Pertanyaan 01 | Referensi 01a | Referensi 01b | Referensi 01c
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Penciptaan Alam Semesta |
Kode Pelajaran | : | DIK-P01 |
Daftar Isi
Teks Alkitab
Ayat Kunci
Doa
TEKS ALKITAB
Kejadian 1
AYAT KUNCI
Kejadian 1:1
Kapan dan sudah berapa lamakah Tuhan ada? Tuhan sudah ada dengan segala kuasa dan kemuliaan-Nya sebelum segala sesuatu ada. Alkitab mengatakan, "Pada mulanya Tuhan ...." Kej. 1:1; Yoh 1:1. Keberadaan-Nya ialah dari kekal sampai kekal. Ia selalu ada, dulu, sekarang dan selama-lamanya. Alkitab mengatakan:"... dari selama-selamanya sampai selama-lamanya, Engkaulah Tuhan." Mazmur 90:2
Siapakah Tuhan yang keberadaan-Nya dari kekal sampai kekal itu? Dia bukanlah sekedar kuasa atau pengaruh yang dahsyat. Dia adalah Pribadi yang sering kita sebut dengan Tritunggal, yaitu Allah Bapa, Allah Anak (Yesus Kristus) dan Allah Roh Kudus. Dialah yang menyebabkan segala sesuatu menjadi ada. Dia adalah Sang Pencipta (Bapa: I Kor 8:6; Anak: Yoh. 1:30; Roh Kudus: Kej. 1:2; Yes. 40:12- 13).
Sejak mulanya, manusia ingin tahu bagaimana segala sesuatu di dunia ini terjadi. Banyak pendapat telah diberikan mengenai asal-usul alam ini, khususnya mengenai asal-usul bumi. Namun tidak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti jawabannya.
Bagaimanakah kita dapat mengetahuinya secara pasti? Jawabnya adalah dengan percaya atau mengimani firman Tuhan. Alkitab mengatakan: "Karena iman kita mengerti bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Tuhan." Ibrani 11:3
Di dalam firman Tuhan kita menemukan jawabannya secara pasti. Alkitab tidak pernah berspekulasi sebagaimana teori-teori yang diciptakan oleh manusia. Dengan tegas Alkitab mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa, segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Kolose 1:16
Walaupun penjelasan mengenai penciptaan dalam Alkitab sangat singkat, namun Tuhan telah memberitahukan kepada kita segala sesuatu yang perlu kita ketahui tentang permulaan alam semesta ini. Pernahkah Anda bertanya mengapa kitab pertama dalam Alkitab disebut kitab "Kejadian"? Jawabannya adalah karena kitab Kejadian menceritakan tentang permulaan atau asal-usul segala sesuatu. Kata "Kejadian" berarti "Permulaan". Kitab ini menceritakan tentang permulaan langit, bumi ini dan segala isinya. Kitab ini dimulai dengan memberi informasi tentang asal mula alam semesta ini.
"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Kejadian 1:1
Siapakah yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya ini? Alkitab secara jelas memberikan jawabannya, yaitu Tuhan. Berikut ini adalah ayat-ayat Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam semesta.
"Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi." Kejadian 1:1
"Dialah Tuhan ... dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia menciptakannya untuk didiami." Yesaya 45:18
"Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tangan-Kulah yang membentangkan langit dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya." Yesaya 45:12
"... Ia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya: yang tetap setia untuk selama-lamanya." Mazmur 146:6
Berbeda dengan Tuhan, alam semesta ini memiliki titik permulaan. Tuhanlah yang menciptakan alam semesta ini. Ia menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada dan seluruh keberadaan alam semesta ini bergantung kepada Tuhan. Kejadian 1:1 menyatakan:
"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi". Kata "menciptakan" di sini tidak berarti memindahkan/menghadirkan sesuatu yang sudah ada ke tempat lain yang pada mulanya tidak ada sehingga menjadi ada, tetapi membuat sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada (ex nihilo). Jadi tanpa bahan. Bagaimanakah cara Tuhan menciptakan langit dan bumi? Ia menciptakannya dengan firman-Nya. Alkitab mengatakan:
"Oleh firman Tuhan langit dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentara-Nya." Mazmur 33:6
Firman Tuhan itu berkuasa! Firman Tuhan itu juga bersifat menciptakan, karena segala sesuatu yang difirmankan-Nya itu semuanya terjadi. Alkitab mengatakan:
"Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi, Dia memberi perintah, maka semuanya ada." Mazmur 33:9
"Berfirmanlah Allah: `Jadilah ....`." Kej. 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, 26
Bagaimana kondisi segala sesuatu pada saat Tuhan menciptakan mereka? Kondisinya adalah tidak seperti sekarang ini. Kondisi segala hal yang Ia ciptakan adalah baik. Dalam Kejadian pasal 1, berkali-kali disebutkan bahwa setelah Tuhan menciptakan sesuatu, "Ia melihat semua itu baik." Kej. 1:10, 12, 18, 25, 31
Karena segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan, maka siapakah yang memiliki semua dan segala sesuatu? Tentu ini berarti bahwa segala sesuatunya adalah milik Tuhan karena Dia adalah Pencipta segalanya.
Mengapa Tuhan menciptakan segala sesuatu ini? Ia menciptakannya untuk kemuliaan-Nya. Alkitab mengatakan:
"... yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku ....". Yesaya 43:7
"... segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia." Kolose 1:16
Melalui ciptaan-Nya, Tuhan juga telah menyatakan kuasa, kemuliaan dan hikmat-Nya. Alkitab mengatakan:
"...langit menceritakan kemuliaan Tuhan dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya." Mazmur 19:1
Karena Tuhan adalah Pencipta segala sesuatu, maka Dia sajalah yang patut atau layak dipuji dan disembah. Apakah arti penyembahan itu? Penyembahan adalah ungkapan kasih, penghormatan dan ketaatan yang patut diberikan kepada Tuhan. Kita tidak boleh menyembah manusia, malaikat, makhluk ataupun benda-benda lain. Alkitab mengatakan:
"Engkau harus menyembah Tuhan, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Matius 4:10
"Ya Tuhan, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa, sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." Wahyu 4:11
Beberapa orang beranggapan bahwa setelah Allah menciptakan dunia dan segala isinya, Ia menarik diri dan membiarkan ciptaan-Nya berjalan sendiri begitu saja, seperti faham Deisme. Bahwa Ia tidak peduli lagi dengan ciptaan-Nya. Ia lepas tangan. Benarkah Alkitab mengajarkan demikian? Jawabannya adalah tidak. Sampai saat ini Allah masih memelihara ciptaan-Nya. Allah, Pencipta Agung dari segala sesuatu, Ia juga yang memelihara, memimpin, mengatur dan memerintah semua makhluk ciptaan, tindakan, dan benda-benda ciptaan, mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, dengan kebijaksanaan-Nya yang paling bijak dan pemeliharaan-Nya yang kudus, sesuai dengan pengetahuan yang tidak bisa salah dan kehendak-Nya yang bebas dan tidak berubah, bagi kemuliaan hikmat-Nya, kuasa-Nya, keadilan-Nya, kebaikkan-Nya dan kemurahan-Nya.
Kalau langit dan bumi dan segala isinya ini masih ada sampai sekarang, ini semua karena pemeliharaan Allah terhadap ciptaan-Nya. II Petrus 3:7 mengatakan: "Tetapi oleh Firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api ..." Semuanya itu dimungkinkan masih ada karena Allah menopangnya. Ibrani 1:3 menjelaskan bahwa Kristus menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kuasa.
Kata "menopang" di sini tidaklah hanya sekedar menopang atau menyokong, tetapi memiliki pemahaman yang aktif, dengan maksud kehendak-Nya, Ia mengontrol semuanya secara terus-menerus. Jadi Yesus secara aktif terlibat dalam karya pemeliharaan (providensia). Hal serupa juga terdapat dalam Kolose 1:7 yang mengatakan bahwa di dalam Dia segala sesuatu ada. Bagaimana dengan kehidupan manusia di bumi ini? Apakah Allah masih memperhatikannya? Jawabnya adalah Ya. Ada banyak ayat dalam Alkitab yang menjelaskan bahwa Ia mengatur kehidupan di bumi ini. Mazmur 139:16 menjelaskan bahwa Allah mengatur kelahiran dan kehidupan manusia. Ia memberikan perlindungan kepada orang benar (Maz. 5:12; Ul. 33:12, 25-28; I Sam. 2:9), memenuhi kebutuhan umat-Nya (Ul. 8:3; Fil. 4:19) dan sebagainya. Sebenarnya kalau kita mau sadar, nafas hidup yang Ia masih berikan kepada kita saat ini adalah bukti dari pemeliharaan-Nya terhadap kita.
Ayub 34:14-15 mengatakan: "Jikalau Ia menarik kembali Roh-Nya dan mengembalikan nafas pada-Nya, maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu." Demikian juga yang dikatakan Mazmur 104:29: "... apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu."
Jadi, Allah masih campur tangan terhadap ciptaan-Nya. Semua keberadaan dan gerak segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tidak bisa dilepaskan dari pemeliharaan Tuhan terhadapnya.
DOA
"Tuhan, Engkaulah yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Biarlah saya terus menyembah dan memuliakan nama-Mu yang ajaib. Engkaulah Pencipta yang agung. Untuk itu, ciptakanlah hati yang suci dan bersih di dalam diri saya dan bentuklah hati saya menjadi tempat kediaman-Mu yang kudus." Amin
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
Pelajaran 01 | Pertanyaan 01 | Referensi 01a | Referensi 01b
Nama Kursus | : | TRAINING GURU SEKOLAH MINGGU (GSM) |
Nama Pelajaran | : | Pengenalan Sekolah Minggu |
Kode Pelajaran | : | GSM-R01c |
Referensi GSM-R01c diambil dari:
Judul Buku | : | Pola Mengajar Sekolah Minggu |
Judul Artikel | : | Program Allah Untuk Gereja |
Pengarang | : | Mavis L. Anderson |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993. |
Halaman | : | 1 - 16 |
"Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang aku mengutus kamu." (Yohanes 20:21)
Hakekat kekristenan, hakekat gereja, hakekat SM, ialah Kristus. Pengabaran Injil dalam arti yang sebenarnya bukanlah satu pertemuan yang diadakan kadang-kadang saja, tetapi adalah satu tugas yang agresif, yang berlangsung terus dan meluas, yang timbul dari kasih kepada dunia yang terhilang. Allah sangat mengasihi dunia sehingga Ia mengirimkan anak-Nya supaya kita memiliki hidup dengan berkelimpahan.
Yesus tahu bahwa pelayanan-Nya, kasih-Nya, program-Nya bagi penebusan dunia yang terhilang harus diserahkan kepada pengikut-pengikut-Nya. "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yohanes 20:21). Perkataan terakhir dari Yesus yang mengiang- ngiang di telinga murid-murid-Nya ialah, "Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem sampai ke ujung bumi" (Kisah Para Rasul 1:8).
Program yang telah diserahkan Kristus kepada gereja-Nya ialah supaya setiap orang Kristen mau berusaha dengan segenap kesanggupannya untuk membawa anak-anak, para pemuda, dan orang-orang dewasa kepada suatu hubungan yang vital dan yang bersifat pribadi dengan Allah melalui Kristus, dan kemudian pergi dan menjadikan orang-orang lain murid- murid Tuhan. Gereja hanya dapat memenuhi program bagi dunia yang terhilang ini bila gereja telah digerakkan oleh panggilan Allah dan digiatkan oleh kuasa Roh Kudus.
Untuk memahami dengan jelas tentang kedudukan SM di dalam program gereja, pertama-tama perlu ada satu pengertian yang jelas tentang apa yang dimaksudkan dengan gereja. Dalam percakapan sehari-hari kita berbicara tentang pergi ke gereja dan Sekolah Minggu. Kita mendorong setiap orang untuk pergi ke gereja setiap Minggu. Kita berbicara tentang kebaktian di gereja. Berapa jumlah ketepatan pemakaian istilah tentang gereja?
Menurut Perjanjian Baru, gereja setempat adalah tubuh yang kelihatan dari orang-orang percaya yang telah mendengar panggilan Allah dan dipersatukan kepada-Nya oleh iman di dalam Yesus Kristus. Kelompok setempat seperti itu merupakan bagian dari gereja yang am (umum), yang menjadi tubuh rohani yang dibentuk oleh orang-orang percaya sepanjang masa dan waktu.
Gereja adalah alat vital dari Tuhan yang digerakkan oleh Roh Kudus untuk maksud dan melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus untuk "jadikanlah semua bangsa murid-Ku".
Tetapi Anda berkata: "Dimana kedudukan SM itu di dalam program gereja?"
Gerakan SM didirikan di tengah-tengah penghinaan dan perlawanan. Gereja-gereja pada mulanya berpendapat bahwa pekerjaan Robert Raikes yang mendirikan SM di antara anak-anak miskin tidak akan berhasil. Tetapi sebelum Robert Raikes meninggal dunia pada tahun 1811, ia berkesempatan melihat SM-nya bertumbuh dengan pesat sehingga memiliki seperampat juta murid dan perkembangannya meluas sampai ke Amerika Serikat. George R. Merill berkata:
"Robert Raikes telah mempersembahkan kepada abad kesembilanbelas dan kepada dunia, satu alat yang paling berhasil untuk kemajuan moral dan agama yang akan disebarkan kedalam abad dua puluh untuk satu perkembangan yang jauh melebihi impian-impian yang penuh harapan."
Kita berada di tengah-tengah perkembangan yang mengherankan dari abad keduapuluh, namun akhirnya belum tiba. Berbagai aliran gereja yang menghargai nilai SM telah membuktikan bahwa memang SM adalah suatu alat yang potensial untuk menguatkan gereja. Marilah kita perhatikan perkembangan yang menonjol yang merupakan ciri dari SM pada abad yang keduapuluh.
Pada mulanya SM dikhususkan untuk anak-anak, tetapi perkembangannya telah membuktikan bahwa bagi pemuda dan orang dewasa pun SM itu perlu. Karena pelayanan mengajar SM merupakan suatu pelayanan yang berlangsung terus, karena mempelajari Firman Tuhan merupakan makanan bagi jiwa, sama seperti kita hidup dan bernafas, penting sekali bagi gereja untuk memberikan satu pelayanan mengajar untuk semua usia. Hal ini dapat dikerjakan oleh SM! SM merupakan pelayanan pengajaran kepada seluruh keluarga.
Jikalau gereja hendak memakai SM "sebagai satu alat yang paling potensial bagi kemajuan moral dan agama", gereja haruslah mengikuti pola pengajaran abad pertama. Gereja yang mula-mula telah memulai pola bersaksi secara perseorangan untuk melaksanakan perintah Kristus. Pola ini merupakan perintah kepada setiap anggota gereja, setiap pengikut Kristus menganggapnya tanggung jawab pribadi-nya untuk bersaksi bagi Kristus. SM adalah suatu "alat yang potensial" sebab badan ini merupakan satu pelayanan perseorangan.
Gereja melalui SM-nya mendapat kesempatan yang tidak terbatas untuk melayani setiap anggota. Banyak orang Kristen ingin menjadi seorang saksi, tetapi takut dan ragu-ragu di mana mereka akan mulai. SM yang akan mengajar mereka "melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" juga menyediakan kesempatan bagi mereka untuk menaati perintah itu. Dalam SM yang hidup harus ada satu tempat pelayanan bagi setiap anggota yang telah siap untuk melayani!
Misi "The Christian and Missionary Alliance" dilahirkan dari suatu kerinduan untuk memenangkan dunia yang terhilang, dan untuk menyegarkan gereja yang suam untuk melakukan tugas ini. "'Saya berjalan mondar-mandir di pesisir Pantai Old Orchard, Maine, pada musim panas tahun 1881,' kata A.B. Simpson, 'dan meminta kepada Allah melalui suatu cara untuk membangkitkan satu gerakan pengabaran Injil yang besar yang akan mencapai daerah-daerah di dunia yang telah dilalaikan itu. Sekolah Minggu mempersembahkan satu saluran untuk melayani kepada setiap anggota gereja.'" Gereja melalui SM-nya mencapai masyarakat. Perintah untuk setiap anggota sederhana saja: "Pergilah!" Sesungguhnya tidaklah mungkin untuk memenuhi pelayanan mengajar dari gereja tanpa "pergi". Di sini SM menduduki satu kehidupan yang unik dalam program gereja yang mengikuti metode-metode abad pertama. SM mempunyai suatu pelayanan pribadi kepada setiap rumah tangga dalam masyarakat. SM telah melewati pelbagai rintangan, prasangka, sifat acuh tak acuh dan telah menumpangkan tangan di atas kepala anak-anak. Dengan kasih Kristus dan kasih sayang para orang tua melalui anak-anak dan membuka pintu-pintu yang dengan cara lain tertutup terhadap gereja.
Gereja melalui SM-nya merupakan suatu gereja yang banyak memenangkan jiwa karena pelayanan pribadinya kepada setiap orang. Kristus mengajar murid-murid-Nya untuk bekerja secara perseorangan. Mereka heran karena Yesus menggunakan begitu banyak waktu untuk kepentingan satu orang, tetapi Yesus mengetahui nilai dari jiwa itu. Ia berkata kepada kepada murid-murid-Nya bahwa mereka harus mengabarkan Injil kepada setiap orang. Gereja mempunyai kesempatan melalui SM untuk mengajar dengan setia kepada setiap orang tanpa mengenal usia.
Hal-hal ini merupakan ciri-ciri dari Gereja abad kesembilan belas dan membuktikan "bahwa SM kepada dunia memberikan satu alat yang berpengaruh untuk kemajuan moral dan agama". Gerejalah yang menemukan bahwa para guru SM menarik anggota baru dan membawa mereka kepada pengenalan secara pribadi akan Kristus. Bilamana Anda juga ikut memperjuangkan SM, hal itu akan memperkuat gereja Anda menjadi jauh lebih besar daripada yang Anda harapkan.
Pertumbuhan yang tetap adalah sebagian daripada program Allah untuk gereja. SM mempunyai tempat dalam program ini, sebab SM itu dikenal sebagai suatu satu faktor pengembangan yang terbesar bagi pertumbuhan gereja.
Kadang-kadang kita mendengar pernyataan seperti berikut ini, "Saya lebih suka mempunyai satu SM yang baik daripada satu yang besar" atau "Allah tidak pernah memanggil kita supaya menjadi besar." Satu analisa yang teliti mungkin melahirkan satu sikap hati yang tulus tetapi sering juga pernyataan-pernyataan seperti itu datang dari tipu muslihat iblis, dari satu hati yang acuh tak acuh, atau karena gereja mencoba menutupi kegagalannya dengan pernyataan yang kudus.
Tiap saran yang menentang jumlah yang banyak bukan datang dari sorga, karena bunyi undangan dari pintu gerbang kemuliaan ialah "Barangsiapa mau, hendaklah ia datang!" Neraka tentu saja menentang orang banyak yang mendapatkan Kristus. Iblis takut kepada Firman Allah. Iblis akan melawan jiwa-jiwa itu di bawah naungan suara hati dari Firman yang Hidup itu.
Pertumbuhan yang tetap adalah satu hasil dari program gereja rasuli. "Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan" (Kisah Para Rasul 5:14).
"Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar iman menyerahkan diri dan percaya" (Kisah Para Rasul 6:7). "Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan (Kisah Para Rasul 11:21). "Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa" (Kisah Para Rasul 4:32). Menarik jiwa datang kepada Tuhan bukanlah soal senang atau tidak senang, melainkan suatu perintah Ilahi.
SM yang bertumbuh menyuburkan pertumbuhan itu ke dalam setiap tingkatan pekerjaan gereja. Bilamana SM Anda gagal dalam hal ini, maka SM itu telah gagal dalam mengambil kedudukan yang benar dalam program Allah. Sebuah SM yang bertumbuh harus berarti suatu pertambahan pengunjung pada kebaktian-kebaktian, pertemuan doa dan kelompok- kelompok latihan. Bilamana SM berhasil mencapainya, perpuluhan- perpuluhan dan persembahan-persembahan akan terus meningkat secara tetap. Sumbangan pengajaran Injil akan berarti kehidupan dan pertumbuhan baru kepada program penginjilan kita, calon-calon pekerja baru akan didaftarkan dan dilatih untuk bekerja di daerah mereka sendiri. Pertumbuhan berarti penambahan lebih banyak calon untuk pelayanan penginjilan. Pertumbuhan gereja adalah hal yang sehat. Pertumbuhan menandakan bahwa gereja itu hidup.
Pada tahap ini Anda mungkin akan melihat SM melalui sudut pandang yang lain, dengan suatu tekad baru untuk ikut serta dalam program pembangunan gereja yang ajaib. Kiranya Tuhan mengabulkan maksud Anda. Pada saat yang sama, semoga tak pernah diketahui orang lain, bahwa Anda berada di antara orang-orang yang mengesampingkan pekerjaan Allah atau yang membesar-besarkan pekerjaan dari seorang pribadi di atas kekurangan orang lain. Tidak dapat disangkal bahwa mungkin Anda berada di tengah-tengah orang yang menghina pekerjaan Allah dalam lapangan pelayanan perseorangan ini. Bilamana Anda mengambil bagian dalam pelayanan SM, Anda telah menggabungkan diri dalam satu pasukan inti yang dipersatukan untuk melakukan satu tugas yang sama, yaitu menambah anggota-anggota kepada gereja Yesus Kristus.
Pelajaran 06 | Pertanyaan 06 | Referensi 06b | Referensi 06c
Nama Kursus | : | ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) |
Nama Pelajaran | : | Bertanggung Jawab dalam Hal Bersaksi dan Memuridkan Orang Lain |
Kode Pelajaran | : | OKB-R06a |
Referensi OKB-R06a diambil dari:
Judul Buletin | : | SANGKAKALA |
Judul Artikel | : | Penginjilan Sebagai Gaya Hidup |
Penulis | : | Cucuk Kustiawan, S.H. -- Pekerja Mahasiswa |
Halaman | : | 1-2 |
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, tetapi lebih kepada sharing pengalaman bagaimana ketika dulu saya membagi Injil dalam pekerjaan.
Apakah penginjilan itu?
Penginjilan adalah memberitakan tentang karya Kristus yang sudah mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga (1Korintus 15:3-4), serta menantang orang untuk bertobat dari dosanya (Kisah Para Rasul 26:18) lalu mengharapkan dia percaya pada karya Kristus itu untuk kemudian menerima-Nya sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi, sehingga ia memperoleh hidup yang kekal (Yohanes 20:30-31).
Mengapa kita harus memberitakan Injil?
Sebagai orang percaya, sejak kita pecaya kita sudah ditetapkan sebagai saksi (Kisah Para Rasul 1:8). Oleh karena itu, sangat tidak wajar bila kita tidak memberitakan apa yang telah kita alami (1Yohanes 1:3). Kesaksian kita itu sangat dibutuhkan orang karena menentukan nasib orang -- apakah mereka akan selamat atau binasa (Markus 16:15-16). Tuhan memerintahkan (Markus 16:15-16), sehingga kalau kita tidak memberitakan Injil, kita tidak taat pada perintah Allah. Memberitakan Injil Kristus adalah kemurahan. Siapakah kita ini sehingga layak menyampaikan berita agung itu, tetapi justru kepada kita disampaikan berita itu dan dipercaya untuk menyampaikannya pada orang lain? (1Tesalonika 2:4). Penginjilan sebagai gaya hidup
Oleh karena alasan-alasan tersebut, maka sebenarnya tugas penginjilan itu melekat pada diri kita. Tidak bisa tidak, kita harus menginjili. Bahkan, Rasul Paulus mengatakan: "celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." (1Korintus 9:16). Injil itu tinggal dalam hidup kita, maka penginjilan sebagai gaya hidup adalah bahwa pikiran, sikap, kata-kata, tindakan kita adalah ekspresi dari Injil itu. Kita memberitakan Injil kapanpun, kepada siapapun, dimanapun berada, baik atau tidak baik waktunya, karena Injil adalah hidup dan hidup kita dipengaruhi oleh Injil itu.
Penginjilan di tengah pekerjaan
Sebenarnya secara prinsip dimanapun kita menginjili sama dengan: melakukan pendekatan, memberitakan injilnya dan menantang orang untuk percaya pada Kristus, meneguhkan keyakinan keselamatannya.
Walaupun kita tahu bahwa semua ini kita lakukan dengan bergantung pada Roh Kudus, namun secara teknis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menginjili dalam konteks pekerjaan: pada tahap pendekatan, karena teman kerja adalah bagian dari orang yang kita temui setiap hari yang melihat hidup kita. Maka kita perlu memiliki cara hidup yang baik dalam kata-kata, tindakan, dan pikiran/ide-ide. Kesaksian hidup yang baik menjadi daya tarik di tengah dunia pekerjaan yang cenderung berkompromi terhadap dosa. Selain itu, biasanya dalam dunia pekerjaan yang sering menjadi pokok pembicaraan adalah tentang anak, suami, istri, pekerjaan itu sendiri, kedudukan/pangkat, dan materi. Untuk itu, jadilah pendengar yang baik bagi rekan kerja kita yang curhat tentang pokok-pokok itu. Orang senang bila ada yang mau mendengarkan, sehingga bisa menjadi pintu masuk untuk menyampaikan Injil. Penting juga untuk memiliki sikap hati yang rela untuk membantu/melayani, karena sering dalam dunia kerja segala sesuatu diukur/diperhitungkan berdasarkan uang; menghasilkan atau tidak, untung atau rugi, dsb.
Jika kedekatan dan keterbukaan sudah terbangun, maka kita bisa mulai masuk untuk membagikan Injil itu kepada rekan kita. Yang penting beranilah, jangan sungkan, pakewuh, takut, ragu. Saya dulupun mengalami (bahkan sampai sekarang). Teknisnya bisa dilakukan dengan menjelaskan Injil melalui ilustrasi jembatan, traktat, menceritakan kesaksian pribadi kita ketika diselamatkan atau kombinasi dari berbagai cara tersebut, kemudian menantang orang untuk percaya pada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Meneguhkan keyakinan keselamatannya. Jika rekan kita mau percaya kita bersyukur, karena kita sudah dilayakkan Allah untuk memberitakan Injil. Jika mereka belum mau percaya atau belum mau meresponi berita Injil itu, maka sikap kita selanjutnya haruslah tetap mengasihi/bersahabat/menolong. Agar penginjilan terus ada dalam hidup kita, maka kita perlu mendoakan dan merencanakan dengan konkrit kepada siapa, dengan cara apa, kapan dilakukan, dimana (apakah cukup di kantor, di rumahnya atau di tempat lain) dan dengan cara bagaimana? Akhir kata, kita harus terus mengingat bahwa: memberitakan Injil adalah suatu kemurahan dan anugerah.
Pelajaran 02 | Pertanyaan 02 | Referensi 02b
Nama Kursus | : | TRAINING GURU SEKOLAH MINGGU (GSM) |
Nama Pelajaran | : | Kriteria Guru Sekolah Minggu |
Kode Pelajaran | : | GSM-R02a |
Referensi GSM-R02a diambil dari:
Judul Buku | : | Menjadi Guru Profesional Sebuah Perspektif Kristiani |
Judul Artikel | : | Guru Kristen |
Pengarang | : | B. Samuel Sidjabat, M.Th., Ed.D. |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993. |
Halaman | : | 35 - 38 |
Berbicara tentang "guru Kristen", selalu ada dua hal penting yang patut menjadi perhatian utama kita dalam pembicaraan berikut ini. Pertama, mengenai kedudukan guru sebagai pribadi Kristen. Bagaimana sepatutnya ia memahami dan mengembangkan statusnya sebagai orang Kristen? Kedua, mengenai tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Apakah peranannya sebagai guru dalam melaksanakan tugas keguruan? Bagaimana ia sepatutnya mengemban tugasnya sebagai guru berdasarkan iman Kristiani yang dianutnya?
BERTUMBUH DI DALAM KRISTUS
Perkara yang sangat penting dikembangkan oleh seorang guru Kristen adalah pengenalan mengenai jati dirinya sendiri sebagai orang Kristen. Kita memahami bahwa orang Kristen adalah "orang yang memberikan dirinya secara penuh kepada Yesus Kristus" (lihat Kisah Pararasul 11:26). Orang Kristen ialah orang yang percaya dan menyambut sepenuhnya kedudukan dan peran Yesus sebagai Tuhan, Juruselamat dan Raja atas kehidupannya. Pembukaan diri ini sebenarnya dimungkinkan oleh kuasa Allah sendiri, sebagai pekerjaan Allah Roh Kudus yang membuat seseorang memberi respons positif terhadap berita Injil (lihat Roma 1:16-17; 1 Korintus 15:3- 5). Dengan membuka diri, Roh Kudus berkenan hadir ke dalam hidup dan mendiami diri orang percaya. Dengan demikian, nyatalah permulaan orientasi hidup baru, perubahan hidup, pengertian rohani baru, kuasa dan dinamika hidup baru (Yohanes 3:3,5; Roma 8:9-11; 2 Korintus 3:17-18; 5:17).
Kemudian sebagai orang Kristen, guru terpanggil untuk bertumbuh ke arah pengenalan yang semakin mendalam dan lengkap tentang pribadi Yesus Kristus (bandingkan dengan Kolose 2:6-7; Galatia 2:19-20). Pengenalan tentang pribadi Yesus ini akan memungkinkan dia untuk semakin memahami kehendak Allah. Karena Yesus sendiri adalah jalan, kebenaran, dan hidup, membawa orang kepada pengenalan yang sejati akan karya Allah (Yohanes 1:18; 14:6). Sebab, Yesus menyatakan dengan tegas bahwa di luar Dia, orang tidak dapat melakukan hal yang benar bagi kemuliaan Allah (Yohanes 15:4,5,16). Di samping itu, hanya melalui persekutuan dengan Dialah, seorang guru Kristen semakin menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Dan kebenaran yang dinyatakan Allah kepada setiap orang percaya menyangkut segi kognitif (intelek- pemikiran), segi moral, etis, serta spiritual. Selanjutnya kebenaran yang harus dikejar oleh guru Kristen adalah kebenaran realitis, yaitu yang nyata dalam kehidupan. Kebenaran yang demikian akan berupaya membebaskan manusia seutuhnya (bandingkan dengan Yohanes 8:31-32; 17:17).
Masalah mengikut Yesus tidak saja terbatas kepada bagaimana kita dapat lebih memahami dan mengerti apa yang dilakukan Yesus bagi pengampunan dosa, dan jaminan kehidupan yang akan datang harus diteladaninya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pelaksanaan tugas keguruan. Howard G. Hendriks (Gangel and Hendriks, 1988), mengemukakan bahwa sedikitnya ada enam segi kehidupan Yesus yang senantiasa mengagumkan, yang perlu diteladani oleh seorang guru Kristen.
Seorang guru Kristen juga perlu menyadari bahwa peranan Roh Kudus bukan hanya berlangsung dalam rangka pendewasaan iman dan peningkatan kualitas atau kesadaran akan kesucian hidup, tetapi juga di dalam rangka mengemban profesi sehari-hari. Roh Kudus ingin menyatakan kuasa dan kehadiranNya di dalam diri dan melalui orang. Karena itulah guru bidang studi apapun tetap memerlukan kehadiran Roh Kudus di dalam hidup dan pekerjaannya. Bukan karena mengajar agama Kristen atau memimpin kelompok pemahaman Alkitab, seorang guru membutuhkan kehadiran dan bimbingan Roh Kudus. Roh Kudus juga menyatakan sifatNya melalui gerak-gerik dan gaya mengajar dari guru. Selanjutnya sifat- sifat yang dipancarkanNya dapat menjadi dinamika hidup dalam hubungan antar pribadi yang menyegarkan dan membangun. Sifat-sifat itu pulalah yang diharapkan mewarnai dan membentuk etos kerja seorang guru sebagai pengajar dan pendidik.
Seorang guru, sebagai pengajar iman Kristen, sudah tentu sangat memerlukan ketergantungan terhadap kuasa, urapan dan kehadiran Roh Kudus. Sebab Dialah yang sanggup membuka mata hati orang untuk memahami kebenaran (bandingkan dengan Efesus 3:16,17,18). Ia pula akan memberikan ide-ide baru dalam masa persiapan, dan bahkan sementara guru melakukan tugas mengajarnya (interaksi belajar-mengajar). Ia memberikan semangat atau entusiasme (Yun: en theos). Ia mampu meyakinkan dan menyadarkan para pendengarnya. Ia membuat interaksi di antara sesama anggota dalam kelompok belajar dinamis sehingga terasa hangat dan bermakna (Yohanes 16:11-13; 1 Yohanes 2:20,27; 3:24; 1 Korintus 2:14). Karena itulah seperti dikemukakan oleh Paulus, orang percaya harus selalu mau dipimpin dan dipenuhi Roh Kudus (Efesus 5:18; Galatia 5:16,18,25). Melalui kegiatannya, guru dapat mendorong terjadinya suasana ibadah, yang menimbulkan kekaguman dan kemuliaan Allah. Roh itulah yang membawa guru dan peserta didiknya beribadah dalam roh dan kebenaran (bandingkan dengan Yohanes 4:24).