther mengatakan bahwa doktrin Tritunggal adalah "the highest article on which all others hang. Di dalam Larger Cathecism, Luther membentuk theologinya menggunakan Tritunggal sebagai kerangkanya. Ia mengatakan:

The Creed was once divided into 12 articles ... We shall summarize the entire Christian faith in three chief articles, according to the three persons in the Godhead, on whom everything that we believe is focused ... The Creed might be summed up very briefly in these few words: "I believe in God the Father, who created me; I believe in God the Son, who redeemed me; I believe in God the Holy Spirit, who sanctifies me".

Dalam artikel pertama (I believe in God the Father), Luther menjawab sebuah pertanyaan dasar yaitu -- Allah seperti apakah yang kita sembah?- Ia menjelaskan bahwa Ia adalah Sang Bapa dan kita dapat melihat hati seorang Bapa serta merasakan kasih-Nya yang tidak terbatas. Pada artikel kedua (I believe in Jesus Christ, His only Son), Luther menjelaskan mengenai Sang Penebus yang membawa kita kembali hidup di dalam perkenanan Bapa dan anugerah-Nya. Artikel yang ketiga (I believe in the Holy Spirit), mengajarkan kita mengenai keutuhan hidup seorang Kristen, dan Roh Kudus sebagai keberadaan yang memisahkan dan menjadikan hidup kita kudus.

Melalui kerangka pengajaran seperti ini, Luther menjelaskan bagaimana pewahyuan, pembenaran, dan keselamatan dapat dimengerti dengan tepat saat ditempatkan dalam kerangka Tritunggal. Sehingga pengenalan kita akan Allah bukanlah hasil spekulasi yang filosofis tetapi anugerah dari Allah yang mewahyukan diri-Nya melalui Sang Anak. Keselamatan kita bukanlah berkat kebaikan yang kita usahakan, tetapi belas kasihan dari Sang Anak yang datang dari Sang Bapa untuk menaungi kita dengan kebenaran-Nya. Kehidupan Kristen kita tidak berbicara mengenai perkenanan Allah yang diperoleh melalui usaha diri tetapi melalui Roh Kudus yang berada di dalam hati kita dan memimpin kita kepada Kristus. Sebagai kesimpulan, Luther menuliskan:

In these three articles God Himself has revealed and disclosed the deepest profundity of His fatherly heart, His sheer inexpressible love. He created us for the very purpose that He might redeem us and make us holy. And besides giving and entrusting to us everything in heaven and on earth, He has given us His Son and His Holy Spirit in order to bring us to Himself through them. For, as we explained earlier, we were totally unable to come to a recognition of the Father’s favor and grace except through the Lord Christ, who is the mirroring image of the Father’s heart. Without Christ we see nothing in God but an angry and terrible judge. But we could know nothing of Christ either, if it were not revealed to us by the Holy Spirit.

Melalui pengajaran ini, kita dapat melihat bahwa pada zaman Reformasi pengajaran Tritunggal bukan sekadar informasi tetapi pengajaran yang begitu krusial bagi kekristenan. Sehingga pembelajaran doktrin Tritunggal tidak lagi menjadi pengajaran yang kaku tetapi menjadi pengajaran yang begitu berlimpah dan mendorong kita untuk semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Allah.

Cara memandang doktrin Tritunggal seperti ini bukan hanya ada di dalam pemikiran Luther, tetapi juga dalam pemikiran Calvin. Di dalam bukunya Institutio, Calvin menjadikan Tritunggal sebagai struktur dalam membentuk buku tersebut. Michael Reeves membaginya seperti demikiran:

Book 1: The Knowledge of God the Creator (corresponding to the first section of the Apostles' Creed, "I believe in God the Father Almighty")
Book 2: The Knowledge of God the Redeemer in Christ (corresponding to the second section of the Apostles' Creed, "I believe in Jesus Christ His only Son our Lord")
Book 3: The Way in Which We Receive the Grace of Chris (corresponding to the third section of the Apostles' Creed, "I believe in the Holy Spirit")
Book 4: The External Means or Aids by Which God Invites Us into the Society of Christ and Holds Us Therein (corresponding to the section of the Apostles' Creed on "the Holy Catholic Church")

