Nama Kelas | : | Pembimbing Perjanjian Lama |
Nama Pelajaran | : | Latar Belakang Geografis Perjanjian Lama |
Kode Pelajaran | : | PPL-P05 |
Pembagian wilayah secara geografis zaman sekarang tentu sangat berbeda daripada zaman PL. Namun, lebih dari sekadar wilayah, tanah bagi bangsa Israel dalam PL memiliki arti teologis yang sangat dalam. Nah, mari kita mempelajari lebih dahulu pentingnya latar belakang geografis PL.
Alkitab adalah unik dibandingkan dengan kitab suci agama lain, sebab Alkitab menyebutkan banyak sekali nama tempat yang memang pernah ada di dunia ini. Itulah sebabnya, ada dua alasan penting untuk mempelajari latar belakang geografis dunia PL:
Untuk menjadi bukti bahwa sejarah umat Allah dalam PL adalah sejarah yang sungguh terjadi di suatu tempat, pada suatu waktu di dunia ini.
Supaya kita dapat mengerti dan menginterpretasikan teks Alkitab dengan lebih baik; ada ribuan nama tempat, gunung, sungai, bukit, laut, dll. dalam Alkitab sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup tentang data-data geografis tersebut untuk dapat menafsirkan ayat dengan tepat.
Daerah peristiwa-peristiwa dalam PL pada dasarnya termasuk lembah utara dan Delta Sungai Nil, Semenanjung Sinai, Palestina, Fenisia, Aram, Lembah-lembah Sungai Efrat dan Tigris, serta Mesopotamia. Tanah Palestina atau Kanaan adalah sebuah wilayah yang terletak di antara Laut Tengah (Mediterania) di sebelah Barat dan Padang Gurun Arab di sebelah Timur. Luas tanah Kanaan sebagaimana yang sering disebutkan dalam kitab-kitab dalam Perjanjian Lama adalah, "dari Dan sampai Bersyeba" (Hak. 20:1).
Orang Israel adalah orang yang tinggal dan menduduki daerah pegunungan. Oleh sebab itu, bangsa Israel tidak cakap berperang di tanah yang datar (Hak. 1:19) walaupun mereka mulai memakai pasukan kuda untuk melawan Siria dan Asyur. Oleh karena itu, bani Israel tidak dapat mempertahankan bagian dataran pantai dalam waktu yang lama. Dataran atau Lembah Esdralon merupakan tempat berperang bagi bangsa Israel, tetapi sering kali bangsa Israel tidak meraih hasil yang baik saat berperang di Lembah Esdralon.
Pemberian tanah Kanaan sebagai Tanah Perjanjian didasarkan pada janji Allah kepada Abraham. Abraham dipanggil Allah untuk meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi menuju tanah yang Allah janjikan. Abraham tidak tahu pasti letak Tanah Perjanjian itu, tetapi dengan iman, ia terus pergi menuju tanah yang dijanjikan itu. Semasa hidup Abraham, ia pernah menempati tanah Kanaan. Pada saat terjadinya keributan antara hamba-hamba Lot dan hamba-hamba Abraham, Abraham dan Lot akhirnya memutuskan untuk berpisah. Lot memilih daerah di sekitar Sungai Yordan yang hijau dan subur, sedangkan Abraham mendapatkan daerah yang sebaliknya. Pada saat itulah, Tuhan Allah berfirman bahwa tanah itu akan menjadi miliknya dan keturunannya.
Masa Teokrasi bisa dikatakan bahwa Israel mulai menegakkan sebuah kerajaan dan menentukan batas-batas wilayah secara politis. Pada masa pemerintahan Saul, luas kerajaan Israel tidak seluas pemerintahan Daud. Daud menggantikan Saul sebagai raja Israel, kemudian Daud mulai berperang melawan musuh-musuh Israel sehingga luas wilayah pun bertambah. Secara teritorial, kerajaan Israel menjadi semakin luas dan Allah menyerahkan musuh-musuh Israel ke tangan Daud sehingga negeri itu diberkati oleh Tuhan. Hingga masa pemerintahan Salomo, luas kerajaan semakin besar. Setelah Salomo meninggal dunia, kerajaan Israel pecah menjadi dua bagian, yaitu menjadi Kerajaan Israel Utara dan Selatan. Kerajaan Israel Utara terdiri dari 10 suku yang dipimpin oleh Yerobeam bin Nebat, dengan ibu kota di Samaria, sedangkan Kerajaan Israel Selatan dipimpin oleh Rehabeam anak Salomo, yang terdiri dari 2 suku, yakni Yehuda dan Benyamin, dengan ibu kota di Yerusalem.
Secara khusus, Allah memanggil Abraham untuk menduduki Tanah Perjanjian. Bangsa Israel sendiri adalah bangsa yang menduduki tanah Kanaan dan berbaur dengan penduduk asli negeri itu. Pada masa Yakub, kelaparan hebat melanda tanah Kanaan sehingga Yakub dan keluarganya yang berjumlah 70 orang (Kej. 46:27) pergi ke Mesir. Di Mesir, bani Israel mendiami tanah Gosyen dan jumlah mereka semakin bertambah banyak, hingga akhirnya Firaun yang tidak lagi mengenal Yusuf, memerintah Mesir, dan mulai menindas bangsa Israel. Hingga masa Yosua, Israel baru menduduki tanah Kanaan setelah keluar dari Mesir. Janji yang Allah ikat dengan Abraham, digenapi pada masa Yosua dan bangsa Israel mendiami tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Allah. Allah menyatakan Diri dan rencana-Nya kepada bangsa Israel, dan rencana-rencana yang Allah janjikan telah digenapi dan penyertaan dan pemeliharaan Allah senantiasa ada dan melimpah bagi Israel.
Wilayah tanah Kanaan memiliki porsi muatan teologis yang sangat besar dalam seluruh kitab PL karena tanah Kanaan merupakan komponen utama dalam perjanjian Allah dengan bangsa pilihan-Nya, Israel. Hal ini dimulai ketika Abraham dipanggil untuk pergi ke tanah yang akan Tuhan berikan kepadanya dan bangsa keturunannya, yaitu Tanah Perjanjian, (Kej. 11:31; 12:10). Wilayah Tanah Perjanjian itu disebutkan "mulai dari Sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, Sungai Efrat" (Kej. 15:18) dan janji itu dikonfirmasi lagi kepada Ishak (Kej. 26:3) dan juga kepada Yakub (Kej. 28:13).
Luas tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham tidaklah jelas batasnya. Namun, dapat dipastikan lebih luas dari negeri Kanaan karena ketika Lot memilih untuk tinggal di Lembah Yordan yang subur dan banyak air di sebelah timur, Abraham tinggal di tanah Kanaan, dan di situlah Tuhan berkata kepada Abraham: "Angkatlah matamu, dan dari tempatmu berdiri ini, pandanglah ke arah utara dan selatan, serta ke timur dan ke barat, sebab seluruh tanah yang kaulihat itu akan Aku berikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selamanya." (Kej. 13:14-15)
Ratusan tahun kemudian, ketika Musa mengingatkan bangsa Israel akan Tanah Perjanjian yang Tuhan telah berikan kepada mereka, Musa menjelaskan batas-batas tanah itu dalam Ul. 1:7-8. Saat itu, bangsa Israel telah menduduki tanah, bahkan sampai ke Transyordan, yang lebih luas dari batas Tanah Perjanjian. Pada masa Yosua, Tuhan memberi perintah kepada Yosua untuk mengambil seluruh wilayah seperti yang telah disebutkan Musa (Yos. 1:4). Namun, selama masa itu, Israel gagal mendapatkan seluruh tanah yang telah Tuhan janjikan. Penyebab utamanya adalah karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan sehingga Tuhan menghukum mereka dengan tidak memberikan seluruh tanah itu kepada bangsa Israel. Selama masa raja-raja Israel, tidak ada satu raja pun yang berhasil mendapatkan seluruh Tanah Perjanjian itu, kecuali Daud (itu pun masih ada satu bagian tanah, Tanah orang Het, yang tidak menjadi kekuasaan Israel).
Perjanjian terjadi karena Allah yang berinisiatif untuk mengadakan sebuah perjanjian dengan manusia. Semua perjanjian didasari atas kasih Allah kepada manusia. Melalui perjanjian-perjanjian tersebut, Allah ingin menyatakan bahwa Allah adalah kasih, kasih ini dinyatakan dalam Imamat 26:12, yaitu "Aku akan berjalan bersamamu dan menjadi Allahmu. Kamu akan menjadi umat-Ku.” Bagi bangsa Israel sendiri, Tanah Perjanjian merupakan salah satu identitas bagi mereka. Tanah Kanaan tidak hanya bersifat teritori yang harus diduduki, tetapi lebih dari itu. Allah telah menjanjikan tanah tersebut sehingga mereka akan berupaya untuk menduduki yang Ia janjikan, yaitu tanah Kanaan.
Peta geografis pada zaman PL terbagi menjadi 6 zaman, yaitu:
Zaman ketika Abraham keluar dari Ur Kasdim (lokasi tepatnya di wilayah orang Babel), dan melakukan perjalanan menuju tanah yang dijanjikan Allah kepadanya dengan melewati jalur Nipur, Babel, Mari, Haran, Alepo, Ebia, Damsyik, Hazor, Betel, Heliopolis, dan kembali ke sekitar wilayah Hebron.
Bangsa Israel memulai perjalanan dari Raamses (wilayah Mesir). Sebenarnya dari Mesir bisa langsung ke arah timur melalui Padang Gurun Syur, tetapi Allah mau membentuk bangsa Israel sehingga harus pergi ke arah selatan, yaitu Padang Gurun Sinai.
Dua belas suku Israel berada di antara tanah orang Aram, Amon, Moab, dan Edom. Dari segi perairan, Laut Mati berada di antara suku Yehuda, Benyamin, Ruben, Moab, dan sedikit Edom, sedangkan Laut Tengah berada di sebelah barat suku Yehuda, Dan, Manasye, Asyer, dan Aram.
Wilayah kerajaan Daud dan Salomo lebih luas dibandingkan dengan wilayah kerajaan Saul. Salomo juga memiliki wilayah di bawah kekuasan dirinya, yaitu wilayah Hamat, Qatna, Kadesy, dan Tifsah.
Jangkauan pelayanan nabi-nabi Israel sangat luas, mulai dari selatan (Edom) hingga utara (Damsyik - dekat Aram).
Kerajaan Asyur memiliki wilayah yang cukup luas meliputi Memfis, wilayah selatan dekat Laut Merah, melewati Sungai Yordan, di pinggiran Laut tengah hingga wilayah utara (Gimirrai), Danau Van - sekitar Gunung Ararat, melewati Sungai Habor, Efrat, dan Tigris, hingga batas akhir daerah Ur dan daerah Susan dekat Laut Persia.
Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa konsep Tanah dan Perjanjian dalam PL memiliki kaitan yang erat. Tanah merupakan anugerah Tuhan yang dijamin di atas perjanjian yang sah. Karena itu, Tanah Perjanjian merupakan simbol akan ketergantungan mereka kepada Tuhan. Hubungan Israel dengan tanah itu merupakan indikasi hubungan mereka dengan Tuhan. Apabila mereka taat kepada Tuhan, kemakmuran yang luar biasa akan terjadi di atas tanah itu (Ul. 22). Sebaliknya, ketidaktaatan bangsa Israel akan perintah Tuhan, berakhir dengan dibuangnya mereka dari Tanah Perjanjian (Ul. 4:25-28; 28:63-68; Yos. 23:13-16; 1Raj. 9:6- 9; 2Raj. 17:22-23; dll.). Akibatnya, pada masa-masa itu, orang Israel harus hidup di tanah pembuangan dan dijajah bangsa-bangsa lain.
Namun, karena janji Tuhan menyertai bangsa ini, sebagaimana perkataan Nabi Yeremia, mereka dibuang ke Babel hanya selama 70 tahun Pada zaman Ezra, yaitu pada masa Kerajaan Media-Persia mulai berkuasa, Koresy memerintahkan agar bangsa Israel yang hidup dalam pembuangan kembali ke tanah air mereka. Bangsa Israel kembali pulang ke Kanaan dalam tiga tahap: tahap pertama dipimpin oleh Zerubabel, tahap yang kedua dipimpin oleh Ezra, dan tahap yang ketiga dipimpin oleh Nehemia. Sejarah PL mulai diwarnai dengan pertobatan dan perjanjian untuk menjauhkan diri dari pencemaran dosa dari bangsa kafir (baca Ezr. 9:10-15) sehingga bangsa Israel akhirnya pulang kembali ke tanah airnya dan tinggal di tanah yang Tuhan janjikan itu.
"Kami sungguh mengucap syukur karena sudah mempelajari bagian terakhir ini. Bersyukur bahwa Engkau, ya Allah, selalu menggenapi janji-Mu dalam waktu-Mu. Kami yakini waktu Tuhan yang terbaik. Kiranya Roh Kudus memberi hikmat kepada kami untuk dapat tetap menantikan janji Tuhan dalam waktu Tuhan. Amin!"
Nama Kelas | : | Pembimbing Perjanjian Lama |
Nama Pelajaran | : | Latar Belakang Budaya Perjanjian Lama |
Kode Pelajaran | : | PPL-P04 |
PL dituliskan pada zaman yang jauh berbeda dari zaman sekarang. Karenanya, sangat penting mempelajari budaya dan dunia PL. Mari kita pelajari struktur masyarakat PL, strata masyarakat dalam PL, sistem pendidikan PL, dan sistem ibadah PL.
Rencana penebusan Allah diawali melalui satu keluarga karena keluarga adalah unit utama dalam struktur masyarakat PL. Diawali dengan pilihan Allah atas keluarga Abraham. Allah mengokohkan hubungan istimewa ini dengan suatu Perjanjian. Anggota yang termasuk dalam Perjanjian ini disebut "keturunan Abraham" (secara jasmani) - selanjutnya adalah "keturunan Ishak" dan "keturunan Yakub" (Im. 26:42, 45). Kata "keturunan" muncul 1200x dalam PL. Konsep "keturunan" secara fisik sangat penting dalam bangsa Israel, sebab di situlah ikatan keanggotaan dalam Perjanjian didasarkan. Oleh sebab itu, tidak heran jika banyak sekali ditemui catatan silsilah dalam Alkitab.
Dasar kelembagaan keluarga diletakkan Allah dalam Kejadian 2, sebagai kesatuan ikatan permanen antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Istilah Ibrani yang dipakai untuk keluarga adalah mispahah dan bayit, arti harfiahnya 'rumah' (household"/'rumah tangga'), artinya mereka yang tinggal dalam satu atap rumah. Namun, dalam PL sering kali keluarga tidak hanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena (tergantung dari konteksnya) sering juga diartikan sebagai perluasan keluarga, yaitu suami, istri, anak-anak (sampai 2 - 3 generasi), budak-budaknya, dan termasuk keluarga dekat lain yang tinggal bersama, bahkan kadang seluruh suku disebut "satu keluarga" (1Taw. 13:14).
Kejadian 1-3 secara tidak langsung berbicara tentang lembaga perkawinan yang mengatur seksualitas. Para nabi menganalogikan lembaga perkawinan sebagai hubungan antara Allah dengan umat-Nya, bangsa Israel (Am. 3:2; Hos. 1;2; Yer. 2:1-3; 3:6-13; Yeh. 16; 23; Yes.54:4-8; 62:4-5). Lembaga perkawinan memiliki 3 anggota keluarga utama, yaitu suami, istri, dan anak.
Suami mempunyai kedudukan tertinggi atas semua anggota keluarganya beserta budak-budaknya. Namun, pada sisi yang lain, suami juga bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarganya, termasuk hinaan, bahkan hukuman. Suami juga bertanggung jawab untuk mencarikan pasangan bagi anak-anaknya. Ia harus paham hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam pernikahan menurut hukum bangsa Israel (Im. 18; Ul. 7; 20).
Silsilah keluarga PL diurutkan dengan mengikuti keturunan suami. Itu sebabnya, dalam hukum Israel disebutkan berbagai peraturan untuk melindungi kelangsungan keluarga (Im. 25:47-49; Yer. 32:68; Rut 2,3,4). Suami juga berfungsi sebagai imam bagi keluarganya. Ia diharapkan memimpin seluruh keluarganya dalam mengikuti perayaan-perayaan keagamaan Yahudi. Seluruh tanggung jawab pendidikan anak-anak, khususnya yang laki-laki, ada di tangannya.
Tugas utama istri adalah menghasilkan keturunan, tetapi ini bukan satu-satunya tugasnya. Tentang tugas-tugas seorang istri yang berbudi dan ideal, tertulis dalam Amsal 31. PL juga mencatat istri-istri yang menjalankan tugas-tugas yang tidak lazim dilakukan dalam budaya Israel, misalnya memimpin perang (Debora), menjadi nabiah (Miryam), bertindak untuk suami (Abigail), dll..
Dalam perkawinan Yahudi, istri dengan kerelaan menundukkan diri di bawah suaminya dan mengambil kedudukan sebagai "penolong" (Kej. 2:18). Setelah melahirkan, mereka akan menyusui anak-anaknya sampai usia dua atau tiga tahun. Pendidikan anak sampai usia lima tahun adalah tanggung jawab ibu, kemudian anak laki-laki akan dididik oleh ayahnya, sedangkan anak perempuan akan diajar oleh ibunya. Kesuksesan istri menjalankan keluarga sering kali menjadi ukuran bagaimana suami Yahudi akan dihormati di antara para pemimpin Israel.
Anak-anak adalah berkat dari Tuhan, buah yang diharapkan dari perkawinan. Bagi keluarga PL, perkawinan yang tidak dikaruniai anak merupakan kedukaan dan aib, seperti peristiwa yang menimpa Sara dan Hana. Sebaliknya, banyak pujian ditujukan bagi wanita yang melahirkan banyak anak (Mzm. 128). Anak laki-laki dalam keluarga Yahudi adalah tumpuan harapan bagi pemeliharaan masa tua orang tuanya. Anak sulung dalam keluarga Yahudi, baik laki-laki maupun perempuan, mendapat tempat yang istimewa. Apabila orang tuanya mati, anak sulung akan mendapat bagian warisan dua kali lipat. Jika ayahnya tidak memiliki anak laki-laki, anak perempuan akan mewarisi seluruh harta ayahnya jika ia menikah dengan kaum keluarganya sendiri.
Dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, anak perempuan Yahudi mendapatkan perlakuan yang jauh lebih baik. Mereka diizinkan menikah sesudah usia 12 tahun. Sesudah menikah, ibu mertuanya akan mengambil alih pendidikan selanjutnya. Apabila suaminya mati, dia akan dinikahkan dengan saudara laki-laki dari suaminya untuk menyelamatkan garis keturunan keluarga. Namun, jika suaminya tidak memiliki saudara laki-laki untuk menikahinya, sering kali dia akan kembali ke rumah ayahnya lagi (contoh kasus Rut dalam keluarga Naomi).
Keluarga Yahudi sangat menjunjung tinggi pendidikan anak-anak. Ulangan 6:4-9 adalah contoh perintah langsung dari Tuhan tentang pentingnya pendidikan anak.
Setelah zaman kerajaan, perbedaan strata mulai terbentuk meskipun tidak menonjol. Perbedaan antara mereka yang kaya dan miskin menjadi sangat nyata. Berikut strata dalam masyarakat PL secara umum:
Mereka adalah para tua-tua agama dan kepala-kepala rumah tangga. Setelah zaman kerajaan, muncul kelompok yang disebut sebagai para pemuka, yaitu pembantu-pembantu raja dan juga para pahlawan.
Pemilik tanah dan tinggal sebagai penduduk asli di Palestina.
Pendatang dan orang bebas (bukan budak), tetapi tidak memiliki hak penuh sebagai warga negara Palestina.
Tidak memiliki tanah, hidup sebagai tenaga upahan.
Orang-orang asing yang datang untuk berdagang.
Orang Israel yang miskin, juga pendatang asing yang hidup sebagai tawanan perang. Perbudakan adalah cara hidup yang umum pada masa PL.
Keluarga memegang peran penting dalam pendidikan pada masa PL, khususnya oleh mereka yang telah berumur. Sumber bijaksana dan pengetahuan, dipercaya oleh bangsa Israel, didapatkan dari pertambahan umur seseorang. Namun, sejak zaman pembuangan dan masa PB, pendidikan tidak lagi berpusat pada keluarga saja.
Anak-anak Israel pada usia balita dididik oleh ibu mereka. Ketika anak laki-laki cukup besar, ayah akan memperkenalkan mereka pada pekerjaannya sehari-hari, dan sejak itu anak akan terus mendengar didikan ayahnya sambil bekerja. Sementara itu, ibu bertanggung jawab terhadap pendidikan anak perempuannya, untuk menjadikannya istri dan ibu yang baik. Setiap makan malam, orang tua akan menggunakan waktu berkumpul dengan keluarganya dan mengajarkan nilai-nilai luhur ajaran nenek moyang mereka. Jika seorang anak Yahudi mendapat didikan dari orang lain selain ayahnya sendiri, ia juga akan memanggilnya "ayah".
Karena orang-orang Yahudi di pembuangan dan jauh dari Bait Suci, mereka mulai berkumpul di rumah-rumah, membahas Kitab Suci secara teratur, dan melakukan peribadatan. Inilah yang menjadi asal mula sinagoge. Hal yang sama terjadi ketika Bait Suci dihancurkan pada 70 M, umat Yahudi tersebar ke tempat-tempat lain. Sinagoge berperan penting untuk mempertahankan identitas Yahudi di perantauan melalui pembacaan Kitab Suci, doa-doa, dan perayaan hari besar Yahudi.
Perkembangan sinagoge juga amat dipengaruhi oleh perkembangan kaum Farisi pada abad ke-2 sM. Pada waktu itu, orang-orang yang dapat membaca serta menafsirkan Taurat hanyalah kaum Farisi sehingga mereka berperan besar dalam perkumpulan-perkumpulan lokal di kalangan masyarakat Yahudi. Pada zaman PB, sinagoge telah ada di mana-mana, baik di Palestina maupun di luar Palestina. Pada waktu Paulus dan rekan-rekannya pertama kali mengunjungi suatu kota, mereka terlebih dahulu akan mengunjungi sinagoge setempat. Dalam Kis.19:9 juga dituliskan ada sebuah sekolah, yaitu Tiranus, tempat Paulus mengajar. Sekolah Tiranus semacam sekolah teologi pertama masa itu.
Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa tetangga yang tidak mengenal Allah (kafir). Itu sebabnya, Allah berkali-kali harus mengingatkan bangsa Israel untuk tidak mengikuti kebiasaan peribadahan bangsa-bangsa kafir. Namun, telah berulang kali terjadi bangsa Israel tidak taat dan selalu jatuh pada dosa penyembahan berhala/ilah lain.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik penyembahan agama kafir: Mereka memiliki banyak ilah (dewa), karena kebanyakan agama kafir adalah politeisme. Mereka juga menyembah patung-patung, atau gambaran-gambaran yang menyerupai binatang, manusia, atau benda-benda lain sebagai simbol ilah mereka. Bagi mereka, keselamatan adalah usaha manusia untuk melepaskan diri dari kecenderungan berbuat dosa. Mereka percaya memberi persembahan kepada ilah-ilah dapat memberikan kekuatan gaib yang akan menghindarkan mereka dari kecelakaan atau bahaya.
Pada masa Musa, penyembahan kepada Allah tidak lagi dilakukan di tanah terbuka, tetapi di kemah pertemuan Bait Suci (Kel. 27:1-3), dan Musa bertindak sebagai imam, menjadi perantara antara Allah dan umat Israel. Pada masa imam-imam, bangsa Israel telah memiliki kelompok imam yang dipilih dari keturunan keluarga Harun, suku Lewi, yang bertugas mengatur tata ibadah kepada Allah. Kitab Imamat mencatat berbagai macam peraturan tata ibadah bagi bangsa Israel.
Daud adalah penulis dari sebagian besar kitab Mazmur, sementara Salomo dianggap sebagai pendiri "gerakan hikmat" pada masa Israel kuno. Kedua raja ini dan para penerusnya di Yerusalem telah membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan agamawi dan kebudayaan rakyat mereka. Beberapa ahli berpendapat bahwa mazmur lebih fundamental di dalam ibadah Israel, dan ditemukan juga catatan detail tentang aktivitas agamawi di Bait Allah Yerusalem pada periode sebelum pembuangan ke Babel. Sebagian besar mazmur bisa dimengerti bukan hanya sebagai lagu pujian, tetapi juga sebagai liturgi yang lebih komprehensif.
Ketika akhirnya bangsa Israel menjadi tawanan bangsa-bangsa lain, barulah bangsa Israel menyadari betapa pentingnya kembali beribadah kepada Tuhan dan memelihara Taurat-Nya. Karena itu, melalui Ezra, Bapak Yudaisme, Allah membangkitkan kembali kesukaan beribadah dan memelihara Firman Tuhan. Namun, karena mereka tidak dapat lagi beribadah di Yerusalem (terutama saat Bait Allah telah hancur), maka didirikanlah tempat ibadah sinagoge di tanah pembuangan (Babel). Di sinilah, akhirnya agama Yudaisme lahir dan berkembang sampai masa PB.
Pada masa pasca-Pembuangan, institusi Bait Suci dikembangkan kembali dan menjadi pusat keagamaan orang-orang Yahudi. Akan tetapi, peran sinagoge-sinagoge tetap dipertahankan sebagai tempat persekutuan orang-orang Yahudi di perantauan. Karena itulah, orang-orang Yahudi di luar Palestina biasa mengumpulkan persembahan tahunan untuk mendukung peribadahan di Bait Suci, terlebih bagi mereka yang tidak lagi datang ke Bait Suci untuk mengikuti ritual tahunan.
"Tuhan Yesus, kami mengucap syukur dengan memahami budaya PL ini, kami juga mengerti bahwa Engkau yang berdaulat di atas segalanya. Budaya pun di bawah kendali-Mu. Biarlah kami tetap memuliakan Nama-Mu. Amin."
Nama Kelas | : | Pembimbing Perjanjian Lama |
Nama Pelajaran | : | Pentingnya Perjanjian Lama |
Kode Pelajaran | : | PPL-P01 |
Ada beberapa orang Kristen yang menganggap Perjanjian Lama (PL) tidak penting untuk dipelajari karena sudah ada Perjanjian Baru (PB). Anggapan ini sangat salah karena PL dan PB merupakan satu buku yang tidak dapat dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, mari kita membahas hal ini dengan lebih mendalam supaya kita mengerti pentingnya PL dalam keseluruhan isi Alkitab.
Jawabannya adalah sangat penting! PL merupakan dasar utama untuk memahami PB. Tanpa PL, kita tidak memiliki dasar melihat PB dengan benar. Minimal ada 4 alasan mengapa penting mempelajari PL:
Dalam PL, Allah memakai umat-Nya, bangsa Israel, untuk menjadi sarana menyampaikan penyataan-penyataan rencana-Nya kepada manusia (Yes. 49:6). Melalui sejarah bangsa ini, Allah sebenarnya sedang memberitahukan kepada manusia tentang Diri-Nya; siapakah Dia dan apakah rencana-Nya bagi umat manusia. Dengan mempelajari PL, kita akan melihat bagaimana Allah secara progresif menyatakan Diri-Nya untuk dikenal manusia. PB merupakan kelanjutan akan apa yang sudah Tuhan lakukan pada PL.
PL menjadi bukti penting akan kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta yang diciptakan-Nya, termasuk di dalamnya manusia. Dialah yang mengawasi sejarah dan yang akan menyelesaikan rencana-Nya tepat pada waktu yang sudah ditetapkan-Nya (Flp. 1:6). Di sini, sekaligus PL juga menjadi bukti penyataan progresif akan kesetiaan Allah (Yes. 25:1). Allah turut bekerja dalam sejarah, termasuk ketika Israel tidak taat. Dari PL sampai PB, kita melihat secara konsisten Allah menyatakan kesetiaan janji-Nya (Rm. 3:3).
Bagaimana kita tahu dan yakin bahwa kitab-kitab PL adalah firman Allah yang berotoritas? Berikut ini adalah beberapa buktinya:
- Yesus mengakui otoritas PL.
Yesus selalu mengutip PL untuk menunjukkan dasar otoritas dari pengajaran-Nya. Hal ini cukup menjadi bukti bahwa PL memiliki otoritas sebagai firman Allah.
- Para Rasul mengakui otoritas PL.
Di antara para rasul, Paulus adalah yang paling jelas memberikan pengakuan secara penuh akan otoritas PL. Dalam 2Tim. 3:16, "tulisan" yang dimaksud pada waktu itu adalah tulisan dari kitab-kitab PL.
- Para penulis Alkitab mengakui otoritas PL.
Mereka melihat PL bukan sebagai rangkaian sejarah dan peraturan yang mati, tetapi merupakan kisah yang hidup tentang karya Allah yang menyelamatkan manusia (Yak. 1:22-23; Ibr. 4:12).
- Bapa-bapa gereja mengakui otoritas PL.
Secara aklamasi, Bapa-bapa gereja menerima pengakuan akan otoritas PL melalui kanonisasi Alkitab. Masing-masing Kitab PL menunjukkan sifat yang tidak dapat dipisahkan dari pengilhaman ilahi.
- Allah-lah yang memberi inspirasi kepada para penulis PL.
Sekalipun para penulis PL hidup pada zaman dan latar belakang yang berbeda, tetapi berita yang mereka sampaikan menunjukkan satu benang merah berita yang menunjuk pada karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus.
- Kitab-kitab PL telah dipakai sebagai standar sejak awal gereja.
Kitab-kitab PL telah menjadi standar kebenaran dan memberikan manfaat yang sanggup mengubah kehidupan manusia karena Allah ada di balik penulisan itu.
Kitab-kitab PL merujuk pada nubuat-nubuat yang akhirnya digenapi pada masa PB (Mat. 9:31; Luk. 24:44; Rm. 10:4). Sebab itu, PL harus dipelajari sebagai sumber dan landasan untuk mengerti penggenapan rencana agung Allah dalam PB. Mempelajari tipologi dalam PL menolong kita memahami kitab-kitab PB untuk melihat kebenaran Alkitab secara utuh.
Salah satu alasan mengapa orang Kristen masa kini kesulitan mempelajari PL adalah karena PL jarang dibaca dan digali. Mengapa? Karena banyak pembaca mengalami hambatan untuk mengerti maksud berita dalam PL, di antaranya:
Kitab PL ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Ibrani dan bahasa Aram. Kata/frasa bahasa Aram sering muncul dalam PL, dan ada bagian-bagian yang seluruhnya ditulis dalam bahasa Aram (Dan. 2-7; Ezr. 4-7; Yer. 10:11). Bahasa Ibrani PL tergolong sebagai bahasa Semit Barat Laut yang jauh berbeda dengan sistem penulisan suku kata dari bangsa Asyur dan Babel. Pada awalnya, huruf-huruf Ibrani hanya berupa huruf-huruf mati tanpa vokal. Pada tahun 500 M, kaum Masora/Massoreth menambahkan huruf-huruf vokal dalam Alkitab Ibrani. Kaum Masora adalah kelompok kaum cendekiawan Yahudi yang berhasil menetapkan pengucapan baku bahasa Ibrani dalam Alkitab.
Bangsa Israel memiliki budaya yang berkaitan erat dengan leluhur mereka dan tanah Kanaan yang mereka diami. Penduduk asli negeri Kanaan adalah para penyembah berhala dan mempraktikkan poligami. Bangsa Israel ikut terbawa melakukan poligami, sering berpaling dari Allah, dan menyembah dewa-dewi penduduk Kanaan. Israel juga mengenal sistem strata sosial dalam kemasyarakatan meskipun tidak seperti sistem kasta. Terdapat perbedaan kelompok orang kaya, orang-orang miskin, budak, imam-imam, raja, pegawai istana, dan orang-orang non-Yahudi yang masuk menjadi orang Yahudi (kaum Proselit).
Untuk belajar kitab-kitab PL, dibutuhkan ketekunan untuk menelaah konteks dan isi kitab-kitab PL sehingga dapat melihat secara menyeluruh kesinambungan relasi PL dan PB secara komprehensif.
Sering kita memiliki praduga yang salah tentang PL sehingga kita cenderung hanya memilih berita-berita yang kita sukai dan mengerti, lalu mengabaikan berita PL lain yang sulit dimengerti. Oleh sebab itu, kita perlu melihat keseluruhan teks dan konteks kitab yang sedang kita pelajari sehingga memperoleh pengetahuan yang benar tentang makna berita PL.
Berita PL dan PB berpusat kepada Yesus Kristus sebagai Mesias. Dalam pelajaran ini, kita akan melihat hubungan antara PL dan PB untuk dapat mengerti dan memahami sistematika keutuhan kebenaran berita Alkitab.
Kita melihat ada perbedaan dalam hal jangkauan dan keluasan pembahasan antara PL dan PB. Namun demikian, hal-hal tersebut tidak saling bertentangan. Misalnya:
- PL bercerita tentang hubungan Allah dengan bangsa Israel, tetapi PB lebih banyak bercerita tentang hubungan Allah (melalui Yesus dan Para Rasul) dengan jemaat-Nya (gereja-Nya).
- PL menolong kita mengerti sifat-sifat Allah yang suci, adil, dan benar, tetapi PB lebih menekankan pada sifat-sifat Allah yang kasih, sabar, dan pemurah.
- PL memberikan panggilan keselamatan dari satu orang (Abraham) kepada satu bangsa (Israel). Namun, PB memberikan panggilan keselamatan dari satu bangsa (Israel) kepada bangsa-bangsa lain.
Persamaan antara PL dan PB bukan berarti menyejajarkan kedudukan dan nilainya, tetapi untuk menunjukkan bahwa tidak ada pertentangan antara PL dan PB, sebaliknya justru saling menguatkan, misalnya:
- PL percaya kepada Allah sebagai Pencipta alam semesta dan isinya, demikian juga PB.
- PL menceritakan tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa, PB menegaskan bahwa dosa telah menguasai manusia.
- PL mencatat bagaimana Allah menyatakan Diri-Nya dan kehendak-Nya; PB secara konsisten melihat penyataan Diri Allah itu secara lebih luas dan lengkap.
- PL melihat bayang-bayang janji keselamatan, PB melihat fakta janji keselamatan digenapi.
- PL membicarakan nubuat Mesias yang akan datang, sedangkan PB menggenapkan nubuat datangnya Mesias dalam Yesus Kristus.
PL dan PB adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika berdiri sendiri, PL dan PB seperti satu bagian cerita yang belum selesai atau tidak memiliki kesimpulan (konklusi). PL adalah sepenuhnya firman Allah yang berisi penyataan Allah tentang Diri-Nya dan rencana-Nya dan yang secara progresif terus-menerus dibukakan menjadi lebih dalam dan lebih jelas sampai pada puncaknya, yaitu ketika Ia dalam PB menyatakan Diri-Nya dalam Yesus Kristus. PB jelas tidak lengkap tanpa PL. Ketergantungan PB pada PL ditunjukkan sejak dari halaman pertama kitab PB, yaitu Mat. 1:1 "Kitab silsilah Yesus Kristus ...." Seluruh urutan dan nama-nama dalam silsilah Tuhan Yesus tersebut hanya dapat dipahami kalau kita terlebih dahulu mempelajari PL.
PL dipenuhi dengan banyak simbol, gambaran-gambaran, dan nubuat-nubuat yang maksudnya tidak dapat dimengerti secara langsung. Banyak simbol, gambaran-gambaran, nubuat-nubuat, hukum-hukum, dan upacara-upacara yang ditujukan sebagai janji dan menjadi bayang-bayang akan apa yang Allah lakukan dan genapi pada masa PB (Ibr. 10:1).
Seluruh inti pemberitaan Alkitab (PL dan PB) bersifat Kristosentris. Seluruh rangkaian peristiwa PL, juga termasuk pengajaran-pengajaran hukum dan nubuat-nubuat yang disampaikan oleh para nabi PL, semuanya (baik secara langsung maupun tidak langsung) menunjuk pada gambaran akan kedatangan, hidup, dan misi Kristus di dunia ini, yaitu melaksanakan rencana keselamatan Allah kepada umat manusia. Bukti-bukti Alkitab:
Ketika berjalan dengan dua murid di jalan Emaus, Lukas mencatat bahwa ".... Yesus menjelaskan segala sesuatu yang tertulis dalam seluruh Kitab Suci tentang diri-Nya, mulai dari Kitab Musa sampai seluruh kitab para nabi."
Dalam Mat. 5:17, Yesus berkata, "Jangan berpikir bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya."
Luk. 24:44-47 menjadi bukti nyata bahwa Yesus adalah penggenapan dari nubuat-nubuat PL. Tema-tema teologis dalam PL merupakan sebuah kerangka dasar yang dikembangkan dalam PB. Mesias yang dinubuatkan dan dijanjikan dalam PL telah digenapi dalam sosok Tuhan Yesus Kristus. Selain itu, secara jelas Tuhan Yesus menggunakan kitab-kitab PL saat berkhotbah dan sering kali Tuhan Yesus mengutip perkataan nabi-nabi PL.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, kita memperoleh pelajaran yang sangat berharga bahwa PL dan PB dalam Alkitab adalah sama-sama penting dan berotoritas. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena harus dimengerti sebagai permulaan dan kelanjutan dari penyataan Allah akan Diri-Nya dan rencana-Nya yang agung untuk menyelamatkan umat manusia.
"Tuhan Yesus, aku berterima kasih karena melalui pelajaran pertama ini, aku mengerti bahwa PL adalah bagian dari sejarah penyataan yang sangat penting untuk aku pelajari serta pahami dengan baik. Kiranya Roh Kudus menolongku untuk memiliki ketajaman pikiran saat mempelajari PL. Amin!"
Nama Kelas | : | Pembimbing Perjanjian Lama |
Nama Pelajaran | : | Kanon Alkitab Perjanjian Lama |
Kode Pelajaran | : | PPL-P02 |
Sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang latar belakang PL, mari terlebih dahulu mempelajari tentang Kanon PL. Apa yang dimaksud dengan Kanon Alkitab? Kenapa harus ada Kanon Alkitab, khususnya Kanon kitab-kitab PL?
Marilah kita pelajari lebih dahulu pengertian kata "Kanon".
"Kanon" berasal dari kata Yunani kanon, artinya 'buluh'. Dalam bahasa Ibrani, juga terdapat kata qaneh yang artinya 'gelagah' atau 'batang' papirus, sejenis tanaman tegak lurus seperti serai atau tebu manis. Pemakaian buluh dalam kehidupan sehari-hari zaman itu adalah untuk mengukur. Jadi, secara harfiah "kanon" diartikan sebagai batang tongkat pengukur atau penggaris (Yeh. 40:3; 42:16 = tongkat pengukur).
Arti kata "kanon" secara figuratif adalah peraturan atau standar norma (kaidah) dalam hal etika/moral, sastra, dan sebagainya.
Dalam sejarah gereja abad pertama, kata "kanon" dipakai untuk menunjuk pada peraturan atau pengakuan iman (kredo). Namun, pada pertengahan abad keempat (dimulai oleh Athanasius), kata ini lebih sering dipakai untuk menunjuk pada Alkitab, yaitu kumpulan kitab-kitab (66 kitab) yang diterima oleh gereja sebagai kitab kanonik yang diakui diinspirasikan oleh Allah, diterima sebagai firman Tuhan yang tertulis, dan berotoritas penuh (Gal. 6:16) atas iman dan kehidupan orang percaya.
Kitab-kitab PL semuanya ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali kitab Daniel 2:4-7:28 dan sebagian kitab Ezra yang ditulis dengan menggunakan bahasa Aram. Sekitar tahun 1200 - 1000 sM, kisah-kisah tersebut dituliskan. Sekitar tahun 600 sM, kitab Ulangan dijadikan norma pelaksanaan keagamaan, sejak pembaruan yang dilakukan oleh Raja Yosia (2 Raj. 22-23). Sekitar tahun 400 sM, Taurat diterima sebagai tulisan suci. Kitab Nabi-nabi diterima sebagai tulisan suci antara tahun 400 sampai 200 sM, sedangkan kitab-kitab lainnya seperti puisi, pengajaran, nubuat, dan sejarah diterima sebagai tulisan suci menjelang zaman PB.
Kitab-kitab (yang saat itu masih berupa gulungan-gulungan) disimpan bersama-sama dengan Tabut Perjanjian dalam Kemah Tabernakel Musa dan kemudian dibawa ke Bait Allah. Para imam memelihara kitab-kitab itu dan mereka juga yang membuat salinan-salinannya saat dibutuhkan. Para imam mengkhususkan diri saat menyalin kitab satu per satu dengan tulisan tangan. Salinan teks inilah yang disebut dengan teks Massoreth. Para massorah membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan proses penyalinan kitab-kitab PL, yang semuanya disalin dalam abjad Ibrani (Ul. 17:18; 31:9; 24:26; 1Sam. 10:25; 2Raj. 22:8; 2Taw. 34:14).
Pada waktu bangsa Yahudi dibuang ke tanah Babel, dan Yerusalem dihancurkan oleh pasukan Babilonia pada tahun 587 sM, kitab-kitab itu dibawa bersama-sama ke tanah pembuangan (Dan. 9:2). Setelah pembangunan kembali Bait Allah, kitab-kitab itu tetap dipelihara dan dipindahkan ke tempat yang baru. (Ezr. 7:6; Neh. 8:1; Yer. 27:21-22). Penyusunan seluruh kitab PL selesai pada tahun 430 sM. Menurut tradisi, diakui bahwa Ezralah yang memainkan peranan penting dalam proses pengumpulan dan penyusunan kitab-kitab PL ini.
Pada tahun 90 M, guru-guru agama Yahudi di bawah pimpinan Johannan ben Zakkai mengadakan persidangan di Jamnia (Jabneh). Mereka meninjau, menimbang tulisan-tulisan itu, dan membakukan daftar kitab-kitab sebagai kanon kitab PL. Mereka memutuskan untuk menerima 39 kitab sebagai Kanon PL, serta menolak buku-buku tambahan yang dimuat dalam Septuaginta (LXX). Jadi, penetapan itu sebenarnya adalah pengakuan akan kitab-kitab yang memang sudah lama dipakai dalam ibadah orang Yahudi.
Kitab-kitab PL pada umumnya langsung diterima sebagai kitab yang berotoritas dalam ibadah Yahudi. Namun demikian, bukan berarti tidak ada proses sampai akhirnya kitab-kitab itu dikanonkan. Paling tidak ada 4 tahap yang dikenal dalam proses pembentukan kanon kitab PL:
Israel mulai mengenal konsep kanon ketika mereka menerima hukum Taurat dengan perantaraan Musa di Gunung Sinai. Allah memberikan firman-Nya, Israel berikrar untuk menaatinya dan Musa mencatatnya dalam bentuk tulisan (Kel. 24:3-4). Perintah-perintah itu disampaikan kepada Musa sebagai perkataan (ucapan) suci Tuhan yang memiliki otoritas penuh. Umat Tuhan yang menerima perintah-perintah itu wajib tunduk kepada wewenangnya, bahkan generasi-generasi berikutnya juga tunduk pada otoritas Perkataan Tuhan yang suci itu.
Agar Perintah atau Perkataan Tuhan yang suci itu menjadi warisan untuk generasi-generasi berikutnya, Musa secara teliti menjabarkannya (memberikan tambahan penjelasan) dalam bentuk tulisan (Kel. 24:3), lalu umat Lewi diperintahkan untuk menyimpan tulisan atau dokumen itu di samping Tabut Perjanjian Allah (Ul. 31:24-26). Demikian juga dengan perkataan-perkataan Suci Tuhan yang lainnya yang Tuhan Allah sampaikan sepanjang sejarah bangsa Israel melalui nabi-nabi-Nya (Ul. 31:19; Yes. 30:2; Hos. 2:2). Tulisan-tulisan suci itu menjadi dokumen-dokumen yang sangat berotoritas karena bangsa Israel telah diikat dalam perjanjian itu dengan Allah sebagai bangsa umat pilihan-Nya.
Otoritas yang mengikat dari kitab itu ditegaskan kembali kepada Yosua (Yos. 1:8). Penemuan kembali kitab Taurat pada tahun ke-18 pemerintahan Yosia (621 sM) merupakan peristiwa penting dalam perkembangan kanon PL (2Raj. 22). Yosia mengakui otoritas gulungan naskah yang ditemukan dan memahami hukum Allah yang tertulis sebagai perintah suci yang harus ditaati (2Raj. 23:3).
Menurut tradisi, selama ratusan tahun, tulisan atau dokumen-dokumen yang berotoritas itu dikumpulkan sebagai kitab-kitab Ibrani, yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
Kelima kitab pertama dalam kanon PL disebut kitab Taurat (disebut juga kitab Musa/kitab Hukum), yang terdiri dari kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Kemungkinan besar kitab-kitab Taurat terkumpul dan tersusun pada zaman Daud memerintah bangsa Israel sebagai raja (sekitar tahun 1000 sM). Diperkirakan, beberapa bagian kecil dari kitab Taurat diperbaiki dan berlangsung selama berabad-abad hingga zaman Ezra (kira-kira tahun 400 sM). Kitab-kitab Taurat merupakan bagian terpenting dalam kanon Yahudi.
Kitab nabi-nabi terdahulu menceritakan sejarah Israel mulai dari pendudukan Kanaan sampai pembuangan ke Babel (tahun 1250 - 550 sM). Kitab nabi-nabi terdahulu ini terdiri dari kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja. Kitab nabi-nabi kemudian merupakan kitab para pemberita firman Allah, ditulis oleh para nabi sebelum masa pembuangan, seperti kitab Amos, Hosea, Mikha, Yesaya, Zefanya, Yeremia, Nahum, dan Habakuk.
Kitab-kitab ini terdiri dari kitab Mazmur, Ayub, Amsal, Kidung Agung, Ratapan, Daniel, Ezra, Nehemia, Tawarikh, dan Ester. Sebagian besar kitab-kitab PL ini ditulis atau dikumpulkan selama dan sesudah masa pembuangan (setelah 550 sM) meskipun beberapa, khususnya kitab Mazmur dan Amsal, berasal dari zaman kerajaan (1000 - 587 sM). Hampir dapat pastikan, kumpulan itu disatukan sebelum tahun 150 sM, meskipun bukti tentang penggunaan kitab Ester sangat sedikit.
Sebagian besar tulisan-tulisan suci yang berotoritas telah ditulis dan dikumpulkan sesudah masa pembuangan, yaitu kira-kira tahun 550 sM (sebelum Masehi). Namun, pengesahan pengelompokan "Kanon Ibrani" itu dikenal baru sesudah tahun 150 sM. Kemungkinan besar penetapan kanon inilah yang juga dikenal oleh masyarakat Yahudi pada zaman Yesus (Luk. 24:44). Suatu Konsili di Jamnia pada tahun 90 M, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh utama agama Yahudi (rabi), melalui suatu konsensus bersama, akhirnya memberikan penetapan terhadap Kanon PL yang terdiri dari 39 kitab (sama seperti Alkitab agama Kristen yang kita miliki sekarang).
Istilah penerimaan Kanon PL lebih disukai daripada penetapan Kanon PL karena memang pada dasarnya manusia/gereja hanya menerima kitab-kitab PL tersebut sebagai tulisan-tulisan yang berotoritas. Adapun dasar penerimaan "Kanon PL" adalah sebagai berikut:
Alkitab memberikan kesaksian bahwa perkataan-perkataan yang ditulis bukan berasal dari manusia, seperti dikatakan: "Beginilah firman Tuhan ..." atau "Tuhan berkata ..."
Pada umumnya, penulis-penulis kitab PL adalah mereka yang ditunjuk oleh Allah dan menduduki jabatan seperti imam, nabi, hakim, dan raja.
Perkataan ilahi yang dituliskan mempunyai kuasa untuk memberikan pengajaran kebenaran yang mengubah hidup manusia.
Ada dua kanon PL yang penting, yakni "Kanon Ibrani" dan "Kanon Yunani". Isinya sebenarnya sama, hanya susunan kitab-kitabnya yang berbeda.
Kanon Ibrani ialah daftar kitab yang berlaku untuk Alkitab dalam bahasa Ibrani. Kanon Ibrani itu terdiri dari 24 kitab, yang dibagi atas tiga kelompok, yaitu:
Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan.
- Nabi yang dahulu: Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja.
- Nabi yang kemudian: Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan 12 nabi.
Mazmur, Amsal, Ayub, Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah, Ester, Daniel, Ezra-Nehemia, dan Tawarikh.
Kanon Yunani dibagi menjadi 39 kitab yang dikenal oleh orang Kristen hingga saat ini karena diikuti oleh Alkitab dalam bahasa Latin, Inggris, Indonesia, dan hampir semua terjemahan Alkitab.
Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan.
- Sejarah yang pertama: Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-raja, 2 Raja-raja.
- Sejarah yang kedua: 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester.
Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, dan Kidung Agung.
- Kitab nabi besar: Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, dan Daniel.
- Kitab nabi kecil: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi.
Kitab-kitab PL yang disebut di atas adalah kitab-kitab yang diterima oleh gereja-gereja Protestan (Reformasi). Ada juga beberapa tulisan yang diterima oleh gereja Katolik Romawi dan termuat dalam Alkitab terbitan Katolik dan beberapa Alkitab terbitan ekumenis, yaitu:
- Riwayat Tobit dan Riwayat Yudit
- Kitab I dan II Makabe
- Kebijaksanaan Salomo
- Hikmat Yesus bin Sirakh
- Kitab Barukh serta Surat Yeremia
- Tambahan-tambahan pada Kitab Ester dan Daniel
Tulisan-tulisan ini dinamakan "Apokrifa" ('tersembunyi') atau "Deuterokanonika" ('kanon yang kedua'). Agama Yahudi dan gereja-gereja Protestan tidak mengakui tulisan-tulisan ini sebagai firman Allah, sedangkan gereja Katolik Romawi menerimanya sebagai bagian dari Septuaginta.
"Firman-Mu adalah harta yang paling berharga bagi jiwaku. Sungguh indah aku boleh melihat bagaimana firman-Mu itu Engkau turunkan kepada manusia. Sekali lagi, aku boleh menyaksikan kesetiaan dan kasih-Mu kepada manusia yang berdosa ini. Kiranya firman-Mu menuntunku untuk hidup lebih dekat kepada-Mu. Amin!"
Nama Kelas | : | Pembimbing Perjanjian Lama |
Nama Pelajaran | : | Latar Belakang Sejarah Perjanjian Lama |
Kode Pelajaran | : | PPL-P03 |
Alkitab menerangkan bahwa Allah bekerja dengan mengendalikan sejarah manusia sesuai dengan rencana-Nya. Namun, Alkitab bukanlah buku akademis yang menjelaskan jalannya sejarah secara terperinci dan urut. Alkitab hanya memusatkan perhatian pada persoalan yang penting dari segi teologis sehingga beberapa hal tidak disebutkan sama sekali dan hal-hal lain diuraikan dengan terperinci. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah hal-hal penting yang perlu diketahui dalam mempelajari sejarah PL.
Sejarah PL bukanlah dongeng atau cerita-cerita usang dari suatu bangsa yang berupa rekaan manusia. Sejarah PL adalah kisah nyata dari sebuah bangsa yang betul-betul ada di dunia, yang telah dipilih Allah untuk menjadi saluran kasih-Nya. Setiap kejadian yang ada dalam sejarah PL merupakan sebuah mata rantai sejarah Keselamatan Allah yang panjang yang saling menyambung karena kisah yang ada dalam PL tersebut, satu dengan yang lain memiliki hubungan atau kaitan yang sangat erat, baik hubungan sebagai kelanjutan cerita maupun hubungan akan penggenapan atas nubuat yang telah diberikan sebelumnya.
Alkitab PL bukan sekadar cerita kronologis bangsa Israel dari permulaan pemilihan sampai zaman Yesus Kristus, tetapi adalah sejarah pekerjaan Allah yang terus-menerus dinyatakan dalam kehidupan orang-orang Israel agar mereka mengerti tujuan pekerjaan dan rencana karya Allah untuk keselamatan mereka serta menjadikan mereka rekan sekerja Allah.
Dari peristiwa-peristiwa yang disusun secara kronologis, terlihatlah satu benang merah dalam seluruh sejarah umat manusia, yaitu Sejarah Keselamatan yang Allah anugerahkan kepada manusia. Manusia yang telah jatuh dalam dosa dan terputus hubungan dengan Allah diberikan pengharapan baru sehingga pada setiap generasi, sejarah mencatat, Allah selalu mengulangi panggilan-Nya agar manusia berbalik dan menerima keselamatan yang dari Tuhan.
Dari tiga hal di atas, jelaslah bahwa untuk mempelajari sejarah PL kita harus melihat keseluruhan beritanya dalam konteks yang tepat. Sejarah PL bukan berisi perintah-perintah yang harus kita ikuti atau cerita yang bisa kita pelajari dan mengerti secara terpisah-pisah karena masing-masing peristiwa memiliki latar belakang historis yang menuju ke satu berita utama, yaitu berita Keselamatan dalam Yesus Kristus. Kristuslah yang menjadi pusat sejarah PL.
Penentuan waktu kronologis sejarah PL tidak begitu mudah untuk dipastikan karena Alkitab sendiri tidak ditulis untuk maksud sebagai catatan kronologis yang urut dan lengkap. Tujuan Alkitab mencatat peristiwa-peristiwa penting adalah untuk memberikan gambaran sehubungan dengan bagaimana Allah bertindak terhadap manusia pada tempat dan waktu saat itu. Salah satu cara menentukan waktu kejadian penciptaan Adam adalah dengan teori Ussher, yaitu dengan menghitung mundur genealogi (silsilah) dan data-data kronologis lain yang terdapat dalam PL.
Berikut ini adalah garis besar pembagian sejarah Perjanjian Lama secara kronologis:
Zaman ini oleh beberapa sarjana ditempatkan dalam ruang waktu antara 5000 - 4000 sM walaupun ada banyak pandangan yang berbeda-beda tentang penetapan waktu ini. Dalam zaman ini, dicatat dua peristiwa besar:
Tahun ini ditentukan dengan memperhatikan kesamaan antara air bah dalam Alkitab dengan sebuah kisah air bah yang berasal dari Babel.
Kejadian ini tidak lama sesudah air bah (di mana semua manusia masih tinggal di satu daerah).
Kisah pengembaraan Abraham dalam Kejadian pasal 12 - 50 cocok sekali dengan lingkungan kebudayaan periode tahun 2000 - 1600 sM. Cara hidup orang-orang zaman itu adalah mengembara (nomad). Tanah Palestina saat itu masih jarang penduduknya sehingga pengembaraan masih dapat dilakukan dengan bebas di daerah-daerah yang subur, bahkan dari daerah Mesopotamia (tempat asal Abraham) ke Palestina.
Ada dua periode besar pada zaman ini yang berjalan kira-kira 430 tahun (Kel. 12:40-41). Pertama adalah masa Abraham dipanggil Tuhan sampai Yakub masuk ke Mesir (Kej. 12:4; 2:15; 25:26; 47:9). Kedua, adalah masa bangsa Israel di Mesir sampai keluar dari Mesir. Tahun 1290 sM adalah perkiraan tahun keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Saat itu, diperkirakan umur Musa adalah 80 tahun.
Zaman ini adalah masa sesudah kematian Yosua. Dalam periode ini, ada 13 hakim* yang ditunjuk Tuhan untuk memimpin bangsa Israel dan hidup di Tanah Perjanjian.
*) Daftar Hakim-hakim lihat di bahan Referensi.
Masa Hakim-hakim ini dianggap sebagai masa gelap bangsa Israel, diungkapkan sebagai masa, "... setiap orang melakukan apa yang benar dalam pandangannya sendiri." (Hak. 17:6). Pada masa ini, sepertinya Tuhan tidak bekerja, baik melalui mukjizat maupun tanda-tanda lain yang menyertai. Kehidupan bangsa Israel sangat mundur bukan hanya secara rohani. tetapi juga dalam hal keamanan dan kesejahteraan jasmani. Mereka sering dikalahkan, dirampok, dan diperlakukan sangat buruk oleh bangsa-bagsa lain yang lebih kuat. Kunci dari masalah ini adalah karena dosa-dosa yang diperbuat oleh bangsa Israel, sehingga Tuhan meninggalkan mereka.
Dalam rangkaian sejarah bangsa Israel, periode zaman ini dapat dikatakan sebagai zaman yang paling gemilang dan makmur. Israel menjadi bangsa yang memiliki derajat tinggi di antara bangsa-bangsa di sekitarnya. Hal ini ditandai dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam berbagai bidang (ilmu pengetahuan, kesusastraan, pembangunan, dll.).
Akan tetapi, pada pihak lain, sistem pemerintahan "Teokrasi", yaitu kepemimpinan yang dipegang langsung oleh Tuhan, mulai ditinggalkan oleh bangsa Israel. Tuhan mengizinkan mereka memiliki raja sendiri untuk memerintah karena kedegilan hati bangsa ini. Namun, Tuhan memberikan peringatan yang jelas (1Sam. 8) bahwa mereka akan menyesal pada kemudian hari.
Kejayaan kerajaan Israel berakhir setelah pemerintahan Raja Salomo, sebab kemudian kerajaan ini pecah dan runtuh sedikit demi sedikit dan akhirnya hancur karena praktik penyembahan kepada patung-patung berhala yang menjadi kekejian di mata Tuhan. Namun, karena janji dan kesetiaan Tuhan pada bangsa ini, tak henti-hentinya Tuhan berbicara dengan mengirimkan utusan-utusan-Nya. Pada zaman ini, beberapa nabi dibangkitkan Tuhan untuk menyampaikan firman-Nya kepada raja dan rakyat dari kedua kerajaan yang pecah ini.
Periode pertama zaman ini adalah masa yang sulit bagi bangsa Israel. Mereka berkali-kali jatuh ke tangan bangsa lain, dijajah, dan ditindas, bahkan mereka dibuang ke tanah asing untuk menjadi bangsa tawanan. Hal ini Tuhan izinkan terjadi karena Tuhan sedang menghukum bangsa Israel atas dosa dan kejahatan mereka dengan harapan supaya mereka mengoreksi diri, lalu berbalik kepada Tuhan. Pada saat yang sama, Tuhan juga mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk berbicara tentang janji kesetiaan Tuhan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan mereka asal mereka mau berbalik dan menaati perintah Tuhan.
Di tanah pembuangan inilah, bangsa Yahudi dan agama Yudaisme lahir. Orang-orang yang Tuhan pakai, seperti Ezra dan Nehemia, berhasil memimpin bangsa ini untuk kembali menegakkan "Monoteisme" dan menghargai firman Tuhan yang diajarkan oleh nenek moyang dari generasi-generasi sebelumnya, termasuk di dalamnya adalah Hukum Taurat, sebagai pusat pengajaran mereka. Periode kedua dari zaman ini adalah kembalinya bangsa Yahudi ke tanah Palestina, yaitu setelah tahun 539 sM, ketika Raja Koresy dari Persia menaklukkan Babel dan bangsa Israel pulang ke tempat asal dan kembali membangun bangsa dan tempat ibadah mereka.
- Rombongan pertama dipimpin oleh seorang yang bernama Sesbazar (Ezr. 1:11; 5:14) 538 sM di mana fondasi Bait Suci diletakkan
- Rombongan kedua dipimpin oleh Hagai dan Zakharia 520 sM berjumlah 42.360 orang (Ezr. 2:64). Bait Suci selesai dibangun.
Pada tahun 458 sM, ada pengutusan yang dilakukan oleh Ezra beserta serombongan besar orang Yahudi (Ezr. 7:1-7) yang kembali dari pembuangan dan tahun 445 sM saat Nehemia datang ke Yerusalem untuk menyelesaikan pembangunan tembok Yerusalem.
Tahun SM Nama Raja Karakter Lama Tahun Nabi
-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
1051 - 1011 Saul Jahat 40 Samuel
1011 Isyboset +** Jahat 2 Natan
1011 - 971 Daud Baik 40,5 Natan
971 - 931 Salomo Campuran 40 Natan; Ahia
931 Rehabeam Campuran 3 hari Ahia
931 - 910 Yerobeam I Jahat 22 Ahia
910 - 909 Nadab +** Jahat 2
909 - 886 Baesa Jahat 24
886 - 885 Ela +** Jahat 2
885 Zimri Jahat 7 hari
885 - 880 Tibni Jahat 4
885 - 874 Omri Jahat 12
874 - 853 Ahab Jahat 22 Elia, Mikha
853 - 852 Ahazia Jahat 2 Elia
852 - 841 Yoram +** Jahat 12 Elisa
841 - 814 Yehu Campuran 28 Elisa
814 - 798 Yoahas Jahat 17 Elisa
798 - 782 Yoas Jahat 16 Elisa
782 - 753 Yerobeam Jahat 41 Yunus, Amos
753 - 752 Zakharia +** Jahat 6 bulan Hosea
752 Salum +** Jahat 1 bulan Hosea
752 - 742 Menahem Jahat 10 Hosea
742 - 740 Pekahya +** Jahat 2 Hosea
752 - 732 Pekah +** Jahat 20 Hosea
732 - 723 Hosea Jahat 9 Hosea
**) + Raja yang mati dibunuh
Pada akhir sejarah PL, kita mengetahui bahwa orang-orang Yahudi yang pulang ke tanah air memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi Hukum Taurat dan tempat ibadah Bait Suci karena mereka berkeyakinan teguh bahwa merekalah umat pilihan Allah. Sampai pada permulaan sejarah PB, kita masih melihat bahwa bangsa dan agama Yahudi terus berkembang dengan subur.
"Tuhan Yesus terima kasih untuk pelajaran hari ini sehingga membuatku mengerti kasih-Mu yang tidak pernah berubah berapa pun lamanya tahun terus berjalan. Bahkan, untuk sekarang, Engkau juga masih tetap sama, kiranya Roh Kudus menolong aku untuk terus menghargai kasih dari-Mu. Amin!"
Nama Kursus | : | Pengantar Perjanjian Lama |
Nama Pelajaran | : | Hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru |
Kode Pelajaran | : | PPL-P06 |
Pelajaran 06 - HUBUNGAN PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU
Daftar Isi
Doa
Hubungan Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru
Kitab Suci gereja Kristen terdiri dari dua perjanjian, yaitu PL dan Perjanjian Baru (selanjutnya akan disingkat PL dan PB). Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan satu Alkitab, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sekalipun PL dan PB memiliki rentang waktu tersendiri, tetapi keduanya berorientasi kepada Yesus Kristus sebagai Mesias yang dinubuatkan dalam PL, telah datang dalam PB. Perjanjian Lama tetap merupakan bagian yang terpenting dari Alkitab Kristen karena kedua perjanjian itu membentuk satu catatan dari wahyu penebusan yang progresif dari Allah kepada umat manusia. Janji dari perjanjian yang terdahulu atau PL telah digenapi, seperti yang dituliskan oleh penulis Surat Ibrani yang disebut dengan perjanjian yang "lebih mulia" (Ibrani 8:6).
Satu pertanyaan penting akan timbul ketika kita mulai mempelajari Alkitab PL secara serius, yaitu apa hubungan PL dengan PB? Memang PL adalah bagian dari Alkitab, yang berotoritas, namun bagaimana menempatkannya dalam keseluruhan kebenaran Firman Tuhan? Apakah PL dan PB mempunyai nilai dan arti yang sama? Hal ini sering kali membingungkan, karena seringkali peranan PL dalam iman dan kehidupan tidak begitu ditekankan dan dipahami oleh gereja. Sebaliknya PB kelihatan lebih sering ditonjolkan karena dianggap maksud-maksud dan pernyataan Allah bagi gereja-Nya lebih nyata diungkapkan di dalam PB.
Meskipun alasan di atas tidak seluruhnya salah, namun sangat tidak tepat kalau kita hanya mendasarkan diri pada pengetahuan PB saja untuk mengerti dan memahami keseluruhan kebenaran Alkitab, karena pengenalan tentang Allah dalam Alkitab dimulai dari PL. Oleh karena itu dalam pelajaran ini kita akan secara khusus melihat hubungan antara PL dan PB, supaya dalam mempelajari Alkitab kita dapat mengerti dan memahami sistematika keutuhan kebenaran berita Alkitab.
Perbedaan Dan Persamaan Antara Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru
Perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Apakah ada perbedaan antara PL dan PB? Ya ada, tetapi ketika kita membicarakan tentang perbedaan PL dan PB, perlu dimengerti bahwa perbedaan di sini bukan berarti adanya pertentangan. Kita melihat ada perbedaan dalam hal jangkauan dan keluasan pembahasan antara PL dan PB, namun demikian hal-hal tersebut tidak saling bertentangan.
Misalnya:
Perjanjian Lama bercerita tentang hubungan Allah dengan bangsa Israel, tetapi PB lebih banyak bercerita tentang hubungan Allah (melalui Yesus dan Para Rasul) dengan jemaat-Nya (gereja-Nya).
Perjanjian Lama menolong kita mengerti sifat-sifat Allah yang suci, adil dan benar, tetapi PB lebih menekankan kepada sifat-sifat Allah yang kasih, sabar dan pemurah.
Perjanjian Lama memberikan panggilan keselamatan dari satu orang (Abraham) kepada satu bangsa (Israel). Tetapi, PB memberikan panggilan keselamatan dari satu bangsa (Israel) kepada bangsa-bangsa lain.
Persamaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Persamaan antara PL dan PB tidak dimaksudkan untuk menyejajarkan kedudukan dan nilai antara PL dan PB, namun persamaan di sini untuk menyatakan bahwa tidak ada pertentangan antara PL dan PB. Sebaliknya kita melihat bahwa PL dan PB adalah dua perjanjian yang kebenarannya saling menguatkan satu dengan yang lain.
Misalnya:
Perjanjian Lama percaya pada Allah sebagai Pencipta alam semesta dan isinya demikian juga PB.
Perjanjian Lama menceritakan tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa, PB menegaskan bahwa dosa telah menguasai manusia.
Perjanjian Lama mencatat bagaimana Allah menyatakan Diri-Nya dan kehendak-Nya dan PB secara konsisten melihat penyataan Diri Allah itu secara lebih luas dan lengkap.
Perjanjian Lama melihat bayang-bayang janji keselamatan, PB melihat fakta janji keselamatan itu dengan jelas.
Perjanjian Lama membicarakan nubuat Mesias yang akan datang sedangkan PB menggenapkan nubuat datangnya Mesias di dalam Yesus Kristus.
Perjanjian Lama adalah Bagian Dari Keseluruhan Kebenaran Alkitab
Untuk mengerti hubungan antara PL dan PB, perlu terlebih dahulu dipahami bahwa PL dan PB adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perjanjian Lama dan PB yang berdiri sendiri adalah seperti satu bagian cerita yang belum selesai atau seperti satu pembahasan yang tidak memiliki kesimpulan (konklusi). Namun, PL adalah sepenuhnya firman Allah yang berisi penyataan Allah tentang Diri-Nya dan rencana-Nya dan yang secara progresif terus menerus dibukakan menjadi lebih dalam dan lebih lengkap sampai kepada puncaknya yaitu ketika Ia menyatakan Diri-Nya dalam Yesus Kristus di PB. Sebab itu, sebagai Penyataan Allah yang progresif, baik PL dan PB adalah Firman Allah dan masing-masing adalah bagian dari Kebenaran Allah. Namun demikian bagian bukanlah keseluruhan. Masing-masing bagian tidak lengkap tanpa bagian yang lain. Perjanjian Baru jelas tidak lengkap tanpa PL. Ketergantungan PB pada PL ditunjukkan bahkan dari pertama halaman kitab PB dimulai, yaitu Matius 1:1 "Inilah silsilah Yesus ...." Seluruh urutan dan nama-nama dalam silsilah Tuhan Yesus tersebut hanya akan dipahami kalau kita terlebih dahulu mempelajari PL.
Perjanjian Lama adalah Bayang-Bayang dari Apa Yang Akan Datang (Perjanjian Baru)
Seperti telah dibahas pada pelajaran sebelumnya bahwa dalam PL, Allah telah menyatakan tentang Diri-Nya dan rencana-Nya kepada manusia melalui sejarah bangsa Israel. Dari bagaimana Allah berhubungan dengan bangsa Israel kita bisa memahami sifat-sifat Allah. Juga dari hal-hal yang Allah nyatakan kita dapat melihat kerinduan dan rencana Allah untuk memanggil bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain untuk kembali kepada-Nya dan bersekutu dengan-Nya. Namun demikian tidak mudah memahami secara penuh PL, baik yang menceritakan sifat-sifat, kerinduan atau rencana Allah, karena PL banyak sekali dipenuhi dengan simbol-simbol, gambaran-gambaran dan nubuat-nubuat yang tidak dapat secara langsung dimengerti maksudnya. Banyak dari simbol-simbol, gambaran-gambaran, nubuat-nubuat, dan hukum-hukum dan upacara-upacara yang ditujukan sebagai janji dan menjadi bayang-bayang untuk hal-hal yang akan Allah lakukan dan genapi di masa PB (Ibrani 10:1). Untuk mengerti hal-hal yang Allah nyatakan dalam PL, kita perlu sekali mendapatkan penerangan dari PB. Tanpa diterangi oleh PB, maka PL akan selamanya menjadi kitab-kitab yang misterius yang tidak akan dipahami beritanya.
Yesus Kristus Adalah Puncak dari Berita Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Sebenarnya, kemana PL ingin memimpin pembacanya? Perjanjian Lama ingin mengarahkan setiap pembacanya kepada Kristus! Kristus adalah puncak berita yang ingin disampaikan oleh Alkitab, karena Ia adalah Pengantara bagi Perjanjian yang baru (Ibrani 9:15). Seluruh inti pemberitaan Alkitab, baik PL maupun PB adalah Yesus Kristus, sehingga dapat dikatakan bahwa Alkitab bersifat Kristosentris. Seluruh rangkaian peristiwa PL, juga termasuk pengajaran-pengajaran hukum dan nubuat-nubuat yang disampaikan oleh para nabi-nabi PL, semuanya itu (baik secara langsung maupun tidak langsung) menunjuk kepada gambaran akan kedatangan, hidup dan misi Kristus di dunia ini, yaitu melaksanakan rencana keselamatan Allah kepada manusia.
Bukti-bukti Alkitab
Yesus adalah pusat dari sejarah Perjanjian Lama
Ketika berjalan dengan dua murid di jalan Emaus, Lukas mencatat bahwa "Ia (Yesus) menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi."
Yesus adalah penggenapan Hukum Taurat
Dalam Matius 5:17 Yesus berkata, "jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."
Yesus adalah penggenapan dari nubuat-nubuat Perjanjian Lama
Tuhan Yesus berkata kepada 10 murid-Nya yang dicatat dalam Lukas 24:44- 47, "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab-kitab Nabi-nabi dan kitab Mazmur. Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem."
Namun, suatu teguran yang sangat ironis karena sekalipun Allah telah menyatakan maksud rencana-Nya dalam Yesus Kristus melalui para nabi dan utusan-utusan-Nya, bangsa Israel tetap saja menolak Yesus dan tidak mau menerima Dia. Seperti yang dikatakan dalam Yohanes 5:39 dan 40, ketika Yesus sedang bercakap-cakap dengan orang-orang Yahudi, Ia berkata: "Kamu menyelidiki kitab-kitab suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu."
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sama-sama memiliki tema perjanjian. Tema-tema teologis dalam PL merupakan sebuah kerangka dasar yang dikembangkan dalam PB. Mesias yang dinubuatkan dan dijanjikan dalam PL, telah digenapi dalam sosok Tuhan Yesus Kristus. Maka, PB adalah menggenapi nubuat dalam PL mengenai sosok Mesias yang dijanjikan. Selain itu, dengan jelas bahwa Tuhan Yesus menggunakan kitab-kitab PL dalam berkhotbah dan sering kali Tuhan Yesus mengutip perkataan nabi Yesaya. Berdasarkan keterangan ini, kita bisa memperoleh pelajaran yang berharga bahwa PL dan PB adalah Alkitab yang sama-sama berotoritas.
Oleh sebab itu, pada pelajaran Pengantar Perjanjian Lama yang terakhir ini, marilah kita menyadari betapa pentingnya menempatkan Kristus sebagai pusat sejarah PL dan PB karena di dalam Kristuslah kita dapat melihat kepenuhan Allah dinyatakan. Biarlah mulai saat ini kita bisa melihat PL dengan terang PB untuk kita dapat menggali kekayaan Firman Tuhan (Alkitab) ini dengan sebaik mungkin. Seperti teladan penulis-penulis PB yang menggunakan PL untuk menjelaskan tentang Yesus dan juga menggunakan Yesus untuk menjelaskan PL.
Pentingnya Mempelajari Perjanjian Lama
Perjanjian Lama adalah serangkaian buku-buku yang ditulis lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Oleh sebab itu, beberapa bahkan banyak orang bertanya apakah PL itu masih perlu dipelajari pada masa sekarang ini. Jika kita membeli baju yang baru, maka baju yang lama akan dibuang. Jika kita memasuki orde baru, maka tatanan yang lama tidak dipakai lagi. Bagaimana dengan PL? Apakah masih relevan? Atau sudah usang?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat dijawab dengan beberapa pokok di bawah ini:
Perjanjian Lama merupakan Alkitab Tuhan Yesus
Yesus mengenal sejarah PL
Yesus mendasarkan pengajaran-Nya pada PL
Yesus menggunakan PL untuk melawan percobaan dari Iblis (Matius 4:1-11)
Yesus menyatakan bahwa nubuat-nubuat dalam PL digenapi dalam diri-Nya (Lukas 4:16-21, Yohanes 15:25)
Perjanjian Lama sering dikutip oleh Perjanjian Baru
Terdapat kurang lebih 2560 kutipan dari PL dalam PB, yaitu kurang lebih 350 kutipan langsung, dan 2300 kutipan tidak langsung serta persamaan bahasa. Dengan kata lain, terdapat rata-rata satu kutipan PL dalam setiap tiga ayat dalam PB. Kitab dalam PL yang paling banyak dikutip dalam PB adalah Kitab Yesaya dan Kitab Mazmur.
Perjanjian Lama merupakan dasar pengertian Perjanjian Baru
Dari segi bahasa (PB ditulis dalam Yunani yang banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa dalam PL)
Dari segi sejarah (sejarah PL dilanjutkan oleh sejarah PB)
Dari segi teologi (tema-tema teologi PL, seperti penciptaan, dosa, hukuman, pertobatan, kurban, keselamatan dan sebagainya menjadi dasar teologi PB)
Allah yang Esa dinyatakan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Allah Israel adalah Allah yang sama dengan Yesus Kristus:
Sifat-Nya sama (Mahakuasa, Mahakudus, Mahapengasih, dll.)
Rencana-Nya sama (menyelamatkan manusia dan penyempurnaan dunia yang diciptakan-Nya)
tuntutan-Nya sama (hidup yang suci, kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia)
Perjanjian Lama mengandung sastra yang indah
Kitab-kitab dalam PL mengandung sastra yang indah, termasuk cerita yang termasyhur, seperti cerita Yusuf, Rut, Daud, Elisa, Yunus, Ester dan sebagainya. Terdapat juga puisi-puisi yang bagus yang terdapat dalam kitab Ayub, Mazmur, Yesaya, dll..
DOA
"Kami bersyukur Tuhan karena Engkau berkenan menyatakan Diri-Mu kepada kami dalam bahasa manusia (Alkitab) sehingga kami sekarang boleh menerimanya sebagai harta rohani yang tak ternilai. Ajarkan kepada kami untuk mau dengan teliti mempelajarinya, merenungkannya dan mengaikasikannya dalam hidup kami. Pimpinlah umat-Mu pada zaman ini untuk mengerti rencana Tuhan melalui Firman-Mu ini, supaya genap apa yang Engkau rencanakan dan biarlah Kerajaan-Mu datang di tengah-tengah kami. Amin."
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]