Nama Kelas | : | Kehidupan Rasul Paulus |
Nama Pelajaran | : | Perjalanan Misi Paulus yang Kedua |
Kode Referensi | : | KRP-R03 |
Pelajaran 03 | Pertanyaan 03 | Referensi 03a
Nama Kursus | : | KEHIDUPAN RASUL PAULUS |
Nama Pelajaran | : | Perjalanan Misi Paulus Kedua |
Kode Pelajaran | : | KRP-R03b |
Referensi KRP-03b diambil dari:
Judul Buku | : | MEMAHAMI PERJANJIAN BARU |
Pengarang | : | John Drane |
Penerbit | : | BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996 |
Halaman | : | 344 - 345 |
Mungkin Pauluslah misionaris Kristen yang paling berhasil sepanjang zaman. Dalam kurun waktu kurang dari satu generasi, ia mengadakan perjalanan ke seluruh wilayah dunia Laut Tengah, dan mendirikan jemaat-jemaat Kristen yang berkembang serta aktif ke mana pun ia pergi.
Apa rahasianya? Tentunya Paulus sadar bahwa ia hanya seorang pembawa berita, dan kuasa Roh Kudus sematalah yang membawa perubahan dalam kehidupan orang yang ditemuinya. Sewaktu mengingat segala penderitaan yang dialaminya, ia menggambarkan dirinya sebagai "bejana tanah liat", hanya tempat penampung sementara dari kuasa Allah sendiri (2Korintus 4:7).
Tetapi Paulus juga seorang ahli strategi yang ulung. Rutenya tidak pernah sembarangan, dan cara-cara komunikasinya didasarkan atas pengertian yang luas tentang proses orang berpikir dan mengambil keputusan.
Paulus merupakan seorang penginjil penjelajah, tetapi ia sendiri tidak pernah mengunjungi suatu daerah terpencil! Ia dapat saja menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam melintasi wilayah yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan menuju daerah-daerah terpencil. Tetapi ia tidak melakukan hal-hal itu. Sebaliknya, ia memanfaatkan jalan-jalan raya utama yang dibangun orang-orang Roma di seluruh wilayah kekaisaran mereka. Digabung dengan rute-rute pelayaran utama, jalan-jalan tersebut menghubungkan semua pusat kependudukan utama, dan tempat-tempat seperti itulah yang dikunjungi Paulus. Ia tahu bahwa ia tidak pernah dapat membawa Injil secara pribadi kepada setiap oknum di seluruh kekaisaran. Tetapi kalau ia dapat membangun kelompok-kelompok Kristen yang bersemangat di beberapa kota utama, maka mereka pada gilirannya dapat menyebarkan kabar baik sampai ke pelosok terpencil. Lagi pula, orang dari daerah pedesaan sering harus mengunjungi kota-kota terdekat, dan mereka pun dapat mendengar Injil, yang nantinya mereka sebarkan kembali ke sanak- saudara mereka. Itulah yang terjadi pada hari Pentakosta di Yerusalem, dan Paulus menyadari betapa besarnya potensi strategi ini. Sedikitnya satu jemaat yang kemudian menerima surat Paulus -- yakni Kolose -- telah dimulai seperti ini.
Paulus juga sadar diperlukannya variasi di dalam menyajikan berita Injil. Seorang pengejek pernah menyindir bahwa khotbah adalah "seperangkat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah diajukan siapa pun." Mungkin beberapa khotbah modern demikian sifatnya, tetapi khotbah-khotbah Paulus bukan demikian. Rahasia keberhasilan Yesus terletak dalam kemampuan-Nya untuk berbicara dengan orang-orang di mana pun mereka berada. Waktu di padang, Yesus berbicara tentang menanam gandum (Markus 4:1-9). Di keluarga, Ia berbicara tentang anak-anak (Matius 19:13-15). Dengan nelayan, pokok pembicaraan-Nya adalah ikan (Markus 1:14-18). Paulus bersikap sama. Ia pergi kepada orang-orang di tempat di mana mereka mau mendengar di sinagoge Yahudi, di pasar-pasar, bahkan di kuil-kuil kafir. Di sinagoge d Tesalonika, ia mulai dengan Perjanjian Lama (Kisah Para Rasul 17:2-3). Di Atena, ia mulai dengan "Allah yang tidak dikenal, yang dicari oleh orang-orang Yunani (Kisah Para Rasul 17:22-31). Di Efesus, ia bersedia terlibat dalam perdebatan di depan umum tentang makna Injil Kristen (Kisah Para Rasul 19:9).
Para pembaca modern surat-surat Paulus mungkin mengira bahwa pemberitaan Paulus dapat diringkaskan menjadi uraian yang abstrak tentang dosa, pembenaran atau penebusan. Tetapi bukan demikian cara Paulus berkhotbah. Ia mulai di tempat dimana para pendengarnya berada dan bersedia membicarakan kebutuhan-kebutuhan mereka. Kadang-kadang berkhotbah merupakan cara pendekatan yang salah -- dan Paulus serta rekan-rekannya selalu siap mendampingi orang orang dan menolong mereka dalam menghadapi kesulitan hidup sehari-hari. Itulah sebagian rahasia keberhasilan di Tesalonika: "Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya ... bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu" (1Tesalonika 2:7-8).
Sikap kepedulian terhadap orang serta keluwesan dalam pemberitaan Injil inilah yang kemudian diringkaskan Paulus dalam ucapan: "Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang... Bagi semua orang aku telah menjadi segala- galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka" (1Korintus 9:19-22).
Pelajaran 06 | Pertanyaan 06 | Referensi 06b
Nama Kursus | : | KEHIDUPAN RASUL PAULUS |
Nama Pelajaran | : | Paulus di Penjara dan Akhir Hidup Paulus |
Kode Pelajaran | : | KRP-R06a |
Referensi KRP-01a diambil dari:
Judul Buku | : | MEMAHAMI PERJANJIAN BARU |
Pengarang | : | John Drane |
Penerbit | : | BPK Gunung Mulia |
Halaman | : | 400 - 402 |
Dalam tinjauan kita tentang kehidupan Paulus dan surat-suratnya, kita telah berasumsi bahwa surat-surat Paulus dari penjara ditulis dari Roma antara tahun 60 dan 62 M. Ini satu-satunya masa pemenjaraan yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, wajarlah bila orang-orang yang membaca surat-surat Paulus sejak lama beranggapan bahwa ia menulisnya pada waktu itu.
Mengikuti pendapat profesor G. S. Duncan, beberapa ahli merasa sedikitnya satu atau dua dari empat surat itu ditulis Paulus bukan di Roma melainkan pada masa dia dipenjarakan di Efesus. Walaupun ini tidak tercatat dalam Kisah Para Rasul, pemenjaraan itu dianggap berlangsung pada waktu Paulus tinggal di Efesus selama tiga tahun. Ada banyak bukti yang mendukung hal ini.
Menjelang akhir kunjungannya ke Efesus, Paulus memberi tahu bahwa dibanding dengan pekerja-pekerja Kristen lainnya ia telah "lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara, didera di luar batas, kerap kali dalam bahaya maut" (2Korintus 11:23). Dalam 1Korintus 15:32, Paulus menulis, "Aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus." Kita telah melihat bahwa ungkapan ini bersifat kiasan dan mungkin melukiskan suatu pengadilan sebelum pemenjaraan. Paulus juga menyebut "kesukaran yang kami alami di wilayah Asia" (2Korintus 1:8), yakni provinsi Roma yang ibukotanya Efesus. Di samping itu Roma 16:7, yang ditulis tidak lama setelah Paulus meninggalkan Efesus, menyebut dua orang "yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku".
Bukti lain Paulus dipenjarakan di Efesus dapat ditemukan dalam kata- kata pengantar bahasa Latin bagi kitab-kitab Perjanjian Baru yang ditulis pada abad kedua di bawah pengaruh Marcion, seorang pemimpin aliran Gnostik. Juga Kisah Paulus yang fiktif dari abad kedua menceritakan tentang pemenjaraan Paulus di Efesus, yang diikuti dengan pertarungan dengan singa-singa di gelanggang, di mana ia luput melalui campur tangan supernatural.
Gabungan bukti dari tradisi jemaat mula-mula itu, ditambah dengan ayat-ayat dalam tulisan-tulisan Paulus sendiri yang menyebut hal ini, memperkuat dugaan bahwa Paulus pernah dipenjarakan di Efesus. Memang hal itu tidak dengan sendirinya berarti ia menulis "surat- surat penjara" dari Efesus. Tetapi ada beberapa alasan positif yang telah dikemukakan untuk mendukung pendapat tersebut.
Ada yang menyatakan bahwa sahabat-sahabat Paulus yang telah menghubunginya selama pemenjaraannya, lebih mungkin melakukannya di Efesus ketimbang di Roma, yang jauh dari tempat tinggal mereka. Terhadap hal ini perlu dikemukakan bahwa kita hampir-hampir tidak tahu apa-apa mengenai teman-teman Paulus ini. Namun yang paling kita kenal dari mereka, Lukas, pasti bersama Paulus di Roma menurut Kisah Para Rasul, dan bukan di Efesus.
Telah dikemukakan pendapat bahwa budak Filemon, Onesimus, lebih mungkin akan melarikan diri ke Efesus, yang berjarak kira-kira 130 kilometer dari rumahnya di Kolose, daripada ke Roma yang berjarak 1300 kilometer. Tetapi ini pun bukan alasan yang meyakinkan, karena pada waktu itu semua jalan raya memang menuju Roma. Seorang budak yang melarikan diri mungkin sekali akan berusaha menghilang di ibukota kerajaan daripada di sebuah kota provinsi sebesar Efesus.
Dari Surat Filipi kita mendapat kesan bahwa ada banyak orang yang hilir mudik dari dan ke penjara Paulus; dan Efesus lebih dekat ke Filipi dibandingkan dengan Roma. Ini sering dijadikan alasan kuat untuk menganggap bahwa Surat Filipi telah ditulis di Efesus.
Alasan terkuat bahwa surat-surat itu ditulis di Efesus ialah dalam surat-surat tersebut Paulus mengharapkan segera dilepaskan, dan setelah itu ia berencana mengunjungi teman-temannya di Filipi dan Kolose. Tetapi dalam Roma 15:28 ia menjelaskan bahwa setelah kunjungannya ke Yerusalem, rencananya bukan mengunjungi kembali jemaat-jemaat yang telah didirikannya sebelumnya, melainkan pergi ke Spanyol.
Jadi apa yang dapat kita simpulkan dari fakta-fakta tersebut? Hampir dapat dipastikan bahwa Paulus dipenjarakan untuk beberapa waktu lamanya ketika ia tinggal di Efesus. Mungkin sekali Surat Filipi yang menyebut adanya banyak kunjungan dari Filipi ke penjara Paulus, telah ditulis pada waktu itu. Jika benar demikian, kita harus menetapkan tahun 55 dan bukan tahun 62 M sebagai tahun penulisan Surat Filipi.
Pelajaran 03 | Pertanyaan 03 | Referensi 03b | Referensi 03c
Nama Kursus | : | ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) |
Nama Pelajaran | : | Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan |
karunia-karunia Rohani. | ||
Kode Pelajaran | : | OKB-R03a |
Referensi OKB-R03a diambil dari:
Judul Buku | : | PURPOSE DRIVEN LIFE |
Judul Artikel | : | Diubahkan Lewat Kebenaran |
Pengarang | : | Rick Warren |
Penerbit | : | Gandum Mas |
Hal | : | 205 - 212 |
"Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4)
"Firman kasih karunia Allah bisa membuatmu menjadi apa yang Dia inginkan dan memberimu segala sesuatu yang mungkin kamu perlukan." (Kisah Para Rasul 20:32 [Msg])
Kebenaran Mengubah Kita
Pertumbuhan rohani merupakan proses menggantikan dusta dengan kebenaran. Yesus berdoa, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman- Mu adalah kebenaran."1) Penyucian membutuhkan Penyataan Allah. Roh Allah memakai Firman Allah untuk menjadikan kita serupa dengan Anak Allah. Untuk menjadi serupa dengan Yesus, kita harus memenuhi hidup kita dengan Firman-Nya. Alkitab mengatakan, "Melalui Firman itu kita disetel dan dikembangkan untuk tugas-tugas yang Allah miliki bagi kita."2)
Firman Allah tidak seperti firman lainnya. Firman Allah itu hidup.3) Yesus berkata, "Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup."4) Ketika Allah berbicara, hal-hal berubah. Segala sesuatu di sekeliling Anda, yaitu semua ciptaan, ada karena "Allah telah berfirman." Dia memerintahkan semuanya menjadi ada. Tanpa Firman Allah Anda bahkan tidak akan hidup. Yesus menunjukkan, "Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya."5)
Alkitab jauh lebih dari sekadar sebuah buku petunjuk berisi doktrin. Firman Allah menghasilkan kehidupan, menimbulkan iman, mendatangkan perubahan, membuat Iblis takut, menyebabkan mukjizat, menyembuhkan sakit hati, membangun karakter, mengubah keadaan, memberikan sukacita, mengatasi kesusahan, mengalahkan pencobaan, memberikan pengharapan, melepaskan kuasa, menyucikan pikiran kita, menciptakan berbagai hal, dan menjamin masa depan kita selamanya! Kita tidak bisa hidup tanpa Firman Allah! Jangan pernah meremehkannya. Anda harus menganggapnya sepenting makanan bagi kehidupan Anda. Ayub berkata, "Aku menghargai Firman dari mulut-Nya lebih daripada makananku setiap hari."6)
Firman Allah merupakan gizi rohani yang harus Anda makan untuk memenuhi tujuan Anda. Alkitab disebut air susu, roti, makanan keras, dan madu.7) Empat jenis makanan ini merupakan menu Roh Kudus bagi kekuatan dan pertumbuhan rohani. Petrus memberi kita nasihat, "Rindukanlah susu rohani yang murni, sehingga olehnya kamu bertumbuh dan memperoleh keselamatanmu."8)
Tinggal dalam Firman Allah
Ada lebih banyak Alkitab yang dicetak sekarang daripada sebelumnya, tetapi sebuah Alkitab di rak tidaklah berharga. Jutaan orang percaya diserang anorexia rohani, kelaparan hingga mati karena kekurangan gizi rohani. Untuk menjadi murid Yesus yang sehat, makan dari Firman Allah haruslah menjadi prioritas utama Anda. Yesus menyebutnya "tinggal." Dia berkata, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku."9) Dalam kehidupan sehari-hari, tinggal dalam Firman Allah meliputi tiga kegiatan.
Saya harus menerima otoritas Firman Allah. Alkitab harus menjadi standar yang berotoritas bagi kehidupan saya: kompas yang saya andalkan untuk petunjuk arah, nasihat yang saya dengarkan untuk membuat keputusan-keputusan yang bijak, dan patokan yang saya gunakan untuk menilai segala sesuatu. Alkitab harus selalu merupakan penentu dalam hidup saya.
Banyak masalah kita muncul karena kita mendasarkan pilihan-pilihan kita pada berbagai otoritas yang tidak dapat diandalkan: budaya ("semua orang melakukannya"), tradisi ("kita selalu melakukannya"), nalar ("sepertinya itu masuk akal"), atau emosi ("rasanya pas"). Keempat hal ini menjadi rusak oleh peristiwa kejatuhan manusia. Apa yang kita butuhkan adalah sebuah standar yang sempurna yang tidak akan pernah membawa kita ke arah yang keliru. Hanya Firman Allah yang memenuhi kebutuhan tersebut. Salomo mengingatkan kita, "Semua firman Allah adalah murni."10) dan Paulus menjelaskan, "Segala tulisan dalam Kitab Suci merupakan Firman Allah. Semuanya berguna untuk mengajar dan membantu orang serta untuk memperbaiki kelakuan mereka dan menunjukkan kepada mereka cara untuk hidup"11)
Pada tahun-tahun pertama pelayanannya, Billy Graham mengalami suatu masa di mana dia bergumul dengan keraguan tentang keakuratan dan otoritas Alkitab. Suatu malam yang berterang bulan dia berlutut dan menangis serta berkata kepada Allah bahwa, meski ada perikol perikop yang membingungkan yang tidak dia pahami, mulai saat itu dia akan sepenuhnya mempercayai Alkitab sebagai satu-satunya otoritas bagi kehidupan dan pelayanannya. Semenjak itu, kehidupan Billy diberkati dengan kuasa dan keefektifan yang luar biasa.
Keputusan yang paling penting yang bisa Anda buat sekarang ialah menetapkan apa yang akan merupakan otoritas tertinggi bagi kehidupan Anda. Putuskan bahwa tanpa menghiraukan budaya, tradisi, nalar, atau emosi, Anda memilih Alkitab sebagai otoritas terakhir Anda. Mula-mula pastikan untuk bertanya, "Apa yang Alkitab katakan?" pada saat Anda membuat keputusan. Buatlah keputusan bahwa ketika Allah mengatakan untuk melakukan sesuatu, Anda akan mempercayai Firman Allah dan melakukannya entah itu masuk akal atau tidak atau entah Anda merasa ingin melakukannya atau tidak. Ambillah pernyataan Paulus sebagai peneguhan iman Anda secara pribadi: "Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi."12)
Saya harus menerima kebenaran Firman Allah. Tidak cukup hanya percaya Alkitab; saya harus mengisi pikiran saya dengannya sehingga Roh Kudus bisa mengubah saya dengan kebenaran itu. Ada lima cara untuk melakukan hal ini: Anda bisa menerimanya, membacanya, menelitinya, menghafalnya, dan merenungkannya.
Pertama, Anda menerima Firman Allah ketika Anda mendengarkan dan menyambutnya dengan sikap terbuka dan reseptif. Perumpamaan tentang penabur menggambarkan bagaimana sikap reseptif kita menemukan apakah Firman Allah berakar di dalam hidup kita dan menghasilkan buah atau tidak. Yesus menyebut tiga sikap yang tidak reseptif, yakni pikiran yang tertutup (tanah yang keras), pikiran yang dangkal (tanah berbatu- batu), dan pikiran yang kacau (tanah dengan semak duri), dan kemudian Dia berkata, "perhatikanlah cara kamu mendengar."13)
Setiap kali Anda merasa tidak mendapat apa-apa dari suatu khotbah atau dari seorang guru Alkitab, Anda seharusnya mengecek sikap Anda, khususnya kesombongan, karena Allah bisa berbicara bahkan melalui pengajar yang paling membosankan bila Anda bersikap rendah hati dan reseptif. Yakobus menasihati, "Terimalah dengan rendah hati (lemah lembut) perkataan yang ditanam oleh Allah di dalam hatimu, sebab perkataan itu mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan kalian."14)
Kedua, selama sebagian besar dari 2.000 tahun sejarah gereja, hanya pendeta-pendeta yang harus membaca Alkitab secara pribadi, tetapi sekarang jutaan orang bisa membacanya. Namun, banyak orang percaya lebih setia untuk membaca koran harian daripada Alkitab mereka. Tidak heran kalau kita tidak bertumbuh. Kita tidak bisa menonton televisi selama tiga jam, lalu membaca Alkitab selama tiga menit dan berharap untuk bertumbuh.
Banyak orang yang menyatakan percaya Alkitab "dari awal sampai akhir" belum pernah membacanya dari awal hingga akhir. Tetapi andaikata Anda mau membaca Alkitab lima belas menit saja sehari, Anda akan membaca dengan lengkap seluruh Alkitab sekali setahun. Jika Anda memotong satu saja program televisi yang berdurasi 30 menit setiap hari dan membaca Alkitab sebagai gantinya, Anda akan membaca seluruh Alkitab dua kali setahun.
Membaca Alkitab setiap hari akan membuat Anda tetap berada dalam jangkauan suara Allah. Itu sebabnya Allah memerintahkan raja-raja Israel untuk selalu menyimpan salinan Firman-Nya di dekat mereka: "Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya."15) Tetapi jangan hanya menaruh Alkitab di dekat Anda; bacalah dengan teratur! Sebuah peralatan sederhana yang berguna untuk ini ialah rencana bacaan Alkitab setiap hari. Rencana itu akan mencegah Anda untuk hanya melompat-lompat di seputar Alkitab secara acak dan meremehkan beberapa bagian. Jika Anda ingin sebuah salinan rencana bacaan Alkitab pribadi saya, lihatlah apendiks 2.
>Ketiga, meneliti, atau mempelajari, Alkitab adalah cara praktis lain untuk tinggal di dalam Firman. Perbedaan antara membaca dan meneliti Alkitab meliputi dua kegiatan tambahan: mengajukan pertanyaan- pertanyaan tentang teks dan menuliskan berbagai pengertian Anda. Anda belum benar-benar meneliti Alkitab sebelum Anda menulis pikiran- pikiran Anda di kertas atau komputer.
Tempat tidak memungkinkan saya untuk menjelaskan berbagai metode penelitian Alkitab. Ada beberapa buku yang berguna tentang metode- metode penelitian Alkitab, termasuk salah satu yang saya tulis lebih dari dua puluh tahun yang lalu.16) Rahasia untuk mengadakan penelitian Alkitab yang baik hanyalah belajar mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Metode yang berbeda menggunakan pertanyaan yang berbeda. Anda akan menemukan jauh lebih banyak jika Anda berhenti sebentar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti siapa? apa? kapan? di mana? mengapa? dan bagaimana? Alkitab mengatakan, "Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."17)
Cara keempat untuk tinggal dalam Firman Allah ialah dengan menghafalnya. Kemampuan Anda untuk menghafal ialah pemberian Allah. Anda mungkin mengira Anda memiliki ingatan yang lemah, tetapi yang sebenarnya ialah, Anda telah menghafal jutaan gagasan, kebenaran, fakta, dan angka. Anda mengingat apa yang penting bagi Anda. Jika Firman Allah itu penting, Anda akan menyediakan waktu untuk mengingatnya.
Ada banyak manfaat menghafal ayat-ayat Alkitab. Itu akan membantu Anda melawan pencobaan, membuat keputusan-keputusan yang bijak, mengurangi ketegangan, membangun rasa percaya diri, memberikan nasihat yang baik, dan menyampaikan iman Anda kepada orang lain."18)
Ingatan Anda seperti otot. Semakin Anda menggunakannya, semakin kuat ia jadinya, dan menghafal ayat akan menjadi lebih mudah. Anda bisa memulai dengan memilih beberapa ayat Alkitab dari buku ini yang telah menyentuh perasaan Anda dan menuliskannya di atas sebuah kartu kecil yang bisa Anda bawa. Kemudian ulangilah keras-keras sepanjang hari Anda. Anda bisa menghafalkan ayat di manapun: sementara bekerja atau berolah raga atau berkendara atau menanti atau akan tidur. Ketiga kunci untuk menghafal ayat adalah mengulang, mengulang, dan mengulang! Alkitab berkata, "Ingatlah akan apa yang diajarkan oleh Kristus dan biarlah perkataan-Nya memperkaya hidup saudara serta menjadikan saudara bijaksana."19)
Cara kelima untuk tinggal di dalam Firman Allah ialah merenungkannya, yang Alkitab sebut "renungan" (meditation). Bagi banyak orang, ide tentang merenungkan menghasilkan gambaran-gambaran tentang menetralkan pikiran Anda dan membiarkannya mengembara. Ini jelas-jelas bertentangan dengan merenungkan yang alktiabiah. Merenungkan adalah cara berpikir yang difokuskan. Ini membutuhkan usaha yang sungguh- sungguh. Anda memilih sebuah ayat dan merenungkannya berulang-ulang kali dalam pikiran Anda.
Seperti yang saya sebutkan dalam bab 11, jika Anda mengetahui cara untuk khawatir, maka Anda telah mengetahui cara untuk merenung. Khawatir adalah Cara berpikir yang difokuskan pada sesuatu yang negatif. Merenungkan ialah melakukan hal yang sama, hanya yang difokuskan adalah Firman Allah dan bukannya masalah Anda.
Tidak ada kebiasaan lain yang bisa lebih berhasil mengubah kehidupan Anda dan menjadikan Anda lebih serupa dengan Yesus ketimbang kebiasaan merenungkan Alkitab setiap hari. Ketika kita mengambil waktu untuk merenungkan kebenaran Allah, sambil dengan sungguh-sungguh merenungkan teladan Kristus, kita "diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar."20)
Jika Anda melihat setiap kali Allah berbicara perihal merenungkan di dalam Alkitab, Anda akan kagum pada manfaat-manfaat yang telah Dia janjikan kepada orang-orang yang mengambil waktu untuk merenungkan Firman-Nya sepanjang hari. Salah satu alasan mengapa Allah menyebut Daud "seorang yang berkenan di hati-Ku."21) adalah karena Daud senang merenungkan Firman Allah. Daud berkata, "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari."22) Sungguh-sungguh merenungkan kebenaran Allah merupakan kunci bagi doa yang dikabulkan dan rahasia bagi kehidupan yang berhasil.23)
Saya harus menerapkan prinsip-prinsipnya. Menerima, membaca, meneliti, menghafal, dan merenungkan Firman akan sia-sia jika kita gagal mempraktikkannya. Kita harus menjadi "pelaku firman"24) Inilah langkah tersulit dari semuanya, karena Iblis melawannya dengan keras. Iblis tidak peduli Anda pergi ke pendalaman Alkitab selama Anda tidak melakukan apapun dengan apa yang Anda pelajari.
Kita membodohi diri kita sendiri bila kita mengira bahwa hanya karena kita telah mendengar atau membaca atau meneliti sebuah kebenaran berarti, kita telah menghayatinya. Sesungguhnya, Anda bisa begitu sibuk pergi ke kelas atau seminar atau pertemuan Alkitab berikutnya sehingga Anda tidak memiliki waktu untuk menerapkan apa yang telah Anda pelajari. Anda melupakannya pada saat Anda pergi untuk pendalaman berikutnya. Tanpa penerapan, semua pendalaman Alkitab kita sia-sia. Yesus mengatakan, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu."25) Yesus juga menunjukkan bahwa berkat Allah datang karena orang menaati kebenaran, bukan hanya mengetahuinya. Dia berkata, "Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya."26)
Alasan lain mengapa kita menghindari penerapan pribadi ialah karena hal tersebut bisa sulit atau bahkan menyakitkan. Kebenaran akan membebaskan Anda, tetapi mula-mula kebenaran tersebut mungkin membuat Anda tidak senang! Firman Allah menyingkapkan berbagai motif kita, menunjukkan kesalahan-kesalahan kita, menegur dosa-dosa kita, dan berharap agar kita berubah. Menentang perubahan merupakan sifat manusia, karena itu menerapkan Firman Allah merupakan kerja keras. Itulah sebabnya, sangat penting untuk membicarakan penerapan pribadi Anda dengan orang lain.
Tidak berlebihan kalau saya menekankan pentingnya menjadi anggota dari sebuah kelompok kecil diskusi pendalaman Alkitab. Kita selalu belajar dari orang lain kebenaran-kebenaran yang tidak pernah bisa kita pelajari sendiri. Orang lain akan membantu Anda melihat pengertian- pengertian yang bisa terlewatkan oleh Anda dan membantu Anda menerapkan kebenaran Allah dengan suatu cara yang praktis.
Cara terbaik untuk menjadi seorang "pelaku Firman" ialah selalu menulis langkah tindakan sebagai hasil dari pembacaan atau pengalaman atau perenungan Anda atas Firman Allah. Kembangkan kebiasaan untuk menulis apa tepatnya yang Anda ingin lakukan. Langkah tindakan ini seharusnya bersifat pribadi (melibatkan Anda), praktis (sesuatu yang bisa Anda kerjakan), dan bisa dibuktikan (dengan sebuah batas waktu untuk melakukannya). Setiap penerapan akan meliputi hubungan Anda dengan Allah, hubungan Anda dengan orang lain, atau karakter pribadi Anda.
Sebelum Anda membaca bab berikutnya, gunakan sedikit waktu untuk berpikir tentang pertanyaan ini: Apakah yang Allah sudah suruh Anda lakukan dalam Firman-Nya, tetapi belum mulai Anda kerjakan? Kemudian tuliskan beberapa pernyataan tindakan yang akan membantu Anda bertindak berdasarkan apa yang Anda ketahui. Anda bisa memberi tahu seorang kawan yang bisa meminta pertanggungjawaban Anda. Seperti yang dikatakan oleh D.L. Moody, "Alkitab bukan diberikan untuk meningkatkan pengetahuan kita, melainkan untuk mengubah hidup kita."