Di dalam buku pertama, Calvin memaparkan mengenai natur dan Pribadi dari Allah, kesesuaian istilah -- Pribadi-, ke-Tuhan-an Allah Anak dan Allah Roh Kudus, dan God’s Oneness and Threeness, serta membantah tuduhan dari anti-trinitarianism. Selain itu di dalam buku pertama juga Calvin menekankan mengenai God the Father dan kaitannya dengan creation. Calvin menyatakan bahwa kita tidak mungkin mengerti mengenai pekerjaan Allah sebagai Pencipta atau pemeliharaan-Nya tanpa kita merenungkan God’s fatherly love. Ia memberikan kesimpulan seperti demikian: "Whenever we call God the Creator of heaven and earth, let us at the same time bear in mind tha ... we are indeed his children, whom he has received into his faithful protection to nourish and educate.

Buku kedua menekankan mengenai Sang Anak dan karya penebusan-Nya, sebuah kisah mengenai Sang Anak yang mengembalikan kita to God our Author and Maker, from whom we have been estranged, in order that he may again begin to be our Father.

Buku ketiga mengajarkan mengenai pekerjaan Roh Kudus yang mengaplikasikan penebusan Sang Anak kepada setiap orang percaya. Buku ini dimulai dengan sebuah pertanyaan: -How do we receive those benefits which the Father bestowed on his only-begotten Son – not for Christ own private use, but that he might enrich poor and needy men?- Jawabannya adalah: -through the secret energy of the Spirit, by which we come to enjoy Christ and all his benefits… To sum up, the Holy Spirit is the bond by which Christ effectually unites us to himself.- Di dalam buku keempat salah satu pembahasan Calvin adalah mengenai sakramen. Ia mengaitkan sakramen sebagai tanda dari Injil yang memberikan kita kesempatan untuk merekapitulasi the overall shape of our salvation. Bagi Calvin, the very shape and goodness of the Gospel – of the entire Christian Faith – was molded by and grounded in the Triune nature of God.

Dari pembahasan singkat pemikiran Luther dan Calvin yang menjadikan doktrin Tritunggal sebagai kerangka theologis, kita seharusnya dapat melihat signifikansi doktrin Tritunggal bagi iman Kristen. Pengertian kita akan Tritunggal seharusnya semakin mendorong kita membangun pengertian akan iman Kristen menjadi semakin utuh dan kukuh. Kita dibawa untuk melihat semakin jelas bagaimana Allah Tritunggal bekerja mulai dari penciptaan sampai pada konsumasi. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai doktrin Tritunggal adalah pembelajaran doktrin yang sangat berlimpah dan menggugah kita untuk menjadi orang Kristen yang semakin berkomitmen kepada Allah. Pekerjaan Allah yang begitu agung dan tuntas dikerjakan, seharusnya memberikan kita kekuatan dan keberanian untuk menghidupi iman Kristen secara radikal (mengakar) sekaligus juga dengan kebijaksanaan yang berasal dari Allah Tritunggal. Sebagai pemuda Reformed Injili, kita tidak hanya dituntut untuk belajar doktrin saja, tetapi juga membangun doktrin-doktrin ini di dalam sebuah kerangka pemikiran yang utuh dan terintegrasi ke dalam seluruh aspek kehidupan kita. Sehingga keutuhan hidup sebagai orang percaya bukan hanya tercermin di dalam hidup yang benar tetapi juga memiliki dasar iman yang bisa dipertanggungjawabkan baik secara pengakuan iman maupun kehidupan yang mencerminkan Allah yang hidup.

Irene Theodora
Pemudi GRII Bandung

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Buletin Pillar
Alamat situs : https://www.buletinpillar.org/artikel/trinity-as-our-theological-framework
Judul artikel : Trinity as Our Theological Framework
Penulis artikel : HIrene Theodora
Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA