Pelajaran 05 | Pertanyaan 05 | Referensi 05b | Referensi 05c
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Di Dalam Adam |
Kode Pelajaran | : | DIK-R05a |
Referensi DIK-R05a diambil dari:
Judul Buku | : | Teologi Sistematika; Doktrin Manusia |
Penulis | : | Louis Berkhof |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia |
Tahun | : | 1994 |
Halaman | : | 95-96 |
Dosa manusia yang pertama membawa akibat sebagai berikut:
Segera mengikuti dosa yang pertama, adalah kerusakan total dari natur manusia. Dosa manusia segera merambat pada seluruh manusia dan seluruh naturnya tidak ada yang tidak tersentuh dosa; seluruh tubuh dan jiwanya menjadi dicemari dosa. Kerusakan menusia jelas dikatakan oleh Alkitab, misalnya dalam Kej. 6:5; Mzm. 14:3; Rom. 7:18. Kerusakan total di sini bukanlah berarti manusia telah rusak serusak-rusaknya. Dalam kehendak kerusakan ini menyatakan dirinya sebagai ketidakmampuan spiritual.
Segera terkait dengan kerusakan total adalah hilangnya persekutuan dengan Allah melalui Roh Kudus. Keadaan ini adalah sisi balik dari kerusakan total itu sendiri. Keduanya dapat disatukan dalam suatu pernyataan bahwa manusia telah kehilangan gambar dan rupa Allah yaitu kebenaran yang hakiki. Manusia memutuskan hubungan dari sumber hidup dan berkat, dan hasilnya adalah suatu keadaan kematian rohani. Ef. 2:1,5,12; 4:18.
Perubahan keadaan manusia yang sesungguhnya juga tercermin dalam kesadaran dirinya. Mula-mula ada suatu kesadaran dalam kekotoran, yang kemudian terungkap dalam rasa malu, dan juga terlihat dalam hal bagaimana Adam menutupi ketelanjangannya. Dan kemudian ada kesadaran tentang rasa bersalah yang terlihat dalam rasa takut kepada Allah.
Bukan saja kematian rohani, tetapi kematian jasmani juga disebabkan oleh dosa manusia yang pertama ini. Dari suatu keadaan 'posse non mori' manusia turun menjadi 'non pose non mori'. Setelah berdosa maka manusia harus kembali kepada debu dari mana ia diambil (Kej. 3:19). Paulus mengatakan bahwa oleh karena satu orang maka dosa masuk ke dalam dunia dan terus diturunkan pada semua manusia (Rom. 5:12 dan upah dosa adalah maut (Rom. 6:33).
Perubahan ini juga menghasilkan perubahan tempat tinggal yang penting. Manusia diusir dari Taman Eden sebab taman itu melambangkan persekutuan yang dekat dengan Allah dan juga lambang dari hidup yang penuh dan berkat yang sedemikian besar yang disediakan bagi manusia, jika ia tetap teguh berpegang pada Allah. Ia diusir dari pohon kehidupan karena pohon itu adalah lambang dari hidup yang dijanjikan dalam perjanjian kerja.
Pelajaran 05 | Pertanyaan 05 | Referensi 05a | Referensi 05c
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Di Dalam Adam |
Kode Pelajaran | : | DIK-R05b |
Referensi DIK-R05b diambil dari:
Judul Buku | : | Ikhtisar Dogmatika |
Penulis | : | DR. R. Soedarmo |
Penerbit | : | PT BPK Gunung Mulia |
Tahun | : | 1993 |
Halaman | : | 144-150 |
Garis Besar:
E. Akibat Dosa
F. Menjalarnya Dosa
Tentang hal ini ada pandangan-pandangan yang berbeda-beda antara lain: Bahwa akibat dosa hanya terbatas pada hukuman kepada Adam dan Hawa. Bagi manusia lainnya, dosa tidak berpengaruh sedikitpun. Tiap-tiap manusia dilahirkan sebagai manusia yang sempurna.
Akan tetapi kita dapat mengatakan bahwa akibat dosa meliputi segala manusia.
Apakah akibat ini? Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dosa itu merobah arah di dalam hidup manusia. Manusia dijadikan oleh Tuhan agar menjuruskan kecakapannya kepada kemuliaan Tuhan. Dosa membelokkan jurusan ini kepada diri manusia sendiri. Manusia tidak berobah menjadi binatang, tetap menjadi manusia, hanya berlainan dari maksud yang asli. Manusia menjadi lebih rendah dari binatang. Di sinipun dapat dikatakan bahwa manusia tidak jadi nol tapi menjadi minus. Manusia dijadikan menurut gambar Tuhan, artinya: Menunjukkan Tuhan. Gambar Tuhan sekarang menjadi negatif, artinya: menunjukkan yang tidak dikehendaki oleh Tuhan.
Dulu manusia dijadikan sebagai raja untuk memerintah bagi Tuhan, nabi untuk mengetahui kehendak Tuhan, imam untuk bekerja bagi Tuhan. Sekarang manusia menjadi raja, nabi dan imamnya sendiri. Maka dari itu gambar Tuhan pada manusia bukannya hilang tapi rusak dan terbalik sama sekali. Manusia tidak mau menjadi gambar Tuhan akan tetapi ingin menjadi ilah sendiri.
F. Menjalarnya Dosa
Pada umumnya orang berfikir: dosa adalah tindakan orang, tindakan perseorangan; maka akibat dari dosa tentu hanya terbatas pada orang itu sendiri, hukuman tentu juga hanya untuk orang itu sendiri. Seandainya ada hukuman untuk keluarga atau turunan orang itu, hukuman ini disebut tidak adil. Lain dari itu dosa adalah sesuatu yang moral, artinya: Tidak bersifat benda; jadi tidak dapat menjalar.
Begitulah pandangan a.l. Pelagius pada abad keempat, yang sudah mengatakan bahwa Adam terkena hukuman untuk dirinya sendiri, tidak ada sedikitpun yang mengenai lain orang. Akibat yang didatangkan dosa hanya bahwa Adam memberi teladan kepada keturunannya di dalam berbuat dosa. Turunannya berbuat dosa oleh sebab meniru Adam. Artinya: Turunan Adam dilahirkan baik dan dapat hidup baik. Turunan Adam dilahirkan sebagai manusia yang sehat. Murid-murid Pelagius ada yang memandang bahwa anggapan Pelagius ini terlalu jauh; maka mereka berkata: manusia dilahirkan sebagai orang yang sakit, tetapi dapat menjadi sehat dengan usahanya sendiri. Hingga zaman sekarang masih ada aliran-aliran di dalam agama Kristen yang beranggapan seperti tersebut di atas: Manusia hakekatnya baik, hanya gampang kalah di dalam perang dengan hawa nafsu (semi Pelagianisme).
Pada abad-abad yang lalu hingga sekarang masih ada juga orang-orang yang menentang pandangan tersebut. Augustinus yang menentang Pelagius; begitu juga Luther, Calvin.
Memang kalau kita membaca Kitab Suci, kita akan berpendapat bahwa anggapan tersebut di atas bukan pernyataan Firman Tuhan. Di sini diterangkan dengan jelas bahwa dosa Adam di dalam akibatnya tidak terbatas pada dirinya sendiri, akan tetapi menjalar kepada turunannya semua. Ini dapat kita baca pada permulaan Kitab Suci hingga akhirnya antara lain Kej. 3: kita di situ membaca bahwa Tuhan menjatuhkan hukumanNya bukan hanya kepada Adam saja, akan tetapi kepada manusia pertama dengan benih-benihnya (Kej. 3:15).
Mzm. 51 mengatakan juga: Dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Rm. 5:12; Dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut. 1 Kor. 15:21, 22: Maut datang karena satu orang manusia.
Dengan demikian maka sudah terang sekali bahwa pandangan Kitab Suci berlainan dengan pandangan manusia. Soal yang tidak dapat disangkal lagi ialah bahwa dosa Adam dan Hawa berjangkit di dalam manusia seluruhnya.
Di dalam dogmatika kita membedakan:
Dosa warisan.
1. Dosa warisan dibedakan lagi:
Kesalahan warisan.
Kesalahan warisan
Adam dijadikan oleh Tuhan sebagai kepala manusia. Sebagai kepala umat manusia ia menerima perjanjian Tuhan dan sebagai kepala umat manusia ia melanggar perjanjian itu. Maka tidak usah mengherankan bahwa segala orang yang dikepalai Adam turut melanggar perjanjian itu. Ini sudah tentu. Perjanjian perdamaian tentu hanya ditetapkan antara dua pemimpin bangsa, akan tetapi kedua bangsa segenapnya itu dianggap menetapkan sendiri akan perjanjian perdamaian itu. Maka dari itu kalau ada seorang pemimpin yang tidak setia pada perjanjian itu, segenap bangsanya dipandang juga sebagai tidak setia. Demikian juga ada dua pihak yang berjanji yaitu: Tuhan dan Adam. Adam tidak setia akan perjanjiannya maka seluruh umat manusia turut jatuh ke dalam dosa. Sebab itu rasul Paulus dapat berkata: Karena seorang, dosa masuk ke dalam dunia (Rm 5:12), maka karena itulah sekaliannya berbuat dosa. Tuhan menghitung kesalahan kita, jadi dengan langsung. Inilah yang disebut: Kesalahan warisan.
Bahwa kesalahan Adam dijadikan kesalahan kita juga terbukti bahwa hukuman kesalahan Adam juga dijatuhkan kepada kita (Kej. 3: benih; Rm 5: maut). Tuhan menjadikan manusia sebagai kesatuan yang organis, yang hidup, yang bertumbuh satu dari yang lain. Agar sifat Tuhan yang Maha Esa dapat bertumbuh satu dari yang lain. Agar sifat Tuhan yang Maha Esa dapat menjelma di dalam kesatuan yang organis di dalam manusia, hingga bersatu di dalam memuliakan Tuhan. Sayang sekali kesatuan ini menjadi kesatuan di dalam dosa.
Kerusakan warisan
Adam dijadikan sebagai benih yang akan mengeluarkan pohon yang besar. Sudah dengan sendirinya keadaan benih menentukan keadaan pohon kelak. Kalau benihnya baik, tentu akan menjadi pohon yang baik.
Adam berbuat dosa, dijatuhi hukuman; hukuman ini juga berisi kerusakan jiwa dan tubuh. Orang-orang yang menjadi turunannya juga dilahirkan dengan kerusakan jiwa dan tubuh. Tidak hanya sakit keadaan manusia sekarang dan tidak sama sekali sehat, melainkan "mati"; tidak dapat berbuat yang baik dan terus bercenderung kepada yang jahat. Ef. 2:1: Kamu dahulu sudah mati.
Dengan demikian sudah terang bahwa segala hidup tidak dapat timbul dari manusia sendiri, hanya Tuhan yang dapat memberikan, manusia sendiri sudah mati. Manusia sudah rusak, berarti: Kehilangan kemuliaan yang asli yang diberikan oleh Tuhan (Rm 3:23). Kerusakan warisan menjalar dengan kelahiran orang, jadi tidak langsung dilanjutkan oleh Tuhan, tetapi ada alatnya, yaitu kelahiran (Ayb 14:4, Yoh 3:6).
Dosa warisan dapat menimbulkan pikiran: Adakah Tuhan itu adil kalau demikian? Pertama-tama kita harus insaf bahwa Tuhan itu adil. Allah yang Maha Adil, jadi adil dalam segala tindakanNya. Lain dari itu Adam dijadikan sebagai kepala umat manusia, maka segala tindakannya dengan akibat-akibatnya, terhitung sebagai tindakan kita semua yang dikepalai Adam.
2. Dosa Perbuatan
Selain dosa yang kita terima dari keturunan kita, kita juga berbuat dosa sendiri. Sudah barang tentu untuk dosa perbuatan ini dosa warisan juga berpengaruh. Terutama kerusakan warisan ini mendatangkan kelemahan kita, hingga kita tidak dapat berbuat yang baik dan bercenderung kepada yang jahat. Akan tetapi manusia tetap menjadi manusia, makhluk yang berbudi, maka ia dapat memilih. Maka manusia juga yang bertindak sendiri atau yang berbuat dosa. Dosa inilah yang disebut: Dosa perbuatan.
Dosa perbuatan juga dibedakan sebagai berikut:
Gereja RK membedakan: dosa yang dapat diampuni dan yang tidak diampuni oleh Tuhan. Pandangan ini didasarkan atas Mat 5:22. Akan tetapi maksud nas ini bukannya membedakan tindakan-tindakan hukuman dosa yang memuncak kepada dosa yang tak dapat diampuni, melainkan maksudnya di sini untuk menyatakan: Bukannya membunuh orang saja yang terkena hukum, tetapi orang yang marahpun akan dihukum juga.
Ada yang membedakan juga antara: Dosa yang dibuat dengan pikiran, perkataan dan perbuatan. Akan tetapi kalau ditinjau lebih dalam perbedaan ini tidak dapat dipertahan; sebab yang berbuat dosa ini bukannya pikiran, mulut dan tangan umpamanya, melainkan jiwa manusia atau manusia segenapnya.
Ada perbedaan yang demikian: Dosa terhadap perintah-perintah pada loh yang pertama, lebih besar daripada dosa terhadap perintah-perintah pada loh yang kedua. Pembedaan inipun tidak tepat kalau kita membaca Yak. 2:10 di mana Yakobus berkata: Bahwa barangsiapa mengabaikan salah satu dari perintah-perintah itu, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Memang perintah Tuhan hanyalah satu: kasih. Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada orang lain adalah satu. "Dengan demikian kasih adalah kegenapan (Yunani: pleroma, artinya kepenuhan) Taurat" (Rm 13:10). Maka dari itu kita hanya membedakan dosa terhadap Roh Suci dan dosa lain-lainnya.
Dosa lain-lainnya semua dapat diampuni. Selama manusia masih hidup, masih ada kemungkinan untuk menerima pengampunan dari Tuhan kalau bertobat, kalau menyesal (lihat Yes 1:18, dan lain-lain). Hanya ada satu dosa yang tidak akan mendapat pengampunan dari Tuhan, ialah yang disebut: Dosa terhadap Roh Suci.
Mat. 12:24 menceritakan, bahwa Tuhan Yesus telah menyembuhkan orang yang dirasuk Setan, akan tetapi orang Farisi berkata: "Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan. "Maka Tuhan Yesus berfirman agak panjang, yang berpusat kepada Mat 12:31: "Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni." Apakah Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang Farisi pada waktu itu berbuat dosa terhadap Roh Suci? Jawaban-jawaban tentang pertanyaan ini ada yang positif, ada yang negatif, ada yang mengamini dan ada yang menyangkal.
Memang Tuhan Yesus di sini berfirman kepada umum, akan tetapi firman- Nya ditujukan kepada orang-orang Farisi: "Sebab itu Aku berkata kepadamu." Kalau kita memegang teguh caranya Tuhan Yesus berfirman secara umum, kita dapat mengatakan: Bukan orang-orang Farisi yang di maksudkan. Bagaimanapun jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut, maka satu hal sudah terang; cerita Tuhan itu adalah disimpulkan di Mat. 12:31.
Maka kita dapat mengerti apakah maksud dosa terhadap Roh Suci, yaitu: Dosa ini dibuat oleh orang yang sudah berhubungan erat dengan Tuhan Yesus, sudah melihat, kenal akan Tuhan Yesus, akan tetapi orang ini toh berkata: Yesus itu dari Setan. Orang yang sudah berhubungan erat dengan jemaat dan pikirannya sudah diterangi, hingga melihat dan kenal akan Tuhan Yesus. Kalau orang ini toh berkata: Yesus itu dari Setan asalnya, Yesus itu bukan anak Allah; perkataan inilah yang disebut. Dosa terhadap Roh Suci. Bagi dosa ini tidak ada ampun lagi. Ini dikatakan dalam Ibr 6:4-6. Atau 1Yoh 5:16, menyatakan: "Bahwa bagi orang ini tidak usah dinaikkan doa." Dosa terhadap Roh Suci itu membawa kekerasan hati. Di dalam hati orang ini tidak ada penyesalan, tidak ada kekuatiran dan bertobat.
Dengan demikian menjadi terang bagi kita: Barangsiapa takut dan kuatir kalau-kalau berbuat dosa terhadap Roh Suci, orang itu malahan dapat dikatakan dengan tegas bahwa: ia tidak berbuat dosa kepada Roh Suci.
Adakah Tuhan menghukumkan dosa manusia? Ada yang menjawab: Tidak, sebab Tuhan Maha Kasih. Ada juga yang menjawab: Tidak, sebab Tuhan tidak dapat merusak buah penjadian-Nya sendiri.
Kita harus menanyakan: Bagaimanakah jawaban Kitab Suci? Kitab Suci menyatakan dengan terang bahwa Tuhan menghukumkan dosa. Lihat Kej. 2 dan 3: Rm. 5:12 dan selanjutnya. Hal ini tidak mengherankan. Memang Tuhan dapat membiarkan dosa. Dan Allah bersifat kebenaran, maka tidak dapat mengabaikan Firman-Nya sendiri: "Sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kej 2:17).
Jadi hukuman berarti:
Upah bagi perbuatan yang tidak baik. Keadilan Tuhan yang harus menjatuhkan hukuman.
Apakah hukuman terhadap dosa? Tiga hal, yaitu:
Maut adalah perceraian antara apa yang dihubungkan oleh Tuhan. Maka kita dapat membedakan:
Perceraian antara jiwa dan tubuh. Tuhan menjadikan manusia sebagai kesatuan antara jiwa dan tubuh. Akan tetapi oleh karena dosa, kesatuan ini akan terpecah. Tubuh akan kembali pada debu, jiwa akan pergi ke kerajaan tempat jiwa. Inilah yang disebut maut badani. Maut badani tidak langsung datang sesudah manusia jatuh ke dalam dosa. Inilah sudah menunjukkan anugerah Tuhan. Tuhan masih hendak menyelamatkan manusia, memberi kemungkinan untuk bertobat. Dengan demikian tidak segenap mahluknya akan lenyap, inti dari mahluk itu akan diselamatkan.
Maut adalah perceraian antara Allah dan manusia, tidak ada hubungan yang harmonis lagi. Tuhan melemparkan manusia sebab Tuhan adalah Maha Suci dan manusia adalah berdosa. Inilah yang disebut maut rohani. Maut rohani itu hukuman terhadap dosa. Tiap-tiap manusia merasakan hukuman ini. Ia merasakan perceraian maka merasakan keinginan untuk kembali lagi, akan tetapi juga merasakan takut; sebab yang dicari itu akan melemparkan manusia lagi. Apakah yang dicari ini disebut Tuhan atau Dewa, perasaan ingin mencari dan perasaan takut ini ada.
Maut juga perceraian yang kekal antara Tuhan dan manusia. Jikalau manusia terus-menerus menolak Tuhan, kemungkinan yang diberikan oleh Tuhan untuk bertobat akan berakhir. Kemudian manusia akan ditolak oleh Tuhan dan dijatuhi hukuman yang kekal. Inilah yang disebut: Maut yang kekal.
Hidup Manusia menjadi Rusak
Dosa merobah hidup manusia. Dulu hidup itu penuh keenakan dan kepuasan. Manusia ditempatkan di dalam taman Eden. Sesudah dosa datang, manusia harus bekerja dengan susah payah. Di dalam faktor- faktor hidup yang tertinggi, kerusakan nampak juga, yaitu: Di dalam perkawinan, cinta perempuan menjadi keinginan nafsu, hal melahirkan anak menjadi penuh menderita, kasih orang laki-laki terhadap isteri menjadi lebih keras, disebut memerintahkan. Singkatnya: Hidup yang sempurna menjadi hidup yang penuh kesukaran dan kesusahan (bnd Kej 3:16-19).
1 dan 2 adalah hukuman yang dijatuhkan oleh Tuhan. Ada juga hukuman yang datang oleh karena dosa sendiri, yang didatangkan oleh dosa sendiri.
Manusia kewajibannya melayani Tuhan. Seadainya manusia tetap di dalam kewajiban ini, Tuhan yang menjadi rajanya. Ia yang akan menguasai. Akan tetapi manusia memilih Iblis. Maka dari itu sekarang Iblis yang menjadi rajanya. Iblis yang menguasai manusia. Sekarang manusia terpaksa melayani setan. Setan memperalat manusia. Gambaran yang terang sekali dari kekuasaan Setan ialah orang yang dirasuk Setan. Orang yang demikiah hanya dapat bertindak sesuai dengan maksud Setan. Yang mempunyai kekuasaan atas dia di dunia ialah Setan. Hanya ada satu pribadi yang dapat mematahkan kekuasaan ini ialah: Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan 03 | Referensi 03a | Referensi 03b | Referensi 03c
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Setan |
Kode Pelajaran | : | DIK-P03 |
Daftar Isi
Teks Alkitab
Ayat Kunci
Doa
TEKS ALKITAB
Yesaya 14:12-17, Yehezkiel 28:12-19
AYAT KUNCI
2 Korintus 4:4
Alkitab mengatakan bahwa sebelum Adam dan Hawa diciptakan, telah ada satu makhluk ciptaan Tuhan yang memberontak terhadap-Nya. Makhluk ini disebut Setan atau Iblis. Setan bukan sekedar pengaruh yang menyebabkan segala jenis kejahatan, bukan pula semacam hantu merah yang bertanduk seperti yang sering muncul dalam gambar-gambar. Setan adalah makhluk yang benar-benar ada.
Pada mulanya, Setan adalah malaikat Tuhan yang bernama Lucifer. Istilah "malaikat" berarti "utusan." Semua malaikat diciptakan oleh Tuhan. Kolose 1:16 mengatakan: "Karena di dalam Dia-lah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia." Lucifer diciptakan dengan keindahan yang sempurna sehingga ia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling cantik. Ia dipenuhi hikmat sehingga ia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terpandai. Dari seluruh malaikat yang ada di Surga, Lucifer-lah yang paling pintar, cantik dan berkuasa. Yehezkiel 28:12 mencatat: ".....gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah." Walaupun malaikat adalah makhluk yang indah dan berkuasa, namun mereka tidak boleh disembah karena malaikat adalah makhluk ciptaan Tuhan. Hanya Tuhan, Sang Pencipta saja yang patut disembah.
Untuk seketika lamanya malaikat yang penuh hikmat dan indah yang diciptakan Tuhan ini mengasihi dan mentaati Tuhan dengan sepenuh hatinya. Namun datanglah saat di mana Lucifer telah berdosa melawan Tuhan. Yehezkiel 28:15 mengatakan : "Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu." Dimanakah dosa itu mulai? Dosa itu mulai dari dalam hati Lucifer sendiri! Yehezkiel 28:17 mengatakan: "Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu...". Secara rinci Yesaya 14:13-14 mencatat dosa kesombongan Lucifer dalam hatinya yaitu: "Aku hendak naik ke langit;" "Aku hendak mendirikan takhta mengatasi bintang-bintang Tuhan;" "Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan;" "Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan;" "Aku hendak menyamai Yang Maha Tinggi."
Karena berbagai kelebihan yang dimilikinya itulah ia menjadi sombong, ingin dipuji dan menjadi Tuhan dan akhirnya memutuskan untuk melawan kehendak Tuhan. Dalam Yesaya 14:14-14 kita menemukan lima kali Lucifer berkata "Aku hendak." Dari sini kita melihat betapa dahsyatnya bagi makhluk ciptaan Tuhan yang menaruh keinginan dalam hatinya untuk melawan kehendak Tuhan.
Perubahan besar terjadi dalam hati Lucifer pada saat ia berdosa. Sebelumnya Lucifer mengasihi dan mentaati Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai Raja di dalam hatinya. Namun Lucifer telah berubah. Ia sekarang hanya mengasihi dirinya sendiri. Ia tidak ingin Tuhan bertakhta dalam hatinya. Sebaliknya, ia meletakkan "dirinya sendiri" menduduki takhta hatinya. Dosa kesombongan yang mulai di dalam hati Lucifer telah mengantarnya kepada sikap mengasihi diri sendiri. Sikap mengasihi diri sendiri ini telah mengantarnya kepada mementingkan keinginan diri sendiri yang akhirnya telah membawanya kepada pemberontakan terhadap Penciptanya. Lucifer merasa tidak puas lagi sebagai malaikat yang tertinggi berada di bawah kekuasaan Tuhan. Ia menginginkan kedudukan yang lebih tinggi, yakni ia ingin menjadi Tuhan! Namun Tuhan mengetahui apa yang ada dalam hati Lucifer itu sehingga ia dicampakkan dari kedudukannya yang tinggi itu. Namanya kemudian diganti dari Lucifer (putra Fajar) menjadi "Setan" yang berarti "musuh". Demikianlah awalnya Setan memulai perlawanannya kepada Tuhan dan menyebarkan segala jenis dosa dan kejahatan di dunia ini.
Setan adalah malaikat pertama yang memberontak terhadap Tuhan dan kemudian banyak malaikat lain yang mengikutinya. Malaikat-malaikat ini disebut "malaikat-malaikat yang telah jatuh". Malaikat- malaikat yang tetap setia kepada Tuhan disebut "malaikat-malaikat kudus." Setan bersama malaikat-malaikat yang telah jatuh ini mendirikan kerajaan untuk menentang Tuhan dan kerajaan-Nya. Sejak pemberontakan Setan itu, maka ada dua kerajaan di dunia ini yakni: kerajaan Setan dan kerajaan Tuhan. Sifat kedua kerajaan ini sangat bertentangan. Kerajaan Setan adalah kerajaan kegelapan; Kerajaan Tuhan adalah kerajaan terang. Kerajaan Setan adalah kerajaan dusta, kerajaan Tuhan adalah kerajaan kebenaran, keadilan dan kasih. Malaikat-malaikat yang mengikuti Setan dalam pemberontakan terhadap Tuhan menjadi para suruhannya dalam melaksanakan maksud-maksudnya yang jahat. Orang-orang yang belum diselamatkan, sadar atau tidak berada dalam kerajaan Setan ini. Selain itu, pengikut setan lainnya ialah semua orang yang telah jatuh dalam dosa.
Merampas Injil
Matius 13:19 mengatakan: "Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu ...." Dari ayat ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Iblis bekerja dengan cara mengambil Injil yang sedang ditaburkan kepada seseorang.
Membutakan Pikiran Orang tentang Injil
Iblis tidak pernah berhenti berusaha supaya orang tidak diselamatkan dan tinggal tetap dalam kerajaan kegelapannya. Mungkin kita bertanya mengapa walaupun seseorang telah dijelaskan sedemikian rupa tentang firman Allah, ia masih tetap tidak percaya, bahkan menolaknya? Tahukah Anda bahwa pekerjaan Iblis adalah membutakan pikiran manusia sehingga mereka tidak mengerti Injil? II Korintus 4:4 menjelaskan hal ini: "........Orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini (Setan), sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Tuhan Yesus....."
Memutarbalikkan Firman Tuhan
Setan adalah makhluk yang cerdik sekaligus licik. Ketika mencobai Hawa, ia mengatakan; "Tentulah Allah berfirman: 'Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya, bukan?'" Kej. 3:1. Padahal Allah mengatakan kepada Adam: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya ...." Kej. 2:16-17. Dari peristiwa ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Setan adalah sang pemutar balik firman Tuhan.
Setan adalah musuh yang perkasa dan licik. Ia memiliki banyak pengikut. Terkadang ia kelihatan berhasil dalam perlawanannya menentang umat Tuhan. Mungkin kita bertanya, "Mengapakah Tuhan tidak langsung membinasakan Setan sedangkan Ia memiliki kuasa untuk melakukannya? Jawabannya ialah belum kehendak Tuhan untuk melakukannya sekarang ini. Suatu saat nanti, Tuhan akan bertindak terhadap Setan. Tuhan telah menetapkannya. Ia akan dilemparkan ke dalam api neraka untuk dihukum selama-lamanya. Wahyu 20:10 mengatakan: "Dan Iblis yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang .... dan mereka disiksa siang dan malam sampai selama-lamanya."
Demikian pula dengan para pengikutnya, yaitu mereka yang memilih untuk percaya kepada tipu daya Setan dan tetap ingin berada di dalam kerajaan kegelapannya juga akan dilemparkan ke dalam lautan api itu. Wahyu 21:8 mengatakan: "Tetapi orang-orang penakut, orang- orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan api dan belerang; inilah kematian orang kedua."
Mereka yang akan binasa itu bukan hanya orang-orang yang sangat jahat melainkan juga mereka yang termasuk "orang-orang yang penakut dan orang-orang yang tidak percaya."
Kita telah melihat bahwa Setan adalah pembohong besar. Kita juga telah melihat akibat dahsyat yang akan menimpa mereka yang telah diperdayakan oleh Setan. Bagaimanakah kita dapat terhindar dari segala tipu daya Setan itu? Kita dapat terhindar dengan mengenal dan memahami kebenaran-kebenaran yang terdapat di dalam Firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata: "Dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Yohanes 8:32
Jangan sekali-kali meletakkan kepercayaan kita kepada perkara- perkara lain selain dari pada Tuhan Yesus Kristus dan darah-Nya yang telah dicurahkan untuk dosa-dosa kita. Rasul Paulus dalam Galatia 1:8 menulis: ".....Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari Surga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia (kutuk dari Tuhan)."
DOA
"Bapa, terima kasih atas Firman-Mu. Firman-Mu adalah kebenaran. Tolonglah saya untuk menaruh Firman-Mu di dalam hati agar saya terhindar dari tipu daya Setan." Amin
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
Pertanyaan 06 | Referensi 06a | Referensi 06b | Referensi 06c
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Manusia Kedua dari Tuhan |
Kode Pelajaran | : | DIK-P06 |
Daftar Isi
Teks Alkitab
Ayat Kunci
Doa
TEXT ALKITAB
Matius 1:18-25, Filipi 2:5-11, Efesus 1:20-23
AYAT KUNCI
Roma 5:19
Tuhan menciptakan manusia pertama yaitu Adam karena ia menginginkan satu bangsa yang akan memuliakan-Nya. Namun Adam telah memberontak terhadap Tuhan. Dalam pelajaran yang lalu, kita telah melihat akibat yang dahsyat dari ketidaktaatan Adam. Adam bukan saja berdosa melainkan ia telah melahirkan keturunan yang turut berdosa. Manusia yang seharusnya memiliki kehidupan Tuhan di dalam diri mereka, kini telah terpisah dari Tuhan karena dosa. Manusia yang seharusnya memiliki sifat Tuhan kini telah menjadi orang berdosa yang mementingkan diri sendiri.
Sebenarnya manusia yang harus menguasai bumi tetapi sekarang telah menjadi hamba kepada dosa dan Setan. Jadi, bagaimanakah umat manusia yang telah berdosa ini dapat memuliakan Tuhan dan menggenapi kehendak-Nya? Jawabannya adalah: Tidak dapat. Manusia pertama dari Tuhan telah gagal untuk memuliakan-Nya. Oleh sebab itulah, harus ada manusia kedua yang akan menjadi kepala dari suatu umat yang baru yang akan memuliakan Tuhan.
Tuhan masih menginginkan suatu umat manusia pilihan-Nya yang akan memuliakan Dia. Bagaimanakah Tuhan melakukannya? Tuhan akan melakukannya melalui seseorang yang lain! Oleh karena kebinasaan telah menimpa umat manusia melalui satu orang maka Tuhan menyediakan keselamatan bagi umat manusia yang berdosa ini melalui satu orang yaitu Kristus. Alkitab mengatakan:
"Jadi sama seperti ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang yang berdosa, demikianlah pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi benar." Roma 5:19
Siapakah Manusia Kedua ini?
Siapakah Manusia Kedua ini? Ia adalah Yesus Kristus. Berbeda dengan manusia pertama yang berasal dari debu tanah, Manusia Kedua ini berasal dari Sorga. Alkitab mengatakan: "Manusia pertama berasal dari debu tanah, dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari Surga." 1 Korintus 15:47
Tuhan mengasihi manusia dan ingin menyelamatkannya. Hal ini dilakukan-Nya dengan mengutus Anak-Nya yang Tunggal ke dunia ini. Ia akan mati untuk menebus dosa manusia. Namun Ia akan bangkit kembali untuk menjadi Kepala bagi suatu bangsa yang baru yaitu anak-anak Tuhan. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus Kristus telah membuka jalan bagi kita untuk keluar dari bangsa keturunan Adam yang berdosa dan menjadi anak-anak Tuhan.
Bagaimana Manusia Kedua Ini Datang ke Dunia?
Manusia kedua ini datang melalui inkarnasi. Apakah yang dimaksud dengan inkarnasi itu? Inkarnasi ialah Tuhan sendiri telah menjadi manusia. Betapa indahnya perkataan dalam ayat ini: "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita......." Yohanes 1:1, 14
Ia yang menciptakan manusia itu, Dia sendiri telah menjadi Manusia. Ini adalah satu rahasia yang besar. Bahkan rahasia yang lebih besar adalah tentang cara bagaimana Tuhan menjadi manusia. Manusia pertama yaitu Adam diciptakan sebagai manusia yang telah dewasa tetapi Manusia Kedua yaitu Yesus Kristus memasuki alam semesta sebagai bayi yang kecil dan tak berdaya.
Tuhan Yesus lahir melalui seorang perawan. Ia tidak memiliki bapa manusia. Jadi, siapakah Bapa-Nya? Bapa-Nya adalah Allah sendiri! Maria, ibu-Nya bertunangan dengan Yusuf, namun sebelum mereka menikah, malaikat telah menampakkan dirinya kepada Maria dan berkata,
"Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Maha tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang engkau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Tuhan." Lukas 1:35
Malaikat itu juga menampakkan dirinya kepada Yusuf dan berkata: "Yusuf anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang ada di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Matius 1:20-21. Nama Yesus berarti "Juruselamat."
Yesus Kristus adalah Tuhan - Manusia
Yesus Kristus disebut Tuhan-Manusia karena Ia adalah Tuhan yang sempurna dan Manusia yang sempurna. Ia satu dengan Tuhan dan juga satu dengan umat manusia. Ia disebut sebagai "Anak Allah" karena Ia adalah satu-satunya Anak Tunggal Bapa. Ia disebut "Anak Manusia" karena Ia mewakili semua umat manusia. Alkitab mengatakan, "Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita; Dia yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia ...." 1 Timotius 3:16
Tujuan Yesus Kristus Datang ke Dunia
Mengapa Yesus Kristus datang ke dunia ini? Ada dua alasan yang penting.
Pertama, Ia datang untuk membinasakan semua pekerjaan Iblis. Alkitab mengatakan: "Untuk inilah Anak Tuhan menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu." Yohanes 3:8
Kedua, Ia datang untuk menyediakan jalan agar kita dapat terlepas/ keluar dari bangsa keturunan Adam yang berdosa dan masuk ke dalam keluarga Tuhan. Inilah arti diselamatkan itu.
Manusia Kedua Dicobai Iblis
Manusia pertama, yaitu Adam, telah dicobai Iblis. Manusia yang kedua, yaitu Yesus, juga dicobai oleh Iblis. Alkitab mengatakan:
"Maka Yesus di bawa oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai oleh Iblis." Matius 4:1.
Mengapa Setan mencobai Yesus? Tujuan pencobaannya adalah supaya Yesus tidak mentaati Tuhan. Tiga kali Setan mencobai Yesus agar bertindak mengikut kehendak-Nya sendiri. Tiga kali juga Yesus menolak untuk berbuat demikian. Setan dikalahkan. Manusia pertama yaitu Adam, telah dikalahkan oleh Setan karena ia tidak mentaati Tuhan. Namun Manusia kedua yaitu Yesus Kristus beroleh kemenangan atas Setan karena Ia mentaati Tuhan. Tuhan Yesus juga menghadapi banyak pencobaan lain dalam kehidupan-Nya dan beroleh kemenangan karena Ia rela dan senang melakukan kehendak Bapa-Nya. Alkitab mengatakan, "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya." Ibrani 5:8. Oleh karena Ia telah belajar mentaati Bapa-Nya di dalam segala perkara, maka Ia siap menghadapi pencobaan yang terakhir dan terbesar yaitu di kayu salib.
Yesus Bergumul di Getsemani
Di Taman Getsemani, pada saat Ia merenungkan tentang bagaimana Ia akan menanggung dosa karena kita, Tuhan Yesus berlutut dan berdoa: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin biarlah cawan ini berlalu daripada-Ku,....." Ini menunjukkan bahwa penderitaan yang akan Ia tanggung sangatlah besar. Namun demikian, Ia tetap taat kepada kehendak Bapa-Nya dan Ia berdoa: "....tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Mat. 26:39
Kematian Tuhan Yesus yang Dahsyat
Tuhan Yesus dibawa ke pengadilan di hadapan Pilatus, gubernur Romawi. Di sana jubah-Nya ditanggalkan dan Ia dipukuli dengan cemeti yang pada ujungnya ada benda tajam dari besi atau tulang yang dapat merobek kulit badan. Ia diejek dan diludahi. Pada wajah- Nya terdapat bekas-bekas siksaan dahsyat. Sebuah mahkota duri telah dikenakan di atas kepala-Nya. Kemudian Ia disuruh memikul kayu salib ke Kalvari, tempat Ia akan disalibkan. Di Kalvari, Setan berusaha sedapat mungkin agar Yesus melakukan sesuatu yang akan menyebabkan Ia gagal menjadi seorang Juruselamat yang sempurna. Namun, dalam segala hal yang dilakukan oleh Setan itu terbukti Ia tetap mengasihi dan taat kepada Tuhan dengan segenap hati-Nya. Ia terus berserah kepada Bapa-Nya dan terus mengasihi manusia. Ia menolak menyesali Diri-Nya. Ia tidak berusaha menyelamatkan Diri- Nya. Ia taat disiksa di atas kayu salib bahkan sampai mati.
Pada akhir hidup-Nya, Manusia kedua dari Tuhan ini dapat berkata: "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya." Yohanes 17:4
Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang Mulia
Tubuh Yesus Kristus yang hidup selama tiga puluh tahun di bumi ini diturunkan dari kayu salib dan dibaluti dengan kain lenan. Jenasah- Nya diletakkan di dalam kuburan seorang yang kaya. Selama tiga hari dan tiga malam, tubuhnya terbaring di liang kubur tersebut. Kemudian, sesuatu yang ajaib terjadi. Yesus bangkit dari kematian- Nya oleh kuasa-Nya yang ajaib.
Manusia kedua dari Tuhan ini telah taat kepada Bapa-Nya di dalam segala perkara. Kematian tidak dapat menguasai-Nya. Ia bangkit dari kubur dan menjadi pemenang atas dosa, kematian dan Setan selama- lamanya. Tuhan Yesus telah menampakkan diri kepada para murid-Nya dalam tubuh kebangkitan-Nya dan bekas luka tusukan tombak di rusuk- Nya.
Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus merupakan peristiwa terpenting dalam sejarah alam semesta ini. Salib Yesus Kristus adalah rencana utama Tuhan dalam menyelesaikan persoalan umat manusia yang berdosa, setan dan para pengikutnya yang memberontak. Ketika Kristus mati di salib, Setan berpikir bahwa ia telah beroleh kemenangan. Namun perkiraannya itu keliru. Salib yang menjadi andalan Setan untuk menghabiskan Tuhan Yesus akhirnya menjadi bumerang baginya. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, Tuhan telah membinasakan pekerjaan-pekerjaan Setan dan melepaskan semua yang telah diperhambanya. Alkitab mengatakan,
"Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya, Ia memusnahkan yaitu Iblis yang berkuasa atas maut supaya dengan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada di dalam perhambaan oleh karena takut akan maut. Ibrani 2:14-15
Tuhan Yesus kembali ke Surga
Tuhan Yesus menampakkan dirinya selama empat puluh hari di bumi ini setelah kebangkitan-Nya. Ia telah dilihat oleh banyak orang. Dalam satu peristiwa, Ia menyatakan diri di hadapan lebih dari lima ratus orang murid-Nya. Sebelum terangkat ke Surga, Ia berpesan kepada para murid-Nya untuk pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Injil kepada semua makhluk. Ia juga memberikan mereka suatu janji yang sangat indah, yaitu:
"Dan ketahuilah, Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir zaman." Matius 28:20
Ketika mereka sedang menatap Dia, Ia terangkat ke Surga dan awan meraibkan Dia dari pandangan mereka. Di dalam tubuh kebangkitan-Nya yang telah dimuliakan, Tuhan Yesus meninggalkan bumi ini untuk kembali ke Surga.
Yesus Kristus Tuhan Atas Segalanya
Tuhan menjadikan Manusia yang kedua, yaitu Yesus Kristus untuk menjadi Tuhan atas segala sesuatu. Ada sebuah ayat yang indah di dalam buku Filipi yang menjelaskan bagaimana Tuhan Yesus Kristus telah merendahkan diri-Nya dan bagaimana Bapa telah meninggikan- Nya.
"Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan dirinya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Tuhan sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama diatas segala nama, supaya di dalam nama Yesus bertekuk lututlah segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Tuhan Bapa." Filipi 2:8-11
Yesus Kristus Kepala Umat yang Baru
Allah Bapa tidak hanya menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan atas segala sesuatu tetapi juga menjadikan-Nya Kepala bagi suatu keluarga yang baru. Keluarga yang baru ini adalah "anak-anak Allah." Sekarang ada dua jenis keluarga di dunia ini. Masing-masing keluarga ini mempunyai kepala keluarga. Adam adalah kepala bagi keluarga yang berdosa yang adalah keturunannya dan Yesus Kristus adalah Kepala dari keluarga yang baru "keluarga anak-anak Allah." Masing-masing kita, ketika dilahirkan ke dunia ini, menjadi anggota umat keturunan Adam yang berdosa. Namun sekarang, melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, Ia telah membuka jalan bagi kita untuk dilahirkan kembali secara rohani dan menjadi anak-anak Tuhan.
Dalam pelajaran selanjutnya, kita akan belajar tentang apakah arti dilahirkan kembali oleh Roh Tuhan.
DOA
"Bapa, terima kasih atas Manusia yang kedua yaitu Tuhan Yesus Kristus yang telah taat kepada-Mu secara sempurna. Saya berdoa agar saya tetap mentaati kehendak-Mu seperti yang telah Ia lakukan." Amin.
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
Pertanyaan 04 | Referensi 04a | Referensi 04b | Referensi 04c
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Kejatuhan Manusia |
Kode Pelajaran | : | DIK-P04 |
Daftar Isi
Ayat Alkitab
Ayat Kunci
Doa
AYAT ALKITAB
Kejadian 2:7-17, 3:1-19
AYAT KUNCI
Roma 5:12
Dalam pelajaran sebelumnya, kita telah mempelajari bahwa Adam diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan. Ketika Adam diciptakan, ia dalam keadaan tak berdosa. Sifatnya adalah suci. Namun demikian Adam dapat berbuat dosa karena ia memiliki kehendak bebas. Ia bebas memilih untuk taat kepada Tuhan atau tidak mentaati-Nya.
Setelah Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, Tuhan menempatkan mereka di sebuah taman yang indah, Taman Eden. Adam diberi tanggung jawab untuk memelihara Taman Eden. Ada banyak jenis pohon di taman itu namun ada pohon yang berbeda dari semua pohon yang lain, yaitu "pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat." Adam dan Hawa diperbolehkan makan semua buah dari pohon di taman itu, kecuali buah dari "pohon pengetahuan baik dan jahat." Tuhan dengan tegas melarang mereka agar tidak memakan buah dari pohon tersebut dan memberi peringatan kepada mereka. Dalam Kej. 2:17, Tuhan berkata kepada Adam: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Pada suatu hari, sesuatu yang tidak diinginkan terjadi! Setan dalam bentuk ular, masuk ke taman tersebut dan mulai bercakap-cakap dengan Hawa. Ia kemudian bertanya kepadanya, "Tentulah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej. 3:1). Pertanyaan ini kedengarannya tidak berbahaya namun Setan mempunyai maksud yang jahat. Maksudnya adalah menipu Hawa agar ia melanggar perintah Tuhan. Hawa menjawab, "Buah pohon yang ada di dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Tuhan berfirman: Jangan kamu makan ataupun menyentuh buah itu, nanti kamu mati." (Kejadian 3:2,3). Perkataan yang diucapkan Setan berikutnya adalah dusta belaka. Setan berkata, "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Tuhan mengetahui, bahwa pada waktu kamu makan mata kamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Tuhan, tahu tentang yang baik dan jahat." Kejadian 3:4, 5. Perkataan Setan bukan saja bertentangan dengan perkataan Tuhan, melainkan memberi kesan bahwa Tuhan menyembunyikan sesuatu yang baik terhadap Adam dan Hawa. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa dengan memakan buah itu ia dan suaminya akan menjadi seperti Tuhan. Hawa harus mengambil keputusan. Tuhan telah mengatakan, "Pastilah engkau mati." Namun sekarang Setan berkata "Kamu tidak akan mati." Hawa harus memilih siapa yang akan dipercayainya - Tuhan atau Setan. Hawa memandang buah itu dan berpikir tentang apa yang telah dikatakan oleh Setan. Kemudian ia mengambil keputusan. Ia mengambil buah itu dan memakannya. Hawa telah memilih untuk percaya kepada Setan!
Rencana Setan telah berhasil memperdaya Hawa. Hawa berhasil dijeratnya karena ternyata ia lebih mempercayai perkataan Setan dari pada perkataan Tuhan! Ia telah ditipu untuk mempercayai dusta. Mengapa Hawa tertipu? Ia tertipu karena ia tidak percaya kepada Firman Tuhan. Kitapun akan tertipu apabila kita tidak mempercayai apa yang dikatakan Tuhan. Namun rencana jahat Setan tidak berakhir di situ saja. Setan juga merencanakan untuk menjatuhkan Adam ke dalam dosa. Kali ini, Setan tidak berbicara langsung kepada Adam melainkan ia menggunakan Hawa untuk membujuk Adam agar ia pun melanggar perintah Tuhan. Hawa memberikan buah itu kepada Adam. Hawa pasti memberitahukan kepada Adam tentang perkataan Setan bahwa mereka akan memperoleh kuasa yang luar biasa jika memakan buah tersebut.
Nah, Adam pun harus memilih. Ia tahu apa yang Tuhan telah katakan. Tuhan telah memberitahunya dengan jelas bahwa akibat dari memakan buah itu adalah kematian - bukannya mendapat kuasa. Apakah Adam tertipu karena apa yang telah dikatakan Setan kepada Hawa? Tidak! Ia telah mengetahui apa yang akan terjadi. Namun demikian, ia tetap mengambil buah itu dan memakannya. Demikianlah ia jatuh ke dalam dosa! Apakah sebenarnya dosa yang dilakukan Adam? Dosanya adalah ketidaktaatan. Ia tidak mentaati perintah Tuhan. Ia menuruti kehendaknya sendiri daripada menuruti kehendak Tuhan. Dengan berbuat demikian, Adam telah memberontak terhadap Penciptanya dan menuruti setan, si pemberontak pertama itu.
Kematian Rohani
Akibat langsung dari ketidaktaatan Adam ialah kematian! Kematian yang bagaimana? Kematian yang dimaksud adalah kematian rohani. Kita tahu tubuh Adam tidak langsung mati pada saat itu. Ia masih hidup untuk beberapa ratus tahun lagi setelah ia melanggar perintah Tuhan. Di dalam Alkitab, kematian selalu berarti perpisahan. Kita semua tahu mengenai kematian jasmani. Dalam kematian jasmani roh berpisah dari tubuh, namun apakah yang dimaksud dengan kematian rohani? Kematian rohani adalah perpisahan Roh Tuhan dari roh manusia. Apabila kehidupan kita berpisah dari kehidupan Tuhan, itu berarti kita telah mati secara rohani. Inilah yang terjadi kepada Adam dan Hawa ketika mereka berdosa kepada Tuhan. Roh mereka berpisah dari Roh Tuhan. Mereka telah mati secara rohani.
Hal pertama yang disadari oleh Adam dan Hawa ketika mereka berdosa adalah mereka telanjang. Kejadian 3:7 mengatakan, "... dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang, lalu mereka menyemat dauh pohon ara dan membuat cawat." Mengapakah Adam dan Hawa tidak perlu berpakaian sebelumnya? Karena sebelum itu pakaian mereka adalah cahaya kemuliaan Tuhan. Nah, setelah dosa masuk ke dalam kehidupan mereka, mereka terpisah dari Tuhan dan kemuliaan-Nya meninggalkan mereka. Adam dan Hawa menjadi orang-orang yang berdosa.
Rasa Malu dan Bersalah
Setelah jatuh dalam dosa, Tuhan datang dan mencari Adam dan Hawa, namun mereka tidak ingin bertemu dengan Tuhan. Mereka diliputi rasa bersalah, malu dan takut. Mereka menyembunyikan diri di celah- celah pepohonan di taman itu. Namun tak ada seorangpun yang dapat menyembunyikan diri dari Tuhan. Tuhan yang kudus dan benar tidak dapat membiarkan dosa mereka. Ia tidak dapat berpura-pura seolah- olah tidak ada sesuatu yang terjadi. Tuhan memanggil Adam dan Hawa datang kepada-Nya. Kejadian 3:8-9
Hawa Harus Melahirkan Keturunan Dengan Kesakitan
Kej. 3:16 mengatakan: "Firman Tuhan kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak, dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu...."
Mencari Nafkah Dengan Susah Payah
Sebagai akibat bumi dikutuk Tuhan, maka Adam harus mencari nafkah dengan susah payah. Kej. 3:17-19 mengatakan:"... maka terkutuklah tanah karena engkau, dengan bersusah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu ...."
Diusir dari Taman Eden
Selain berbagai hukuman tersebut di atas, mereka juga diusir oleh Tuhan dari taman Eden. Kej. 3:23 mengatakan: "Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil."
Hukuman tidak hanya diberikan kepada Adam dan Hawa, tetapi juga kepada ular. Kej. 3:14 mengatakan: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau diantara segala ternak dan diantara segala binatang, dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kau makan seumur hidupmu."
Tuhan adalah kudus. Ia tidak dapat membiarkan dosa. Adam dan Hawa telah berdosa, karena itu mereka diusir keluar dari Taman Eden. Dosa selalu memisahkan manusia dengan Tuhan. Walaupun manusia telah melanggar perintah Tuhan, Ia tetap mengasihi manusia ciptaan-Nya. Ia mempunyai rencana yang indah untuk manusia, yaitu dengan memberikan janji keselamatan kepadanya. Kej. 3:15 menjelaskan hal itu: "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau (iblis) dengan perempuan ini (Hawa), antara keturunanmu dengan keturunannya; keturunannya (Juru selamat yang akan datang) akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."
Itulah yang telah digenapi Kristus ketika Ia mati di kayu salib dan bangkit dari kubur. Ketika mati di kayu salib tumit-Nya telah diremukkan dan ketika Ia bangkit dari kematian kepala iblis, yaitu sengat maut telah dikalahkan.
Setelah jatuh dalam dosa, Adam dan Hawa diliputi rasa malu, takut dan kedapatan telanjang sehingga mereka membuat cawat dari daun pohon ara dan menyembunyikan diri dari Tuhan di antara pepohonan di taman Eden Kej. 3:7-10. Kej. 3:21 mengkatakan Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan istrinya dan mengenakannya kepada mereka. Dari ayat tersebut kita mungkin bertanya. Mengapa Tuhan harus menyembelih binatang yang tidak bersalah dan mengambil kulitnya untuk membuatkan pakaian bagi manusia yang telah jatuh dalam dosa? Bukankah sudah cukup Adam dan Hawa menutupi kemaluannya dengan pakaian yang terbuat dari daun pohon ara? Sebenarnya Tuhan ingin mengajar mereka bahwa,
"....tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa." Ibrani 9:22
Tuhan telah menyediakan jalan bagi Adam dan Hawa serta keturunan mereka untuk kembali dapat bersekutu dengan Tuhan. Sejak saat itu sampai Yesus datang sebagai Juruselamat, manusia harus mempersembahkan anak domba yang tidak bersalah sebagai korban penebus dosa. Tuhan menerima persembahan korban binatang itu karena mereka yang mempersembahkannya memandang ke depan dengan iman kepada Yesus Kristus yang akan datang.
DOA
"Bapa, saya berterima kasih atas siapa Engkau sebenarnya yaitu Tuhan yang kudus yang tidak membiarkan dosa. Terima kasih karena Engkau telah membuka jalan bagiku untuk masuk ke hadirat-Mu melalui darah Anak-Mu." Amin.
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
Pelajaran 04 | Pertanyaan 04 | Referensi 04a | Referensi 04c
Nama Kursus | : | Training Guru Sekolah Minggu (GSM) |
Nama Pelajaran | : | Hakekat Mengajar |
Kode Pelajaran | : | GSM-R04b |
Referensi GSM-R04b diterjemahkan dari:
Judul Buku | : | Understanding Teaching |
Judul Artikel Asli | : | Sourches of Teaching Materials |
Penulis | : | Kenneth O. Gangel, Ph.D. |
Penerbit | : | Evangilical Training Association, Wheaton, Illinois -- USA, 1979 |
Halaman | : | 60 - 61 |
Referensi Situs | ||
Nama Situs | : | www.sabda.org |
Alamat URL | : | http://www.sabda.org/pepak/08/jun/2005// |
Masalah lain seputar bahan pelajaran adalah sumber-sumber bahan pelajaran tersebut. Berikut ini kami ulas beberapa hal yang dapat Anda jadikan sebagai sumber bahan pelajaran Anda.
Mereka yang berhasil menulis sebuah buku adalah orang-orang yang selalu sensitif terhadap sesuatu yang terjadi di sekitar dan kehidupan mereka. Mereka dapat menerjemahkan pengalaman hidup mereka menjadi sesuatu yang menarik dan berarti dalam sebuah buku. Pelajaran dan cerita sekecil apa pun yang ada dalam buku tersebut adalah kejadian yang dialami dalam kehidupan mereka hari demi hari.
Seorang guru yang baik harus mengembangkan kepekaan mereka terhadap hal-hal kecil dalam kehidupan. Paling tidak, guru harus mempunyai pola pikir bahwa seluruh hidupnya merupakan persiapan dasar untuk mengajar. Tuhan berkenan memberikan kita berbagai macam pengalaman hidup -- pengalaman yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan. Guru yang sigap akan menangkap setiap pengalaman hidupnya sebagai bahan mengajar yang menarik.
Seorang pengkhotbah terkenal, W.B. Riley, berulang kali mengatakan kepada murid-muridnya, lebih baik meja tanpa mentega di atasnya daripada sebuah rak tanpa buku di dalamnya. Kekayaan yang terkandung dalam sebuah buku sangat memungkinkan seorang guru memiliki persiapan bahan pelajaran yang tidak terbatas. Dengan membaca kita memiliki kesempatan yang tidak terbatas untuk mengembangkan diri.
Sudah sejak lama diketahui bahwa pengamatan merupakan salah satu kunci untuk mengerti kehidupan anak-anak. Banyak hal yang dapat dipelajari tentang perkembangan anak dengan mencatat seluruh pola aktivitas dan perilaku setiap tingkatan umur mereka. Guru Kristen yang sigap selalu dapat melihat bahwa perilaku orang di sekelilingnya merupakan ilustrasi penting dalam pelajarannya.
Kami diberitahu bahwa ledakan ilmu pengetahuan akhir-akhir ini telah menghasilkan lebih banyak informasi dari yang kami ketahui pada masa sebelumnya. Untuk itu, seorang guru Kristen diharapkan selalu waspada terhadap segala perkembangan yang terjadi dalam dunia ini. Majalah dan koran merupakan sumber yang sangat penting untuk mengetahui hal tersebut. Tantangannya bukan sekadar mengumpulkan ilustrasi untuk menolong pengajaran Anda, melainkan juga untuk membuat strategi bagaimana Anda menghubungkan perkembangan dunia, tempat murid-murid Anda berada saat ini, dengan kebenaran Kristen.
Ada dua hal penting yang harus menjadi catatan setiap guru mengenai sumber-sumber bahan pelajaran. PERTAMA, catatlah selalu kejadian, ide, atau ilustrasi yang Anda temukan untuk memudahkan jika Anda akan menggunakannya dalam bahan pelajaran Anda. Beberapa guru menemukan bahwa catatan merupakan penolong yang sangat berharga. Catatan-catatan tersebut dapat dipelajari sewaktu-waktu dan dengan mudah dimasukkan dalam dokumen formal sebagai bahan pelajaran.
Hal penting KEDUA adalah saat kita mengumpulkan bahan dari sumber- sumber di atas, kita tidak harus langsung mencari-cari pelajaran apa yang sesuai dengan bahan-bahan tersebut. Dalam beberapa kasus ada guru yang terlebih dahulu mengajar dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Setelah selesai mengajar guru tersebut baru akan menggunakan ilustrasi yang dia dapatkan untuk membuat pelajaran hari itu lebih berarti. Setelah itu dia akan kembali mencari ilustrasi atau materi lain yang serupa, sehingga dapat digunakan lagi saat dia mengajarkan pelajaran yang sama di waktu yang akan datang.
Pelajaran 01|Pertanyaan 01|Referensi 01b |Referensi 01c
Nama Kursus | : | APOLOGETIKA UNTUK AWAM I (AUA I) |
Nama Pelajaran | : | Dasar yang Kokoh |
Kode Referensi | : | AUA I-R01a |
Referensi AUA I-R01a diambil dari:
Judul buku | : | Pedoman Apologetika Kristen |
Judul artikel | : | Mengenai Apologetika |
Pengarang | : | Peter Kreeft dan Ronald K. Tacelli |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2006 |
Halaman | : | 23 -- 31 |
MENGENAI APOLOGETIKA
Jawaban-Jawaban terhadap Keberatan-Keberatan dalam Melakukan Apologetik.
Kebanyakan orang tidak senang atau mengabaikan apologetik karena hal itu tampaknya bersifat terlalu intelektual, abstrak, dan rasional. Mereka mengemukakan bahwa kehidupan, kasih, moralitas, dan kekudusan itu jauh lebih penting daripada akal.
Mereka yang memiliki pola berpikir sedemikian memang benar; namun mereka tidak sempat memperhatikan bahwa sebenarnya mereka pun sedang terlibat dalam proses berpikir. Kita tak dapat menghindar dari hal ini. Yang hanya dapat kita hindari adalah melakukannya secara baik. Selain itu, akal itu sebenarnya adalah sahabat, bukan musuh iman dan menjadi sahabat kekudusan, karena akal itu adalah jalan menuju kebenaran, dan kekudusan berarti mengasihi Allah yang adalah Kebenaran.
Bukan hanya berpikir secara apologetik mengantar seseorang kepada iman dan kekudusan, melainkan iman dan kekudusan juga mengantar kepada berpikir secara apologetik. Karena kekudusan berarti mengasihi Allah, dan mengasihi Allah berarti menaati kehendak Allah, dan kehendak Allah bagi kita adalah mengenal Dia dan "siap sedia memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu" (1 Ptr. 3:15).
Akhirnya, fakta bahwa apologetik tidak sepenting seperti kasih tidak berarti bahwa apologetik itu tidak sangat, sangat penting. Fakta bahwa kesehatan tidak sepenting seperti hikmat tidak berarti bahwa kesehatan itu tidak sangat penting - misalnya jauh lebih penting cari uang.
Seluruh argumentasi yang dikemukakan dalam buku ini, dan di dalam buku-buku lain mengenai apologetik yang pernah ditulis, kurang nilainya di hadapan Allah dibandingkan dengan perbuatan kasih kepadanya atau kepada sesama Anda. Tetapi walaupun salah satu dari argumentasi ini sangat baik, argumentasi itu sendiri memiliki nilai yang melebihi nilai uang yang Anda belanjakan.
Sebuah alasan lain yang lebih dalam mengapa sebagian orang tidak menyenangi hal berpikir secara apologetik adalah karena mereka memutuskan untuk percaya atau tidak dengan hati mereka ketimbang dengan kepala mereka. Bahkan argumentasi yang paling sempurna pun tidak menggerakkan hati orang seperti emosi, keinginan, dan pengalaman nyata. Kebanyakan dari kita mengetahui bahwa hati kita, bukan kepala kita, yang menjadi pusat kita. Tetapi apologetik masuk sampai ke hati kita melalui kepala kita. Kepala itu sangat penting karena berfungsi menjadi pintu yang menuju ke hati. Kita hanya akan dapat mengasihi apa yang kita kenal atau ketahui.
Selanjutnya, akal itu minimal memiliki kuasa untuk memveto. Kita tak dapat mempercayai sesuatu yang kita ketahui tidak benar, dan kita tak dapat mengasihi sesuatu yang kita percayai tidak nyata. Argumentasi- argumentasi mungkin tidak akan mengantar Anda kepada iman, tetapi pasti hal-hal itu dapat menjauhkan Anda dari iman. Karena itu kita harus terjun dan ikut serta dalam peperangan argumentasi ini.
Argumentasi-argumentasi dapat mengantar Anda kepada iman, sama seperti sebuah mobil dapat mengantar Anda ke tepi pantai. Mobil itu rak yang dapat berenang; Anda harus meloncat masuk ke dalam air untuk dapat berenang. Namun Anda tak dapat meloncat ke dalam air apabila Anda berada ratusan kilometer dari pantai laut. Anda pertama-tama membutuhkan mobil yang akan membawa Anda ke tempat di mana Anda dapat membuat loncatan iman ke dalam air laut. Iman adalah sebuah loncatan, namun itu adalah loncatan dalam terang, bukan dalam kegelapan.
Kepala itu laksana seorang navigator kapal. Hati itu laksana kapten kapal. (Yang dimaksud Kitab Suci dengan "hati" lebih dekat dengan "kehendak" daripada "perasaan".) Keduanya penting. Masing-masing saling menaati satu dengan yang lain dengan cara yang berbeda.
Alasan-Alasan untuk Melakukan Apologetik
Alasan pertama, bagi orang Kristen adalah karena ketaatan kepada kehendak Allah yang dinyatakan dalam firman-Nya. Penolakan untuk memberi pertanggungjawaban (alasan) bagi iman merupakan ketidaktaatan kepada Allah. Sekurang-kurangnya ada dua alasan praktis mengapa kita melakukan apologetik, yaitu: untuk meyakinkan orang tidak percaya dan untuk mengajar dan membangun orang percaya.
Kalaupun tak ada orang tak percaya yang perlu diyakinkan, kita masih harus memberikan pertanggungjawaban atas iman kita, karena iman itu tidak berdiri sendiri, melainkan menghasilkan atasan- atasan sama seperti iman itu menghasilkan perbuatan baik. Iman itu mendidik akal dan akal memeriksa isi dari "iman yang telah disampaikan kepada orang- orang kudus" (Yud. 3).
Selain itu, iman bagi orang Kristen adalah iman kepada Allah yang adalah kasih, Kekasih jiwa kita, dan Yang kita kasihi; dan semakin hati kita mengasihi seseorang, semakin besar keinginan pikiran kita untuk mengenal pribadi yang kita kasihi itu. Iman dengan sendirinya mengantar kepada akal melalui perantaraan kasih. Jadi iman itu mengantar kepada akal, dan akal mengantar kepada iman - itulah yang ingin diperlihatkan oleh buku ini. Demikianlah akal dan iman adalah sahabat, sekawan, pasangan, partner.
Apologetik itu juga dapat diumpamakan seperti peperangan karena iman dan akal sebagai dua sahabat itu memiliki musuhmusuh yang sama. Argumentasi-argumentasi apologetik adalah seumpama perlengkapan peperangan. Perhatikan bagaimana Paulus menjelaskan tentang peperangan rohani di mana apologetik itu juga turut terlibat:
"Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merobohkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Kor. 10:3-5).
Dalam peperangan ini kita mempertahankan iman maupun akal, karena akal adalah sahabat kebenaran, dan ketiadaan iman itu adalah ketiadaan kebenaran. Dalam mempertahankan iman, kita menguasai kembali teritorial pikiran yang kita miliki, atau yang menjadi milik Allah. Seluruh teritorial itu adalah milik Allah. Sebagaimana yang dikatakan Arthur Holmes, "Seluruh kebenaran adalah kebenaran Allah."
Namun peperangan itu adalah untuk melawan ketidakpercayaan, bukan untuk melawan orang tidak percaya, sama seperti insulin yang diperuntukkan bagi penyakit diabetes, bukannya untuk penderita diabetes. Sasaran dari apologetik bukanlah kemenangan, melainkan kebenaran. Kedua pihak akan menang. Ucapan Abraham Lincoln juga dapat diterapkan kepada argumentasi apologetik: "Cara yang terbaik untuk dapat mengalahkan musuh Anda adalah menjadikannya teman Anda."
Kami mengundang para kritik!ts, mereka yang skeptis, untuk berdialog dengan kami dan menulis kepada kami - demi mewujudkan kebersamaan dalam mencari kebenaran, dan demi untuk (kurang penting) memperbaiki edisi-edisi masa depan buku ini. Salah satu dari beberapa hal dalam kehidupan ini yang tak dapat membahayakan kita, adalah mencari kebenaran itu secara jujur.
Mengenai Metodologi
Suatu pendahuluan atau perkenalan kepada apologetik biasanya membahas mengenai metodologi. Namun kami tidak melakukan hal ini. Kami percaya bahwa dewasa ini pertanyaan-pertanyaan yang sekunder mengenai metodologi sering menyelewengkan perhatian kita dari pertanyaan- pertanyaan primer mengenai kebenaran. Tujuan kami adalah "kembali kepada hal-hal dasar". Kami tidak memiliki kapak metodologi khusus untuk menebang. Kami coba menggunakan standar- standar rasionalitas yang masuk akal dan prinsip-prinsip logika yang diterima secara universal dalam pembahasan-pembahasan kami. Kami mengumpulkan dan mempertajam argumentasi-argumentasi seperti orang-orang yang senang koleksi batu-batu permata berharga yang mengumpulkan dan kemudian memoles batu-batu itu supaya kelihatan lebih indah; para pembaca dapat menyusunnya sesuai dengan berbagai situasi atau latar belakang mereka sendiri.
Namun kami harus menyampaikan satu hal mengenai metodologi, yaitu: bagaimana untuk tidak menggunakan buku [bahan] ini.
Kami telah mengatakan bahwa argumentasi-argumentasi apologetik adalah seperti perlengkapan perang. Ini merupakan metafora yang berbahaya, karena perlengkapan perang ini tak pernah digunakan untuk memukul kepala orang. Argumentasi adalah kegiatan manusia yang merupakan bagian dari konteks sosial dan psikologis yang lebih luas. Konteks ini mencakup: (1) jiwa seutuhnya (psyche) dari dua orang yang terlibat dalam suatu kegiatan dialog, (2) hubungan antara dua orang, (3) situasi di mana mereka sendiri sedang berada, dan (4) situasi sosial, kultural, dan historikal yang lebih luas di sekitar mereka. Bahkan faktor-faktor nasional, politik, rasial, dan seksual pun mempengaruhi situasi apologetis. Seseorang tidak boleh menggunakan argumentasi- argumentasi sama yang digunakan dalam berdiskusi dengan wanita India ketika berhadapan dengan seorang remaja Afrika-Amerika dari Los Angeles.
Dengan perkataan lain, walaupun argumentasi-argumentasi itu adalah senjata-senjata, fungsinya lebih menyerupai sebuah pedang daripada sebuah bom. Kita ketahui bahwa bom tidak akan mempedulikan sasarannya. Juga tidak perlu banyak menjadi masalah tentang siapa yang menjatuhkan bom itu. Namun untuk sebuah pedang, sangat penting sekali siapa yang mengayunkannya, karena pedang itu adalah kepanjangan tangan dari orang yang memegangnya. Demikian pula, sebuah argumentasi dalam apologetik, bila benar-benar digunakan dalam dialog, merupakan kepanjangan tangan dari orang yang terlibat dalam argumentasi itu. Nada suara, kesungguhan, kepedulian, perhatian, sikap main mendengar, dan menghargai dari orang yang berargumentasi sangat penting dan menentukan seperti logikanya, bahkan terkadang lebih penting. Dunia ini dapat dimenangkan bagi Kristus bukan melalui argumentasi- argumentasi, melainkan melalui kekudusan: "Ucapan Anda terdengar sedemikian nyaring sehingga saya hampir tak dapat mendengarkan apa yang Anda katakan."
Kebutuhan Akan Apologetik Dewasa Ini
Apologetik secara khusus sangat dibutuhkan dewasa ini, khususnya di saat dunia sedang diperhadapkan pada tiga persimpangan jalan dan berbagai krisis.
Peradaban Barat untuk pertama kalinya dalam sejarah sedang menghadapi bahaya sekarat. Alasannya bersifat spiritual. Peradabannya sedang kehilangan kehidupannya, jiwanya; dan jiwa yang dimaksud adalah iman Kristen. Infeksi yang sedang mematikannya bukan multikulturalisme kemajemukan budaya atau agama dan kepercayan lain - melainkan monokulturalisme sekularisme - ketiadaan iman, ketiadaan jiwa. Abad kita ini ditandai oleh pembasmian kelompok orang tertentu, kekacauan seksual, dan penyembahan uang. Apabila para nabi tidak mengucapkan kebohongan, maka kita akan mengalami kehancuran, kecuali jika kita bertobat dan "memutar kembali jarum jamnya" (bukan secara teknologi, melainkan secara spiritual). Gereja Yesus Kristus tidak akan pernah mati, namun peradaban kita bisa mati. Apabila pintu-pintu neraka tidak akan dapat menguasai gereja, maka dunia ini pun pasti tidak akan bisa melakukannya. Kami melaksanakan apologetik bukan untuk menyelamatkan gereja, melainkan untuk menyelamatkan dunia.
Kita bukan hanya sedang nenghadapi krisis kultural dan kemasyarakatan, melainkan kita pun sedang berada di tengah krisis filosofis dan intelektual. Krisis yang kita sedang hadapi adalah "krisis kebenaran". Ide mengenai kebenaran objektif semakin diabaikan, ditinggalkan atau diserang - bukan hanya dari sisi praktis, melainkan juga dari sisi teoritis, secara langsung dan terbuka, terutama oleh lembaga-lembaga pendidikan dan media, yang membentuk pikiran-pikiran kita.
Hal yang terakhir, tingkat yang terdalam dari krisis yang kita hadapi bukanlah bersifat kultural atau intelektual, melainkan spiritual. Yang dipertaruhkan adalah jiwa-jiwa manusia, lelaki maupun wanita yang baginya Kristus telah mati. Sebagian orang berpikir bahwa hari kiamat telah dekat. Kami bersikap skeptis terhadap ramalan seperti itu, namun kami mengetahui satu hal yang pasti: setiap orang sedang mendekati ajalnya, kematian dan hukuman kekal setiap hari. Peradaban kita bisa saja bertahan lagi sampai satu abad lagi, tetapi Anda sendiri tidak akan dapat bertahan. Anda segera akan menghadap Tuhan tanpa dapat menyembunyikan sesuatu. Sebaiknya Anda mulai belajar mengasihi dan mencari terang itu selama masih ada kesempatan, supaya Anda akan menikmati sukacita dan bukan ketakutan untuk selama-lamanya. Adalah hal yang tak sesuai dewasa ini untuk menulis hal-hal seperti ini pada masa kini -- suatu kenyataan yang berbicara banyak sekali tentang kesehatan spiritual dari masa gaya burung unta yang sedang kita hadapi ini.
Kekristenan Belaka atau Ortodoks
Kami membatasi diri kami dalam buku ini pada kepercayaan kepercayaan inti yang dikenal oleh seluruh orang Kristen ortodoks - yang disebut oleh C.S. Lewis "Kekristenan Belaka". Istilah belaka tidak diartikan sesuatu "denominasi yang terendah" yang abstrak, melainkan menunjukkan intisari atau pokok iman seperti yang disimpulkan dalam Pengakuan Iman Rasuli. Intisari pengajaran yang kuno dan tak berubah ini telah mempersatukan orang-orang, percaya yang berbeda-beda satu dengan yang lain dan telah dipergunakan pula untuk menentang orang yang tidak percaya yang berada di banyak gereja dan denominasi maupun yang berada di luar. Para teolog liberal (atau modernis, atau demytologis atau revisionis) tidak akan senang dengan buku ini, terutama tentang argumentasi- argumentasinya mengenai mukjizat-mukjizat, keabsahan Kitab Suci, realita kebangkitan, keilahian Kristus, dan realita mengenai surga dan neraka. Kami mengundang mereka untuk bergabung bersama-sama dengan mereka yang mengaku diri bukan orang-orang percaya untuk coba mengemukakan sanggahan-sanggahan terhadap argumentasi- argumentasi ini. Kami juga mengundang mereka untuk mulai mempraktekkan "pemberian label kebenaran" yang lebih akurat dalam menjelaskan posisi mereka sendiri.
Para pembaca liberal mungkin akan mencap buku ini sebagai buku "konservatif" atau "sayap kanan". Istilah-istilah itu tidak tepat atau tak cocok.
Istilah "konservatif" yang berlawanan dengan "progresif", mengacu kepada sesuatu dalam waktu dan sejarah, bukan kebenaran-kebenaran kekal, melainkan pendapat-pendapat atau cara-cara masa lampau yang bertentangan dengan mash depan. Sesuatu yang "progresif" pada suatu waktu dapat menjadi "konservatif" pada waktu yang lain. Pertanyaan apakah Allah, surga, atau mukjizat-mukjizat ada merupakan pertanyaan yang tidak menyangkut pendapat-pendapat yang terikat dengan waktu, melainkan menyangkut realita-realita yang tidak berubah.
Istilah "sayap kanan" mengacu kepada orientasi politik. pasca Revolusi Perancis, yang bertentangan dengan "sayap kiri" (kira-kira sosialis), yang sama sekali tak ada kaitannya dengan apologetik Kristen. Kebenaran atau kekeliruan sosialisme dalam politik tak ada kaitannya dengan eksistensi atau noneksistensi Allah.
Istilah teologis yang tepat bagi mereka yang menamakan diri teolog "liberal" atau "sayap kiri" atau "progresif" adalah "heretik". Secara definisi, seorang heretik adalah seorang yang menyeleweng atau meninggalkan doktrin yang esensial (dari istilah Yunani haireomai yang berarti "memilih sendiri"). Oleh karena kebanyakan kaum heretik masa kini tidak lagi percaya kepada pokok-pokok doktrin esensial, maka mereka tidak menerima label ini.
Keberatan yang mereka kemukakan masih memiliki bobot karena gereja pernah ternoda oleh Peristiwa Inquisisi, di mana gereja melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan kaurri liberal yaitu: mengacaukan ajaran sesat dengan orang-orang sesat. Peristiwa Inquisisi Spanyol keliru menghancurkan orang-orang heretik demi untuk dengan benar menghancurkan ajaran heretik; kaum "liberal" modern keliru mengasihi ajaran heretik demi untuk dengan benar mengasihi kawan heretik.
Apologetik bertujuan membela kekristenan ortodoks. Para penyeleweng dari kebenaran tidak senang berapologetik untuk kekristenan ortodoks karena mereka tidak mempercayai kekristenan ortodoks itu. Mereka lebih senang meminta maaf untuk itu, daripada berupaya membelanya.
Pelajaran 01 | Pertanyaan 01 | Referensi 01b
Nama Kursus | : | Dasar Pengajaran Alkitab |
Nama Pelajaran | : | Alkitab |
Kode Referensi | : | DPA-R01a |
Referensi DPA-R01a diambil dari:
Judul Buku | : | Bibliografi Doktrin Alkitab |
Penulis | : | Trivena Ambarsari |
Penerbit | : | Momentum, Surabaya, 2002 |
Halaman | : | 5 - 27 |
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar di segala bidang, tak terkecuali publikasi. Buku dan karya tulis semakin banyak dan cepat diproduksi. Dengan mudah kita dapat menemukan ratusan judul buku untuk satu bidang tertentu, misalnya kedokteran atau psikologi. Buku sudah menjadi bagian hidup manusia. Buku, majalah atau koran tersebut mungkin menambah pengetahuan kita, bahkan mungkin tingkah laku kita juga berubah setelah membacanya; misalnya kita semakin waspada terhadap makan kita, setelah membaca artikel bahwa makanan sangat mempengaruhi kesehatan kita. Tetapi dengan bergantinya jaman, buku- buku tersebut juga turut berganti. Ada yang lengser karena salah, kuno atau perlu direvisi supaya dapat mengikuti perkembangan jaman.
Di antara jutaan buku tersebut, adakah buku yang menjelaskan dengan tuntas hal-hal terpenting yang kita butuhkan dalam hidup ini? Adakah buku yang dengan tepat menceritakan asal-usul kita, memberitahu kita tentang tujuan hidup di bumi ini dan kemanakah kita akan pergi setelah kehidupan ini berakhir? Hanya ada satu buku yang menjelaskan semua itu secara berkuasa dan tidak pernah menjadi usang bagi manusia di bumi ini, yaitu Alkitab.
Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering dan bunga gugur tetapi Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya. (1 Ptr 1:24-25a)
APAKAH ALKITAB ITU
Keberadaan Allah yang Mahakudus tak mungkin dihampiri manusia berdosa, akibatnya manusia tidak akan pernah dapat menemukan Allah Sejati. Oleh karena kasih-Nya, Allah telah berinisiatif untuk menyatakan diri-Nya dikenali oleh manusia.
Semenjak dunia ini diciptakan, Allah senantiasa menyatakan diri-Nya kepada manusia, baik melalui Wahyu Umum, maupun Wahyu Khusus. Alkitab merupakan wahyu khusus Allah. Wahyu (revelation/ penyataan) berasal dari kata Latin "revelatio" yang berarti menampakkan sesuatu yang tadinya tersembunyi' jadi pewahyuan merupakan berbagai tindakan dan cara Allah menyatakan diri-Nya.
Wahyu Umum
Wahyu Umum berarti Allah menyatakan diri-Nya secara umum (kepada semua orang) melalui alam semesta, sejarah dunia ini, serta hati nurani manusia - di mana semua manusia seharusnya dapat melihat bahwa Allah itu ada. Alam semesta bagaikan cermin yang memantulkan kemuliaan Allah, Sang Pencipta. Sehingga sebenarnya tak seorang pun yang dapat mengatakan bahwa Allah itu tidak ada, kecuali orang bebal yang bodoh (Maz 14: 1; Rom 1: 18-23). Sedangkan bagi mereka yang terbuka hati dan pikirannya, kemuliaan Allah nyata dengan begitu ajaib - mulai dari ribuan juta benda angkasa yang berada di alam semesta hingga partikel- partikel penyusun atom yang terdiri dari molekul terkecil. Sungguh Allah yang luar biasa, dan Ia benar-benar ada!
Wahyu Khusus
Wahyu Khusus berarti Allah menyatakan diri-Nya secara Khusus , hanya kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya saja, melalui Alkitab dan Kristus. Tujuan dari Wahyu Khusus ini adalah membawa orang kepada pengenalan yang lebih mendalam tentag Allah dan mendapatkan keselamatan (Yoh 20:30-31). Wahyu Khusus ini bersifat supranatural (melampaui jangkauan pemahaman rasio manusia) dan progresif (tidak diberikan sekaligus, tetapi di berikan secara bertahap dan semakin lanjut semakin lebih jelas). (Ibrani 1:1-2a)
ALKITAB SEBAGAI WAHYU ALLAH
Diantara jutaan buku-buku yang ada di dunia ini, bagaimanakah kita dapat meyakini bahwa Alkitab adalah benar-benar Firman Allah dan bukan sekedar buku biasa? Ternyata Alkitab memiliki beberapa keunikan yang membuktikan bahwa hanya Allah saja yang dapat melakukan hal itu.
Keunikan Sejarah
Keseluruhan Alkitab terdiri dari 66 kitab, yaitu 39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru. Kitab yang pertama ditulis mulai sejak sekitar tahun 1400 sebelum Masehi, oleh nabi Musa. Sedangkan kitab terakhir ditulis sekitar tahun 100 Masehi. Berarti jarak waktu penulisannya adalah sekitar 1500 tahun. Meskipun demikian, topik utama pembahasan dalam Alkitab tetap konsisten dan tidak memerlukan perbaikan atau perubahan apapun untuk tetap benar di tengah perkembangan jaman sekarang ini. Sungguh ajaib bukan! Tanpa campur tangan Allah, tidak mungkin ada karya tulis seperti itu, yang dapat melintasi ruang dan waktu sedemikian panjang dengan tetap benar. Dapat dibayangkan betapa janggal dan sulit untuk memadukan karya ilmiah atau sastra dari jaman tahun 900 dengan karya ilmiah atau sastra di zaman modern, abad 21 ini. Sekalipun sepanjang jaman Alkitab merupakan kitab yang paling dibenci oleh banyak orang dan selalu ada upaya untuk menghancurkannya, ternyata hingga hari ini Alkitab masih tetap ada, dan bahkan merupakan buku yang paling laris dibeli orang.
Keunikan Arkeologi
Meskipun Alkitab mencatat 1 tentang mujizat-mujizat yang luar biasa tentang kebangkitan orang mati, kesembuhan, pengusiran setan dan lain- lainnya, kita tetap memerlukan bukti-bukti arkeologi untuk menentukan kebenaran peristiwa-peristiwa sejarah yang tercantum di dalamnya. Mujizat-mujizat yang tercatat dalam Kitab suci tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, karena sifatnya yang khusus (baca: ajaib, melampaui rasio manusia); namun data-data mengenai orang, tempat, dan peristiwa yang disebutkan oleh Alkitab tetap harus dapat diselidiki secara arkeologis. Dan ternyata memang penemuan arkeologi banyak membuktikan kebenaran hal sejarah dan geografi yang dicatat oleh Alkitab, misalnya penemuan di Tell Mardikh yang berupa sekitar 15.000 lempengan tanah liat yang beberapa diantaranya bila diterjemahkan menyebutkan tentang kota Sodom dan Gomora. Bahkan Sir William Ramsay yang begitu menentang Alkitab, setelah 30 tahun menyelidiki dan melihat sendiri bukti-bukti arkeologi yang memaparkan kebenaran Alkitab, akhirnya ia bertobat dan percaya kepada Alkitab, baginya Alkitab adalah kitab yang terakurat.
Jikalau penulis Alkitab memberikan data sejarah yang tidak tepat, tentunya orang akan meragukan apakah Alkitab layak dipercayai dalam hal-hal yang tidak dapat dibuktikan (misalnya: mujizat, eksistensi Allah yang tidak kelihatan secara fisik). Sebaliknya, jika para penulis Alkitab itu akurat dalam memberitakan hal-hal yang telah terjadi, maka tentunya mereka tidak dapat diabaikan begitu saja apabila mereka menyebutkan hal-hal yang luar biasa.
Pelajaran 01 | Pertanyaan 01 | Referensi 01a
Nama Kursus | : | Dasar Pengajaran Alkitab |
Nama Pelajaran | : | Alkitab |
Kode Referensi | : | DPA-R01b |
Referensi DPA-R01b diambil dari:
Judul Buku | : | Mengenal Alkitab Anda |
Disusun dan disunting | : | Daud H. Soesilo |
Penerbit | : | Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002 |
Halaman | : | 13 - 22 |
Kitab-kitab dari Alkitab dikumpulkan secara bertahap dalam kurun waktu kurang-lebih 1500 tahun. Penulisannya oleh orang-orang yang berbeda, dalam berbagai bahasa (Ibrani, Aram dan Yunani) serta di tempat yang berbeda juga (Mesopotamia, Babilonia, Mesir, Palestina, Roma dan Yunani).
Kanonisasi berasal dari kata Yunani "kanon " yang berarti ukuran/patokan (bnd. Gal. 6:16; 2Kor. 10:13, 15-16). Prosesnya sendiri cukup rumit dan memakan waktu yang lama. Arti umum Kanon Alkitab adalah kumpulan atau daftar kitab-kitab/buku-buku yang diakui sebagai patokan iman dan pelaksanaannya. Adapun rintisan kanonisasi tersebut dapat dilihat dari dalam Alkitab itu sendiri, misalnya dalam Ul. 4:12; 12:32; Yer. 26:2; Ams. 30:6; Pkh. 3:14; 2Ptr. 3:15-16; Why. 22:6-8,18- 19.
Jadi, kanonisasi Alkitab adalah pengakuan pada buku-buku yang benar- benar merupakan bagian dari Kitab Suci - yakni yang diilhami oleh Allah, dan pengesahannya sebagai kumpulan tulisan suci yaitu Firman Allah dalam bahasa manusia, karena di dalamnya dimuat Sabda Allah yang tertulis. Sabda inilah yang menyatakan kasih Allah dan kehendak Allah yang bermanfaat bagi umat manusia di segala zaman.
Bagian ini sebenarnya adalah Kitab Suci umat Yahudi yang disampaikan, ditulis dan dihimpun dalam waktu lebih dari 1000 tahun. Semuanya ditulis dalam bahasa Ibrani kecuali sebagian buku Daniel (2:4-7:28) dan sebagian buku Ezra (4:8-6:18; 7:12-26), yang ditulis dalam bahasa Aram. (Bahasa Aram adalah bahasa resmi pada masa kejayaan Kerajaan Persia.)
Pada mulanya kisah-kisah mengenai Allah dan hubungan-Nya dengan umat Israel disampaikan dari mulut ke mulut. Baru sekitar tahun 1200-1000 S.M. kisah-kisah itu mulai dituliskan. Sekitar 600 tahun S.M. Buku Ulangan dijadikan norma pelaksanaan keagamaan, yaitu dalam rangkaian pembaruan-pembaruan yang diadakan oleh Raja Yosia (2 Raj. 22-23). Sekitar tahun 400 S.M. Taurat atau "Kelima Buku Musa" (bhs. Yunani "Pentateukh") diterima sebagai tulisan suci. Buku Nabi-nabi diterima sebagai tulisan suci antara tahun 400 sampai 200 S.M. Buku-buku lain yang berisi puisi, pengajaran, nubuatan, dan sejarah diterima sebagai tulisan suci menjelang zaman Perjanjian Baru. Walaupun begitu pada waktu itu masih ada buku-buku yang diragukan kewibawaannya sebagai tulisan suci, antara lain Pengkhotbah, Ester, Yehezkiel dan Kidung Agung.
Demikianlah Kanon Ibrani terus bertambah; akan tetapi setelah jatuhnya kota Yerusalem ke dalam tangan musuh kurang lebih tahun 70 Tarikh Masehi, kecenderungan Kanon Ibrani adalah membatasi tulisan-tulisan yang diterima sebagai Kitab Suci.
Selanjutnya sekitar tahun 90, guru-guru agama Yahudi di bawah pimpinan Johannan ben Zakkai mengadakan sidang di Jamnia (Jabneh). Mereka meninjau, menimbang tulisan-tulisan itu, dan membakukan Kitab Suci mereka. Mereka memutuskan untuk menerima 39 buku yang merupakan Kitab Suci, serta menolak buku-buku tambahan yang dimuat dalam Septuaginta, yaitu terjemahan pertama Kitab Suci ke dalam bahasa Yunani. Buku-buku tambahan ini aslinya tidak ditulis dalam bahasa Ibrani tetapi Yunani. Buku-buku inilah kemudian dikenal dengan sebutan Deuterokanonika - artinya 'kanon kedua' - yang terdiri dari: Tobit, Yudit, Tambahan- tambahan pada Buku Ester, Kebijaksanaan Salomo, Yesus anak Sirakh, Barukh, Surat Nabi Yeremia, Tambahan-tambahan pada Buku Daniel, serta 1 Makabe dan 2 Makabe.
Berdasarkan kata-kata Paulus tentang dua perjanjian, umat Kristiani menyebut ke-39 buku dalam Kanon Ibrani ini Perjanjian Lama, karena bagian ini berisi perjanjian Allah khususnya dengan Abraham dan keturunannya. Ini untuk membedakannya dari Perjanjian Baru, yang merupakan perjanjian yang diperbarui antara Allah dengan semua orang, yaitu melalui pribadi Yesus Kristus. Memang Perjanjian Lama sudah dipakai pada zaman rasul-rasul dan dalam kebaktian-kebaktian Kristiani. Perjanjian Lama dianggap penting dalam hubungannya dengan Kristus dan pekerjaan-Nya. Penting juga dicatat bahwa Perjanjian Lama adalah Alkitab Yesus Kristus - ajaran Yesus didasarkan pada Perjanjian Lama, dan Yesus menyatakan bahwa nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama digenapi dalam diri-Nya.
Pada awal abad ke-3, Bapa-bapa Gereja mulai membedakan buku-buku Deuterokanonika dari ke-39 buku Perjanjian Lama, tetapi mereka masih memakai keduanya. Pada abad ke-4 sampai dengan abad pertengahan, dalam Sidang-sidang Gereja setempat, mula-mula dimasukkan 39 buku Perjanjian Lama, 27 buku Perjanjian Baru, dan Buku-buku Deuterokanonika dalam kanon Alkitab. Walaupun seorang Bapa Gereja yang bernama Jerome tidak menyetujui bahwa buku-buku Deuterokanonika adalah tulisan suci, tetapi secara tradisi pemakaian buku-buku itu berjalan terus.
Setelah Reformasi, Gereja Protestan menolak buku-buku Deuterokanonika yang mereka sebut sebagai Apokripa - artinya 'tersembunyi'. Sebaliknya Gereja Roma Katolik pada Sidang Gereja (Konsili) di Trent tahun 1546 menentukan satu daftar buku-buku yang termasuk kanon, termasuk di dalamnya buku-buku Deuterokanonika. Sedangkan Gereja Yunani Ortodoks pada Sidang Sinode di Yerusalem tahun 1672 menerima buku-buku yang diperdebatkan itu, sedang Barukh, 1 Makabe dan 2 Makabe ditolak. (Patut dicatat bahwa penulis-penulis Perjanjian Baru mengutip 38 dari ke-39 buku Perjanjian Lama. Tetapi penulis-penulis Perjanjian Baru tidak mengutip dari Deuterokanonika.)
Pembagian Perjanjian Lama dalam Teks Ibrani
Sebenarnya ke-39 buku Perjanjian Lama itu menurut Kanon Ibrani hanyalah 24 buku. Berbeda dari urutan ke-39 buku Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristiani, ke-24 buku dalam naskah Ibrani dikelompokkan dalam 3 bagian. Sebenarnya perbedaan ini bukanlah perbedaan isinya, melainkan sekadar perbedaan penghitungan dan pengelompokkannya. Pada umumnya Alkitab Kristiani mengikuti apa yang disebut Kanon Yunani (dikenal juga dengan sebutan Kanon Alexandria) yang dikelompokkan dalam 4 bagian. Berikut ini disampaikan pengelompokkan menurut Kanon Ibrani dan Kanon Yunani:
Kanon Ibrani:
Kanon Yunani
Taurat
Seringkali bagian ini disebut Pentateukh. Bagian ini merupakan dasar Alkitab Ibrani, dan tidak ada perbedaan pengelompokkan antara Kanon Ibrani dan Kanon Yunani.
Berisi: peraturan-peraturan mengenai tingkah laku hidup, cara ibadah yang sesuai dengan kehendak Allah, serta asal-usul bangsa Israel.
Nabi-nabi:
"Nabi-nabi Terdahulu" memuat lebih banyak sejarah. "Nabi-nabi Terkemudian" lebih banyak memuat nubuatan-nubuatan, sebab itu dalam Kanon Yunani digolongkan 'Nubuat'. "Nabi-nabi Besar" dan "Nabi-nabi Kecil" bukan menyatakan perbedaan status kenabian mereka, melainkan sekadar perbedaan besar dan kecilnya buku, yaitu banyak dan sedikitnya tulisan dalam buku itu; yang lebih banyak disebut "Nabi- nabi Besar", yang lebih sedikit disebut "Nabi-nabi Kecil".
Berisi: sejarah bersatunya 12 suku bangsa Israel dan pemberitaan- pemberitaan (nubuatan-nubuatan) dari Allah agar mereka kembali pada jalan yang ditentukan Allah.
Kitab-kitab:
Sering juga bagian ini disebut Hagiographa. Kelompok ini dibagi dalam Kanon Yunani menurut jenisnya: Mazmur, Amsal, Ayub dan Kidung Agung dikelompokkan sebagai 'Sastra'; Rut, Ester, Ezra-Nehemia dan Tawarikh dikelompokkan 'Sejarah'; sedang Ratapan dan Daniel dikelompokkan 'Nubuat'.
Berisi: puisi dan kidung/nyanyian, nasihat-nasihat untuk hidup, filsafat, dan sejarah.
Bagian ini adalah tulisan suci umat Kristiani yang ditulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umat Kristiani yang baru mengenal Kristus dan ajaran-Nya, dan untuk menentang ajaran-ajaran yang salah. Mulanya orang-orang Kristiani melanjutkan kebiasaan membaca dari Perjanjian Lama. Pengikut-pengikut Yesus yang mengenal Yesus semasa hidup-Nya dapat mengisahkan riwayat Yesus dan ajaran-Nya. Tetapi setelah rasul-rasul Yesus meninggal dunia, tulisan-tulisan mengenai Yesus dan ajaran-Nya makin bertambah peranannya.
Buku-buku yang termasuk dalam Perjanjian Baru ini, ditulis dalam jangka waktu kurang lebih 60 tahun dan ditulis dalam bahasa Yunani Koine yaitu bahasa Yunani sehari-hari (bukan bahasa sastra). Dengan demikian Perjanjian Baru melengkapi Perjanjian Lama yaitu dengan memberikan panduan tentang bagaimana membentuk gereja, petunjuk- petunjuk mengenai ajaran-ajaran dan patokan kepercayaan gereja. Dengan demikian Alkitab Kristiani sekarang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjajian Baru.
Seperti halnya Kanon Ibrani, Perjanjian Baru pun dikanonkan dengan tujuan yang sama. Surat-surat Paulus telah dipakai dalam kebaktian- kebaktian jemaat dan dibacakan sebagai khotbah. Pada tahun 95 Masehi surat-surat ini dikumpulkan dan menjadi bagian yang baku dalam kebaktian-kebaktian jemaat, begitu juga dengan Kisah Rasul-rasul. Surat Yakobus, Petrus, Yohanes, dan Yudas yang juga dipakai dalam kebaktian-kebaktian jemaat, ditambahkan pada surat-surat Paulus dan menjadi satu kumpulan surat pada tahun 100-105.
Sementara itu kisah dari mulut ke mulut tentang Yesus Kristus dituliskan antara tahun 70-100. Injil Markus, Matius dan Lukas-yang disebut Injil Sinoptik-ditulis lebih awal daripada Injil Yohanes. Injil (b. Yunani "euanggelion" yang artinya Kabar Baik) sudah banyak dipakai oleh masyarakat Kristiani. Ke-4 Injil itu dikumpulkan dan dibakukan pada tahun 150. Akhirnya pada tahun 180, Injil dan surat- surat digabungkan menjadi satu pengakuan kepercayaan dan sumber iman Kristiani.
Saat itu juga beredar tulisan-tulisan lain dalam bahasa Yunani seperti: 1 Clement, Surat Barnabas, Hermas, Didakhe/Ajaran 12 Rasul, Surat-surat Ignatius dan Polycarpus. (Catatan: Injil Barnabas yang sering dianggap "menghebohkan", ternyata tidak termasuk dalam tulisan- tulisan lain ini karena baru ditulis sekitar abad 13-16 M. Naskah aslinya ada yang ditulis dalam bahasa Italia dan ada juga yang ditulis dalam bahasa Spanyol.)
Kejadian-kejadian berikut ini telah mendorong Kanonisasi Perjanjian Baru. Pada tahun 140, seorang guru yang berpengaruh bernama Marcion membuat suatu daftar yang memuat buku-buku yang menurut ukurannya sendiri "suci"-yaitu Injil Lukas dan sejumlah Surat Paulus. Marcion menolak semua buku Perjanjian Lama karena berlatar belakang Yahudi dan tidak bersangkut-paut dengan kekristenan. Kejadian ini menyebabkan pemimpin-pemimpin gereja menyadari akan kebutuhan satu daftar yang diakui dan disahkan oleh gereja.
Pada akhir abad kedua terdapat beberapa Kanon antara lain dari Irenaeus, Muratorian, Tertullian dan Clement dari Alexandria yang merupakan daftar sementara dari buku-buku yang diilhami. Walau demikian, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes, Yakobus, Yudas, lbrani dan Wahyu masih dipermasalahkan kewibawaannya sebagai tulisan suci.
Pada tahun 200, untuk menghadapi tantangan suatu ajaran sesat Gnostik (ajaran yang menekankan bahwa pengetahuan akan kebenaran rohani adalah pengetahuan yang dirahasiakan dan hanya mereka yang mengetahui akan diselamatkan), gereja menentukan bahwa buku-buku yang diilhami adalah:
Pada awal abad ke-3, seorang imam dan pakar Alkitab yang bernama Origen memperjelas keadaan dengan menggolongkan buku-buku sebagai berikut:
Kemudian Eusebius membuat daftar yang makin mendekati Perjanjian Baru kita yang sekarang ini. Akhirnya, pada tahun 367 daftar yang disampaikan oleh Athanasius, Uskup Alexandria, menjadi daftar baku tulisan suci yang memuat ke-27 buku Perjanjian Baru. Jadi, ke-27 buku Perjanjian Baru dan ke-39 buku Perjanjian Lama inilah yang menjadi ke- 66 buku Alkitab kita dalam bentuk yang sekarang ini.
Pembagian Perjanjian Baru:
Buku-buku Perjanjian Baru, dapat dikelompokkan dalam 4 bagian:
Injil:
Ketiga Injil pertama disebut: Injil Sinoptik yang artinya dilihat dari pandangan yang sama. Memang ke-3 Injil itu susunan dan ungkapan katanya mirip satu sama lain.
Berisi: Kehidupan dan ajaran Kristus, merupakan dasar seluruh Perjanjian Baru.
Kisah Rasul-rasul:
Berisi: keadaan Gereja Kristiani mula-mula, dan bagaimana pengabar- pengabar Injil khususnya Petrus dan Paulus menyebarkan iman Kristiani ke dunia sekitar mereka.
Surat-surat:
1-2 Timotius dan Titus disebut Surat Pastoral (Penggembalaan). Yakobus, 1-2 Petrus, Yudas, 1-3 Yohanes disebut Surat Umum.
Berisi: surat-surat pribadi untuk perorangan dan surat-surat umum untuk dibacakan di depan jemaat/gereja.
Wahyu:
Berisi: apa yang dilihat oleh Yohanes, yaitu pergumulan antara Gereja Kristus dengan Iblis, dan puncak kemenangan Allah yang memerintah sebagai Raja.
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mendapat kewibawaannya dari Yesus Kristus, Sang Firman Allah sendiri. Kewibawaan Yesus lebih besar daripada kewibawaan Perjanjian Lama (bnd. Mat. 5:21-22; 27-28; 31-32; 33-34; 38-39; 43-44 "Kalian tahu ada ajaran seperti ini ..., tetapi sekarang Aku berkata kepadamu ..."). Karena itu gereja menerima kewibawaan Perjanjian Baru paling tidak setingkat dengan kewibawaan Perjanjian Lama. Rasul Paulus pun menekankan bahwa apa yang disampaikannya diterimanya dari Tuhan Yesus, atau adalah ajaran Tuhan Yesus (bnd. lKor. 7:10; 9:14; 11:23-26;1Tes. 4:15).
Jadi, Perjanjian Lama berwibawa atas gereja karena Yesus memeteraikan kewibawaan-Nya atas Perjanjian Lama dan menafsirkannya sebagai pembuka jalan bagi diri-Nya. Perjanjian Baru berwibawa atas gereja karena rasul-rasul memberi kesaksian tentang pribadi Yesus Kristus. Dengan kata lain, kewibawaan Alkitab terletak pada Allah yang telah berfirman kepada umat manusia melalui perjanjian Allah dalam Perjanjian Lama dart kesaksian tentang Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru, agar kita dapat mendengar, menerima dan menyambut Firman Allah yaitu Yesus Kristus sendiri.
Betapa besar jasa penyalin-penyalin naskah Alkitab! Dari proses penulisan dan kanonisasi yang panjang dart berliku-liku tersebut, tampak sekali ketekunan dan ketelitian penyalin-penyalin naskah Alkitab. Walaupun dalam penyalinan naskah Alkitab selang beratus-ratus tahun kesalahan menulis dan menyalin tidak dapat dihindarkan, perbedaan yang ada tidak mengaburkan ajaran-ajaran yang penting dan pokok tentang iman Kristiani. Kita telah melihat bahwa proses Kanonisasi Alkitab secara ketat membedakan antara ajaran yang dinyatakan dari Allah dan ajaran-ajaran yang salah. Jadi, sekarang kita dapat membaca Alkitab kita dengan yakin bahwa isi Alkitab benar- benar Firman Allah.
Pelajaran 02 | Pertanyaan 02 | Referensi 02b | Referensi 02c
Nama Kursus | : | DASAR PENGAJARAN ALKITAB |
Nama Pelajaran | : | Allah, Yesus dan Roh Kudus |
Kode Pelajaran | : | DPA-R02a |
Referensi DPA-R02a diambil dari:
Judul Buku | : | Teologi Sistematika 1 |
Pengarang | : | Louis Berkhof |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1993 |
Halaman | : | 150 - 157 |
Garis Besar:
Doktrin Allah Tritunggal paling tepat dibicarakan secara ringkas dalam kaitannya dengan berbagai proposisi, yang akhirnya membentuk satu ringkasan iman gereja tentang hal ini.
Allah adalah satu dalam esensiNya atau dalam natur konstitusional- Nya. Sebagai Bapa Gereja masa awal memakai istilah "substantia" sebagai kata yang sinonim dengan kata "essentia", tetapi para penulis berikutnya menghindari pemakaian ini berkenaan dengan fakta bahwa dalam gereja Latin kata "substantia" dipakai untuk menunjuk pengertian "hupostasis" dan juga "ousia" dan dengan demikian menjadi amat membingungkan. sekarang ini istilah "substantia" dan "esensi" sering dipakai bergantian. Tidak ada keberatan akan hal ini, sejauh kita senantiasa ingat bahwa sebenarnya kedua kata ini mempunyai sedikit perbedaan arti. Shedd membedakan kedua kata itu demikian: "Esensi berasal dari kata esse, yang artinya 'ada' atau 'adalah' (to be) dan menunjuk kepada keberadaan yang energik. kata "substansi" berasal dari kata "substare" dan menunjukkan arti menerangkan Allah sebagai sum-total dari kesempurnaan yang tidak terbatas; Istilah "substansi" menggambarkan Allah sebagai dasar terpenting dari kegiatan yang tidak terbatas. Jika dibandingkan maka esensi adalah satu kata yang aktif, sedangkan substansi adalah kata yang pasif. Esensi adalah istilah spiritual, dan substansi adalah istilah material. Kita membicarakan tentang substansi material dan bukannya materi esensial." Karena kesatuan Allah telah dibicarakan dalam bagian sebelumnya, sekarang tidak lagi perlu kita membicarakan hal ini lagi. Proposisi berkenaan dengan kesatuan Allah didasarkan atas ayat-ayat seprti Ul 6:4; Yak 2:9 tentang eksistensi diri dan ketidakberubahan Allah, dan berdasarkan kenyataan bahwa Ia diidentifikasikan dengan kesemprunaanNya sebagaimana ketika Ia disebut sebagai hidup, terang, kebenaran dan sebagainya.
Hal ini dibuktikan oleh berbagai ayat yang mensubstansikan doktrin tentang Allah Tritunggal. Untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan ini dalam diri Allah, para penulis Yunani biasanya memakai istilah hupostatis, sedangkan para pengarang Latin memakai istilah persona dan kadang-kadang substantia. Karena istilah hupostatis bisa menyesatkan dan istilah persona bisa menimbulkan kebingungan, orang- orang terpelajar memilih satu kata lain yaitu subsistentia. Perbedaan dari istilah-istilah yang dipakai menunjukkan kenyataan bahwa ketidaklengkapan mereka selalu dirasakan. Pada umumnya disetujui bahwa istilah "person" hanya merupakan pengungkapan yang tidak sempurna dari ide ini. Dalam pemilihan kata yang umum dari subsitentia ini menunjukkan arti rasional dan moral individual yang terpisah, memiliki kesadaran diri, dan sadar akan identitasnya walaupun terjadi berbagai perubahan. Pengalaman mengajarkan bahwa di mana kita memiliki seseorang, kita juga memiliki esensi individual yang berbeda. Setiap orang adalah individu yang berbeda dan terpisah, yang di dalamnya natur manusia diindividualkan. Akan tetapi dalam diri Allah tidak ada tiga individu bersama-sama dan terpisah satu dengan yang lain, tetapi hanyalah perbedaan diri pribadi dari esensi Ilahi, yang bukan saja secara generik tetapi juga secara numerik adalah satu. Sebagai akibatnya banyak orang lebih suka berbicara tentang tiga hipostasis dalam diri Allah, tiga cara keberadaan yang berbeda, bukan manifestasi, seperti dikemukakan oleh Sabelius, akan tetapi tentang eksistensi atau subsistensi. Itulah sebabnya maka Calvin berkata: "dengan menyebut istilah "person", aku maksudkan adalah satu subsistensi dari esensi Ilahi, - satu subsisten yang sementara terikat pada dua yang lain, berbeda dari keduanya dalam sifat-sifat yang tidak saling tukar- menukar." Hal ini jelas diperkenankan dan dapat mencegah terjadinya kesalahpahaman, tetapi pernyataan ini tidak boleh menyebabkan kita kehilangan pandangan akan adanya fakta bahwa perbedaan diri dalam Keberadaan Ilahi mengandung pengertian berbeda antara "Aku" dan "Engkau" dan "Dia" dalam Keberadaan Allah, yang menunjukkan hubungan-hubungan pribadi dari satu kepada yang lain, Mat 3:16; 4:1; Yoh 1:18; 3:16; 5:20; 14:26; 15:26; 16:13-15.
Hal ini berarti bahwa esensi ilahi tidaklah dibagi-bagi di antara ketiga pribadi, tetapi secara penuh dengan segala kesempurnaannya dalam setiap pribadi, sehingga mereka memiliki kesatuan numerik dalam esensi. Natur Ilahi berbeda dengan natur manusia dalam hal bahwa natur ilahi dapat hadir secara subsisten sepenuhnya dan tidak terbagi dalam lebih dari satu pribadi. Jika tiga pribadi di antara manusia hanya memiliki satu kesatuan spesifik dari natur atau esensi,yaitu saling membagi dalam jenis natur atau esensi, pribadi- pribadi dalam diri Allah memiliki kesatuan numerik dari esensinya, yaitu mempunyai esensi yang identik. Natur atau esensi manusia dapat dianggap sebagai spesies yang dengannya setiap manusia mempunyai bagian individual, sehingga ada kesatuan spesifik (dari kata spesies); tetapi natur ilahi tidaklah terbagi dan dengan demikian identik dalam pribadi-pribadi Allah Tritunggal. Natur ini secara numerik adalah satu dan sama, dan dengan demikian kesatuan esensi dalam setiap pribadi adalah kesatuan numerik. Dari sini kemudian berlanjut bahwa esensi ilahi bukanlah eksistensi yang berdiri sendiri seiring dalam ketiga pribadi. Natur itu tidak memiliki eksistensi di luar dan terpisah dari ketiga pribadi. Jika seandainya memiliki, maka tidak mungkin ada kesatuan yang benar, tetapi suatu pemecahan sehingga dapat membawa ke arah tetratheisme. Perbedaan personal adalah satu dalam esensi ilahi. Sebagaimana biasa disebutkan, memiliki tiga macam cara subsistensi. Kesimpulan lain yang mengikuti yang sebelumnya, adalah bahwa tidak mungkin ada subordinasi dalam hal keberadaan esensial bagi satu pribadi dari Allah Tritunggal kepada pribadi yang lain, dan dengan demikian tidak ada perbedaan dalam kemuliaan pribadi. Posisi ini harus senantiasa kita pegang dalam menghadapi ajaran subordinasianisme dari Origen dan Bapa-Bapa Gereja abad mula-mula, dan dalam menghadapi pandangan Arminian, Clarke, dan teolog Anglican yang lain. Satu-satunya subordinasi yang boleh kita bicarakan adalah subordinasi berkenaan dengan tingkatan dan hubungan. Terutama ketika kita memikirkan tentang hubungan dari ketiga pribadi dalam esensi ilahi, di mana kita tidak dapat memberikan analogi sama sekali dan kita sepenuhnya sadar bahwa Tritunggal adalah suatu misteri jauh di luar jangkauan pemahman kita. Itulah kemuliaan Allah yang tidak terjangkau. Sebagaimana natur manusia terlau kaya dan terlalu penuh untuk dimasukkan dalam diri satu individu tunggal, dan mencapai ekspresi cukup hanya dalam kemanusiaan saja sebagai satu keutuhan, demikian juga keberadaan Ilahi membuka diri-Nya sendiri dalam segala kepenuhan dan hanya dalam tiga bentuk subsistensi yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Ada satu tingkatan tertentu dalam Tritunggal ontologis. Dalam subsistensi personal Allah Bapa adalah yang pertama, Allah Putra yang kedua dan Allah Roh Kudus adalah yang ketiga. Tak perlu dikatakan bahwa tingkatan seperti ini sama sekali tidak berurusan dengan prioritas waktu atau kemuliaan esensial, akan tetapi hanya pada tingkatan logis derivasi. Allah Bapa tidak diperanakkan dari atau mendahului pribadi-pribadi yang lain; Allah Putra secara kekal diperanakkan oleh Bapa dan Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak dari kekal sampai kekal. 'Dihasilkan' dan 'dikeluarkan dari' terjadi dalam Keberadaan Ilahi, dan menyiratkan seolah-oleh ada subordinasi dari cara subsistensi personal, tetapi sesungguhnya tidak ada subordinasi jika ditinjau dari kepemilikian esensi ilahi. Tritunggal ontologis ini dan juga tingkatan setaranya adalah dasar metafisik dari Tritunggal ekonomis. Itulah sebabnya wajar saja bahwa tingkatan yang ada dalam eksistensi Tritunggal esensial harus senantiasa tercermin dalam opera ad extra yang lebih tertuju dari masing-masing pribadi. Alkitab dengan jelas mengungkapkan tingaktan ini dalam apa yang disebut sebagai praepositiones distinctionales: ek, dia dan en, yang dipakai untuk mengemukakan pemikiran bahwa segala sesuatu keluar dari Bapa, melalui Putra dan di dalam Roh Kudus.
Pernyataan ini disebut juga sebagai opera ad intra, sebab mereka adalah karya-karya dalam Keberadaan Ilahi yang tidak terjadi dalam makhluk ciptaan. Kesemuanya adalah tindakan pribadi yang tidak dilaksanakan oleh ketiga pribadi secara bekerja sama. Opera ad intra berbeda dengan opera ad extra atau kegiatan-kegiatan dan akibat-akibat di mana Allah Tritunggal dinyatakan keluar. Tindakan seperti ini tidak pernah merupakan pekerjaan dari satu pribadi secara eksklusif, tetapi selalu merupakan karya dari Keberadaan Ilahi secara keseluruhan. Pada saat yang sama benar juga bahwa dalam tingkatan kecermatan dari karya Allah sebagian dari opera ad extra disebut dengan lebih tertentu pada satu pribadi, dan sebagian lagi lebih tertentu pada pribadi yang lain. Walaupun semuanya adalah karya dari ketiga pribadi secara bersama-sama, penciptaan terutama dikatakan sebagai karya dari Allah Bapa, penebusan adalah karya Allah Putra dan pnyucian adalah karya Roh Kudus. Tingkatan dalam karya Ilahi ini menunjuk kemabali dari tingkatan esensial dalam diri Allah dan membentuk dasar bagi apa yang secara umum dikenal sebagai Tritunggal yang cermat.
Tritunggal adalah satu misteri, bukan semata-mata dalam pengertian Alkitabiah bahwa Tritunggal adalah satu kebenaran, yang semula tersembunyi tetapi sekarang diungkapkan: akan tetapi dalam pengertian bahwa manusia tidak dapat memahami sepenuhnya dan menjadikannya sulit dimengerti. Pengertian tentang Tritunggal ini sulit dipahami dalam sebagian dari hubungan-hubungan dan cara pengungkapannya, akan tetapi mudah dipahami dalam natur esensialnya. Banyak usaha yang dilakukan untuk menjelaskan misteri ini lebih bersifat spekulatif daripada teologis. Usaha-usaha ini dihasilkan dalam perkembangan dari konsep-konsep triteistik dan modalistik tentang Allah, dalam penyangkalan baik kesatuan dari esensi ilahi atau kenyataan dari perbedaan-perbedaan pribadi dalam esensi itu. Kesulitan sesungguhnya tetrletak pada hubungan di mana pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal berhadapan dengan esensi ilahi dan dalam berhadapan satu dengan lainnya; dan ini adalah kesulitan yang tak dapat disingkirkan oleh gereja, tetapi gereja hanya dapat mengurangi sampai pada proporsi yang tepat dengan definisi yang tepat dari istilah itu. Gereja tak pernah mencoba menjelaskan misteri dari Tritunggal dengan suatu cara sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin membahayakan dapat dihindari.
Pelajaran 02 | Pertanyaan 02 | Referensi 02a | Referensi 02c
Nama Kursus | : | DASAR PENGAJARAN ALKITAB |
Nama Pelajaran | : | Allah, Yesus dan Roh Kudus |
Kode Pelajaran | : | DPA-R02b |
Referensi DPA-R03B diambil dari:
Judul Buku | : | Teologi Sistematika 3 |
Pengarang | : | Louis Berkhof |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1996 |
Halaman | : | 31 - 39 |
Garis Besar:
B. Natur-Natur Kristus
B. Natur-Natur Kristus
Sejak masa yang paling awal dan terutama sejak Konsili Chalcedon, gereja mengakui doktrin dua natur Kristus. Konsili ini tidak menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan oleh seseorang yang pada saat yang sama adalah Allah dan manusia, akan tetapi hanya berusaha menjelaskan bahwa jalan keluar lain yang ditawarkan jelas terbukti keliru. Dan gereja menerima doktrin dua natur dalam satu pribadi bukan karena gereja memiliki pengetahuan yang lengkap tentang misteri ini, akan tetapi karena gereja jelas melihat di dalamnya terdapat sebuah misteri yang diungkapkan oleh Firman Tuhan. Sejak saat itu doktrin ini telah menjadi dan tetap menjadi bagian pengakuan iman, yang jauh melebihi kemampuan pengertian manusia.
Kaum Rasionalis menyerang doktrin ini dengan mengatakan bahwa doktrin ini tidak diperlukan, akan tetapi gereja tetap teguh pada pendiriannya dalam pengakuan kebenaran ini, walaupun berkali-kali dikatakan bahwa hal tersebut bertentangan dengan pikiran. Dalam pengakuan ini Roma Katolik dan Protestan saling bahu-membahu. Akan tetapi sejak akhir abad delapan belas, doktrin ini terus menerus dijadikan pokok serangan. Abad Pencerahan dimulai, dan dikatakan bahwa manusia tidaklah berharga jika menerima otoritas Alkitab yang sesungguhnya bertentangan dengan akal manusia. Apa yang tidak sesuai dengan pernyataan baru ini dianggap salah. Para ahli filsafat individual dan para teolog sekarang berusaha mencari jalan keluar atas persoalan yang timbul mengenai Yesus, dengan tujuan supaya mereka dapat menawarkan kepada gereja satu pengganti bagi doktrin dua natur. Mereka memulai titik awalnya dalam diri manusia Yesus, dan bahkan setelah satu abad penelitian yang penuh perjuangan, akhirnya menemukan bahwa di dalam diri Yesus hanyalah manusia dengan elemen Ilahi. Mereka tidak berhasil bangkit dan melihat-Nya sebagai Tuhan dan Allah mereka.
Schleiermacher menyebut Yesus sebagai manusia dengan kesadaran keallahan yang luar biasa; Ritschl menyebut-Nya sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai Allah; Wendt melihat Yesus sebagai manusia yang terus menerus memiliki persekutuan kasih dengan Allah; Beyschlag menyebut Yesus sebagai manusia yang dipenuhi Allah; dan Sanday menyebutNya sebagai manusia sejati yang memiliki perasaan keilahian di alam bawah sadar-Nya; - tetapi betapapun definisi itu diberikan, Kristus tetap disebut sebagai manusia. Sekarang ini aliran liberal yang diwakili oleh Harnack, aliran eskatologis yang diwakili oleh Weiss dan Schweitzer, dan yang lebih baru lagi aliran perbandingan agama yang dikepalai oleh Bousset dan Kirsopp Lake, setuju untuk menelanjangi Kristus dari Keilahian-Nya yang benar, dan menjadikan- Nya hanya sekedar manusia. Bagi kelompok yang pertama, Tuhan kita hanyalah guru etika yang agung, bagi kelompok kedua Ia hanyalah seorang pengamat apokaliptik dan bagi kelompok ketiga Ia adalah pemimpin tanpa kelompok tertentu untuk tujuan pemuliaan. Mereka menganggap Kristus yang dimiliki gereja adalah hasil ciptaan Hellenisme atau Yudaisme, atau gabungan dari keduanya. Akan tetapi sekarang ini keseluruhan epistemologi abad lalu dipertanyakan kembali, dan kemampuan akal manusia untuk menafsirkan kebenaran yang tertinggi sungguh-sungguh dipertanyakan. Ada tekanan baru dalam hal wahyu. Dan para teolog yang sangat berpengaruh seperti Barth dan Brunner, Edwin Lewis dan Nathaniel Micklem, tidak ragu-ragu mengakui iman mereka terhadap doktrin dua natur. Sungguh amat penting bagi kita untuk memegang teguh doktrin ini, sebagaimana dirumuskan oleh Konsili Chalcedon dan disebutkan dalam patokan pengakuan iman kita.
Pelajaran 03 | Pertanyaan 03 | Referensi 03b | Referensi 03c
Nama Kursus : Dasar Pengajaran Alkitab
Nama Pelajaran : Dosa, Setan dan Keselamatan
Kode Pelajaran : DPA-R03a
Referensi DPA-R03a diambil dari:
Judul Buku : Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I: A-L
Penerbit : Yayasan Komunikasi Bina Kasih OMF, Jakarta, 1994
Halaman : 409 - 410
Nama penguasa kejahatan. Ibrani satan, Yunani Satanas, arti dasarnya 'lawan' (kata itu diartikan demikian dlm Bil 22:22). Kedua ps pertama Ayb menceritakan Iblis muncul di hadirat Tuhan di antara 'anak-anak Tuhan'. Kadang-kadang dikatakan bahwa dalam bg-bg Alkitab seperti ini, Iblis tidak dipikirkan sebagai melulu jahat, melainkan semata-mata salah satu dari makhluk-makhluk sorgawi. Harus diakui bahwa di situ belum terdapat ajaran yang berkembang seutuhnya, tapi kegiatan-kegiatan Iblis jelas merugikan Ayub. Acuan PL mengenai Iblis jarang sekali, tapi Iblis terus-menerus terlibat dalam kegiatan- kegiatan melawan kepentingan manusia. Ia membujuk Daud untuk menghitung rakyatnya (1 Taw 21:1). Ia berdiri di sebelah kanan Yosua, imam agung, dan 'mendakwa' Yosua, sehingga menimbulkan amarah Tuhan (Za 3:1 dst). Pemazmur menganggap adalah bencana jika Iblis berdiri di sebelah kanan seseorang (Mzm 109:6, TBI 'pendakwa'). Yohanes berkata bahwa 'Iblis berbuat dosa dari mulanya' (1 Yoh 3:8), dan acuan-acuan PL mengenai Iblis mendukung hal ini.
Kebanyakan dari informasi tentang Iblis sumbernya adalah PB, di mana makhluk jahat yang teramat mengerikan ini disebut Satanas atau ho diabolos tanpa perbedaan arti, dan dalam hal-hal tertentu juga disebut Beelzebul (atau Beelzeboul, atau Beezeboul, Mat 10:25; 12:24, 27). Ungkapan-ungkapan lainnya seperti 'penguasa dunia' (Yoh 14:30) atau 'penguasa kerajaan angkasa' (Ef 2:2) juga digunakan. Iblis selalu dilukiskan sebagai melawan Allah, dan bekerja untuk menggagalkan maksud-maksud Allah.
Matius dan Lukas menceritakan, bahwa Yesus pada awal pekerjaan-Nya mengalami pencobaan berat, ketika Iblis mencobai Dia supaya melaksanakan tugas-Nya dengan semangat yang keliru (Mat 4; Luk 4; lih juga Mrk 1: 13). Setelah itu Iblis meninggalkan-Nya 'untuk sementara', yang berarti bahwa pertarungan itu kemudian diulangi lagi. Hal ini jelas pada pernyataan bahwa 'Ia sama dengan kita, Ia telah dicobai' (Ibr 4:15). Konflik tersebut bukan kebetulan! Sebab maksud kedatangan Yesus ke dunia dinyatakan sebagai 'membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis' (1 Yoh 3:8; bnd Ibr 2:14). Di mana-mana PB melihat konflik besar antara kekuatan Allah dan kebaikan di satu pihak, melawan kejahatan di bawah pimpinan Iblis di pihak lain. Hal ini bukanlah pikiran satu atau dua penulis saja, melainkan umum dan mendasar.
Tak dapat diragukan betapa hebat dan sengitnya konflik itu. Untuk menekankan kengeriannya, Petrus menggambarkan Iblis 'berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya' (1 Ptr 5:8). Paulus lebih memikirkan kelicikan si jahat. 'Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang' (2 Kor 11:14), sehingga tidak mengherankan bila antek-anteknya nampak sangat meyakinkan dalam penyamaran mereka. Orang-orang Efesus dinasihati untuk 'mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis' (Ef 6:11), dan ada beberapa acuan tentang jerat Iblis' (1 Tim 3:7; 2 Tim 2:26). Ay-ay seperti itu menekankan bahwa orang Kristen (dan bahkan penghulu malaikat, Yud 9) terus terlibat dalam pertarungan yang tak henti-hentinya tanpa iba dan penuh kelicikan.
Orang Kristen tidak dapat mengundurkan diri dari pertarungan itu. Juga tidak dapat menganggap bahwa kejahatan selalu kelihatan sebagai kejahatan. Diperlukan kepintaran, keuletan, kegigihan dan keberanian. Tapi perlawanan yang mantap terhadap Iblis akan selalu berhasil. Paulus menasihati pembaca agar melawan Iblis 'dengan iman yang teguh' (1 Ptr 5:9), dan Yakobus berkata, 'lawanlah Iblis, maka ia akan lari daripadamu' (Yak 4:7). Paulus menasihatkan agar jangan 'memberi kesempatan kepada Iblis' (Ef 4:27), dan dampak dari mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah ialah, orang percaya dapat melawan apa pun serangan si jahat (Ef 6: l 1, 13). Paulus meletakkan kepercayaannya pada kesetiaan Allah. 'Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar' (1 Kor 10: 13). Ia sadar benar akan kecerdikan Iblis dan yang selalu berusaha untuk 'memperoleh keuntungan atas kita'. Tapi Paulus menambahkan 'kita tabu apa maksudnya' (atau seperti yang dapat diterjemahkan, 'Aku sadar akan siasat-siasatnya', 2 Kor 2:11).
Iblis senantiasa menentang Injil, sebagaimana nampak di sepanjang pelayanan Kristus. Iblis bekerja melalui pengikut-pengikut Yesus, seperti Petrus ketika menolak gagasan tentang salib dan ditegur keras, 'Enyahlah Iblis' (Mat 16:23). Iblis mempunyai rencana selanjutnya terhadap Petrus, tapi Tuhan Yesus berdoa untuknya (Luk 22:31 dst). Iblis bekerja juga dalam musuh-musuh Yesus. Justru Yesus menyatakan kepada musuh-musuh-Nya itu bahwa 'Iblislah yang menjadi bapakmu' (Yoh 8:44). Semua pertentangan itu mencapai puncaknya pada masa sengsara Yesus. Pekerjaan Yudas dinyatakan sebagai kegiatan si jahat. Iblis 'masuk ke dalam' Yudas (Luk 22:3; Yoh 13:27). Iblis 'membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianan Dia' (Yoh 13:2). Dengan salib menanti di depan Yesus berkata 'penguasa dunia ini datang' (Yoh 14:30).
Iblis terus-menerus menggodai manusia (1 Kor 7:5). Alkitab melaporkan bahwa Iblis bekerja dalam diri seorang percaya Ananias ('mengapa hatimu dikuasai Iblis ..." Kis 5:3), dan dalam ihwal Elimas terang- terangan membelokkan jalan Tuhan ('hai anak Iblis ... engkau musuh segala kebenaran,' Kis 13: 10). Prinsip umum diberikan dalam I Yoh 3:8, 'barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dan Iblis.' Orang dapat begitu saja menyerahkan dirinya kepada Iblis sehingga ia menjadi milik Iblis, menjadi 'anak- anaknya' (1 Yoh 3:10). Karena itulah Alkitab berbicara tentang 'jemaah Iblis' (Why 2:9; 3:9), dan tentang orang yang diam 'di tempat takhta Iblis' (Why 2:13). Iblis menghalang- halangi pekerjaan para pemberita Injil (1 Tes 2: 18). Ia merampas benih unggul yang ditaburkan di dalam hati manusia (Mrk 4:15). Ia menyebarkan 'anak- anak si jahat' di ladang, yaitu dunia (Mat 13:38). Kegiatan Iblis dapat berakibat fatal atas jasmani manusia (Luk 13:16). Ia selalu dilukiskan mempunyai banyak akal dan terus aktif.
Tapi PB tahu pasti keterbatasan-keterbatasan dan kekalahan Iblis. Kekuasaannya adalah pinjaman (Luk4:6). Ia dapat, melakukan kegiatannya hanya dalam batas-batas yang telah ditetapkan Allah (Ayb 1: 12; 2:6; 1 Kor 10: 13; Why 20:2,7), Bahkan ia dapat diperalat untuk suatu tujuan yang benar (1 Kor 5:5; bnd 2 Kor 12:7). Yesus melihat kemenangan perdana dalam tugas ke-70 murid (Luk 10: 18), dan tentang 'api yang kekal' sebagai 'yang disediakan bagi Iblis dan malaikat-malaikatnya' (Mat 25:41). Yohanes melihat ini terjadi (Why 20:10).
Di atas telah dikemukakan bahwa konflik dengan Iblis memuncak pada sengsara Tuhan Yesus. Di situ Yesus menyebut Iblis sebagai 'dilemparkan ke luar' (Yoh 12:31), dan 'dihakimi' (Yoh 16:11). Kemenangan itu secara khusus - disinggung dalam Ibr 2:14; 1 Yoh 3:8. Pekerjaan para pengkhotbah ialah 'untuk membalikkan' orang 'dari kekuasaan Iblis kepada Allah' (Kis 26:18). Paulus berkata dengan penuh keyakinan 'Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu' (Rm 16:20).
Pelajaran 02 | Pertanyaan 02 | Referensi 02a |
Nama Kursus | : | TRAINING GURU SEKOLAH MINGGU (GSM) |
Nama Pelajaran | : | Kriteria Guru Sekolah Minggu |
Kode Pelajaran | : | GSM-R02b |
Referensi GSM-R02b diambil dari:
Judul Buku | : | Pendidikan Agama Kristen |
Judul Artikel | : | Apa Saja yang Merupakan Tanggung Jawab Seorang Guru Kristen? |
Pengarang | : | Dr. E. G. Homrighausen dan Dr. I.H. Enklaar |
Penerbit | : | BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993. |
Halaman | : | 180 - 181 |
Menjadi penafsir iman Kristen.
Dialah yang menguraikan dan menerangkan kepercayaan Kristen itu, karena ia harus menyampaikan harta-harta dari masa lampau kepada para pemuda yang akan menempuh masa depan. Gurulah yang dapat mengambil harta benda "Kabar Kesukaan" itu dari perbendaharaan gereja, lalu membagikannya kepada murid-muridnya. Perkara-perkara yang lama itu dibuatnya menjadi baru. Ia membentangkan di hadapan angkatan muda jemaat segala kekayaan pernyataan Allah dalam Yesus Kristus sebagaimana tersimpan dalam Alkitab dan diamanatkan kepada Gereja.
Menjadi seorang gembala bagi murid-muridnya.
Ia bertanggung jawab atas hidup rohani mereka; ia wajib membina dan memajukan hidup rohani itu. Tuhan Yesus sudah menyuruh dia: "Peliharakanlah segala anak dombaKu, gembalakanlah segala dombaKu!" Sebab itu seharusnyalah seorang guru mengenal tiap-tiap muridnya; bukan hanya namanya saja, melainkan latar belakangnya dan pribadinya juga. Ia harus mencintai mereka dan mendoakan mereka masing-masing di depan takhta Tuhan.
Menjadi seorang pedoman dan pemimpin.
Ia tak boleh menuntun muridnya masuk ke dalam kepercayaan Kristen dengan paksaan, melainkan ia harus membimbing mereka dengan halus dan lemah lembut kepada Juruselamat dunia. Sebab itu ia hendaknya menjadi teladan yang menarik orang kepada Kristus; hendaknya ia mencerminkan Roh Kristus dalam seluruh pribadinya.
Menjadi seorang penginjil, yang bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap orang pelajarnya kepada Yesus Kristus.
Belum cukup jikalau ia menyampaikan kepada mereka segala pengetahuan tentang Kristus. Tujuan pengajaran itu ialah supaya mereka sungguh- sungguh menjadi murid-murid Tuhan Yesus, yang rajin dan setia. Guru tak boleh merasa puas sebelum anak didikannya menjadi orang Kristen yang sejati.
Seorang guru harus memiliki satu perasaan tanggung jawab di dalam sistem dan tugas pendidikan. Guru SM yang merasa sudah melayani Tuhan padahal kehadirannya tidak tetap dan tidak rajin, adalah guru yang sangat tidak bertanggung jawab. Jika seorang guru sudah menerima tanggung jawab dan rela menerima tugas sebagai guru, maka ia harus rela memikul tanggung jawab itu. Setiap kali Saudara menyebutkan status sebagai guru, harus Saudara sebutkan dengan sangat berat dan penuh beban tanggung jawab.
Menjadi seorang guru harusnya memberikan suatu beban yang berat di dalam hati. Seorang guru bukanlah pekerjaan main-mainan, menjadi guru bukanlah hal permainan atau hal yang boleh dikerjakan secara sembarangan. Sebaliknya seorang guru haruslah masuk ke dalam seluruh kedalaman kebenaran dengan penuh tanggung jawab. Ini suatu hal yang sedemikian serius, karena membawa murid kepada kebenaran menuntut mereka untuk bertanggung jawab dan memberikan respon yang benar menurut kebenaran itu sendiri. Oleh karena itu, seorang guru mempunyai tanggung jawab yang berat kepada murid-muridnya. Setiap tindak-tanduk Saudara, tawa Saudara, bergurau atau bersedih, harus mengandung tanggung jawab. Jangan sembarangan mengatakan hal-hal yang tidak berguna, dan jangan bergurau sedemikian rupa hingga kehilangan jarak dan hormat antara guru dan murid-murid. Jangan sembarangan memberikan janji-janji kosong, yang akhirnya Saudara sendiri tidak dapat memenuhinya, dan jangan melakukan gertakan- gertakan dan ancaman- ancaman yang tidak akan dilakukan. Itu semua akan mengakibatkan mereka tidak lagi hormat kepada Saudara dan tidak lagi memelihara jarak antara murid dan guru, yang akibatnya mereka akan menghina semua perkataan, tindakan dan semua ajaran yang Saudara lakukan.
Kesimpulan kita ialah tugas guru dalam pendidikan agama sangat penting, dan tanggung jawabnya berat. Guru itu dipanggil untuk membagikan harta abadi. Dalam tangannya ia memegang kebenaran ilahi. Dan dalam pekerjaannya ia menghadapi jiwa manusia yang besar nilainya di hadapan Allah. Oleh karena itu jangan sekalipun kita menganggap pekerjaan guru agama itu rendah atau gampang; pada hakekatnya pekerjaan itu tak kurang pentingnya dari pada tugas pendeta. Guru itu juga menjadi seorang pelayan dalam Gereja Kristus yang harus dijunjung tinggi.
Pelajaran 04 | Pertanyaan 04 | Referensi 04a | Referensi 04b
Nama Kursus | : | Training Guru Sekolah Minggu (GSM) |
Nama Pelajaran | : | Hakekat Mengajar |
Kode Pelajaran | : | GSM-R04c |
Referensi GSM-R04c diambil dari: | ||
Judul Buku | : | Mereformasi Sekolah Minggu |
Penulis | : | Pdt. Drs. Paulus Lie |
Penerbit | : | PBMR ANDI, Yogyakarta |
Halaman | : | 87 - 92 |
Referensi Situs | ||
Nama Situs | : | www.sabda.org |
Alamat URL | : | http://www.sabda.org/pepak// |
Setiap orang yang dipanggil-Nya untuk menjadi guru sekolah minggu pasti akan dipanggil-Nya secara khusus. Perhatikan bagaimana Tuhan telah memanggil Anda dengan cara yang khusus? Perhatikan Roma 10:14-15.
"Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"
Setiap guru dipanggil pada misi penyelamatan anak. Dengan meyakini panggilan ini, guru akan semakin bertambah semangat untuk melayani. Teliti sekali lagi, mengapa hari ini Anda berada di lingkungan sekolah minggu? Bagaimana cara Allah memanggil Anda? Sudahkah Anda sekarang meyakini bahwa Tuhan ternyata memanggil Anda menjadi utusan surgawi?
Panggilan adalah karunia dan kepercayaan dari Tuhan. Perhatikan: "... karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya" (Filipi 2:13). Allah rela memercayakan sebuah pelayanan kepada kita. Hal ini merupakan karunia yang mahaindah, sebuah kepercayaan dari Tuhan! Kita jangan menyia-nyiakan kesempatan emas melayani Tuhan.
Jika kita menjadi guru sekolah minggu, itu karena kita diutus Tuhan. Bukan karena kehendak kita sendiri, teman, dorongan pendeta, bukan karena siapa-siapa, melainkan karena diutus-Nya! Jika demikian, betapa tugas dan tanggung jawab itu diberikan oleh Tuhan sendiri dan bagi kemuliaan Tuhan sajalah pelayanan kita, serta kepada Tuhanlah kita mempertanggungjawabkan pelayanan kita sebagai guru. Kita tidak dipanggil dan bertanggung jawab kepada manusia saja (baik kepada gereja, pendeta/pemimpin jemaat, komisi/departemen anak, sesama guru dan anak), tetapi terutama kepada Dia yang mengutus kita, yaitu Tuhan.
Tuhan dapat memakai seribu satu macam cara untuk memanggil kita menjadi guru di ladang pelayanan anak. Tuhan dapat memanggil Anda melalui:
Roh Kudus memakai cara-cara di atas sebagai alat bantu atau media untuk memanggil seorang guru sekolah minggu. Roh Kudus juga yang berbicara langsung dalam hati setiap guru yang dipanggil untuk bersedia ikut ambil bagian dalam pelayanan anak ini.
"(aku) berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Filipi 3:14). Jika Paulus mengejar panggilan surgawi sebagai hadiah, bagaimana sikap kita? Sudahkah kita mengejar, dan memenuhi panggilan surgawi dari Tuhan itu?
Sering kali, kita perlu diyakinkan oleh Tuhan tentang panggilan-Nya. Oleh karena itu, Tuhan sering kali berulang-ulang memanggil kita dalam berbagai kesempatan. Cara Tuhan memanggil berbeda-beda. Tujuan dari panggilan yang berkali-kali supaya seseorang benar-benar meyakini panggilan-Nya. Karena itu, Roh Kudus memakai banyak cara sampai seseorang meyakini panggilan surgawi itu, dan masuk dalam ladang pelayanan anak. Berbahagialah Anda jika menaati panggilan Tuhan pada panggilan pertama, seperti Abraham, Filipus, dan Saulus yang langsung taat ketika diperintahkan Tuhan.
Ketika seseorang sudah dipanggil, Roh Kudus dengan sabar menantikan pelayanannya. Terkadang seseorang mengeraskan hati untuk beberapa lama. Namun, Tuhan tidak segera menutup panggilan itu.
Seseorang yang menunda panggilan Tuhan sebenarnya rugi besar, karena:
Banyak orang beralasan "aku tidak mampu menjadi guru sekolah minggu", ia berpikir Tuhan memanggil orang yang siap pakai menjadi guru. Ia berpikir Tuhan memanggil yang sempurna, atau yang berbakat bercerita atau memimpin pujian, kreatif, dan sebagainya. Tidak! Allah memanggil orang yang bersedia memenuhi panggilan-Nya, betapapun terbatasnya orang itu. Sebab Tuhan menyertai dan membentuk serta melatih seseorang, sehingga menjadi guru yang baik bagi anak-anak. Allah melihat hati dan tidak "penampilan luar".
Samuel begitu terpesona dengan penampilan Eliab (kakak Daud), tetapi kata Allah, "Jangan pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat mata yang dilihat Allah, manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati" (1 Samuel 16:6-7).
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Setiap guru dipanggil menjadi guru penuh waktu. Hal ini diartikan bahwa kita diminta secara serius dan dengan sepenuh hati memikirkan anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Setiap Minggu kita harus mendampingi mereka.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Jika kita tidak sedang bertugas, kita dapat membantu guru yang bertugas, dan mendampingi anak-anak dalam berbakti, serta ikut berperan membuat kebaktian anak menjadi berkat bagi mereka. Setiap ada waktu, kita perlu menyediakan waktu untuk mengunjungi dan mengikuti persiapan mengajar dengan guru-guru lainnya. Tugas pelayanan kita di sekolah minggu akan disesuaikan Tuhan dengan talenta yang Dia berikan kepada kita.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Terkadang, ada guru yang tidak melayani dengan sepenuh hati. Ia cenderung mengajar asal-asalan, kurang bersemangat, dan suka meninggalkan pelayanannya karena kecewa. Salah satu penyebabnya karena ia kurang menghayati panggilan Tuhan kepadanya sebagai utusan surgawi bagi anak-anak.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Belum terlambat jika Anda hendak memenuhi panggilan surgawi itu. Jika hari ini Anda diberkati Tuhan dengan kesehatan, maka belum terlambat untuk memenuhi panggilan Tuhan menjadi guru sekolah minggu.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Tuhan yang memanggil tidak pernah hanya memanggil, tetapi Dia juga memperlengkapi orang yang dipanggil-Nya. Dia juga yang memberikan kemampuan untuk dapat ambil bagian dalam pelayanan anak, bahkan kuasa Tuhan mengiringi pelayanannya. Tuhan juga yang akan mencukupkan berbagai kebutuhan dan keperluan dalam pelayanannya. Tuhan juga yang akan memberikan pertumbuhan dan kemajuan dalam pelayanan.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Apakah Anda punya kelemahan atau keterbatasan untuk menjadi guru sekolah minggu? Percayakan hal tersebut pada Tuhan. Tugas kita adalah berlatih, berlatih, dan berlatih.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Memenuhi panggilan sebagai guru sekolah minggu, berarti ikut ambil bagian bersama Tuhan untuk mengembangkan Kerajaan Allah di dunia ini. Setiap orang Kristen yang terbentuk karena pelayanan kita mungkin akan menjadi pendeta, guru sekolah minggu, majelis jemaat, aktivis gereja, penginjil, guru agama, dan orang Kristen yang berdampak pada lingkungannya. Mereka diharapkan memberi kontribusi yang berharga bagi perkembangan Kerajaan Tuhan di bumi ini. Jadi, tidak ada yang sia-sia dalam melayani Tuhan. Setiap pelayanan berarti menabur "benih" yang akan dipanen suatu saat nanti.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Begitu banyak jiwa yang dihasilkan dari jaringan pelayanan yang berantai dan terus-menerus. Belum lagi jika kita aktif melayani sebagai guru sekolah minggu selama 20 tahun. Berapa jiwa yang kita persembahkan bagi Tuhan? Secara langsung atau tidak, oleh pelayanan anak-anak kita di kemudian hari, "buahnya" begitu banyak!
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Jadi, penuhilah panggilan pelayanan Anda. Lihatlah benih yang ditaburkan, yang akan menjadi panen yang terus berkesinambungan dan secara luar biasa menjadi berkat untuk kemuliaan Tuhan.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Rasul Filipus pernah berkata, "Sekali-kali aku pantang kembali ke Yerusalem sebelum aku mempersembahkan jiwa-jiwa bagi Kristus, sekalipun hanya satu." Sebab Filipus sadar, yang satu (satu murid) dapat membawa panen besar di masa depan, setiap murid berharga di mata Tuhan, walau hanya satu.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Jika Anda hari ini memiliki lebih dari satu murid, sungguh berharganya murid-murid itu bagi Tuhan. Betapa kita sangat bersyukur kalau Tuhan telah memercayakan kepada kita satu murid atau lebih.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Lukas 1:1 dan Kisah Para Rasul 1:1. Demi seorang Teofilus, Lukas bersedia membuat dua kitab, dengan sangat serius dan sangat teliti. Semua itu pastilah disertai pengorbanan yang besar dan jerih lelah. Pengorbanan besar itu dilaluinya dengan sukacita, sebab ia sadar karya pelayanannya pastilah membawa panen tidak hanya satu! Buktinya? Dalam Kisah Para Rasul, Teofilus dipanggil dengan sebutan yang lebih akrab. Kemungkinan besar Teofilus sudah semakin dekat dengan kekristenan (atau bahkan sudah menjadi seorang percaya). Dan yang pasti, dua kitab yang ditulisnya sudah menjadi berkat bagi jutaan, bahkan mungkin miliaran orang karena tulisannya (yang diilhami dan dipimpin Roh Kudus). Sungguh, pelayanan Lukas menjadi berkat bagi begitu banyak orang!
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Edward Kimball, seorang guru sekolah minggu, tidak pernah menyangka bahwa hidupnya memberi pengaruh besar bagi perkembangan kekristenan di dunia. Ia hanya berhasil membawa seorang karyawan toko sepatu menjadi pengikut Kristus pada tahun 1858. Tapi siapa sangka, karyawan itu, yang bernama Dwight L. Moody, menjadi seorang penginjil. Tahun 1879, Moody membawa FB Meyer untuk menjadi penginjil di kampus, dan Meyer berhasil membawa J. Wilbur Chapman menjadi percaya. Chapman berhasil membawa Billy Sunday, dan bersama-sama mengadakan kebaktian penginjilan. Dalam salah satu pertemuan, seorang anak muda bernama Billy Graham menyerahkan hidupnya untuk Kristus. Melalui Billy Graham, berjuta-juta orang mendengar Injil dan menerima Kristus. Kimball telah mengawali sebuah rangkaian pengaruh yang luar biasa! Anda pun dapat melakukannya! Mari kita mulai langkah awal rangkaian pengaruh itu dengan menjadi guru sekolah minggu.
Jadi siapa yang dipanggil-Nya? Orang yang hatinya mengasihi Tuhan, yang penuh kerendahan hati bersedia menerima panggilan Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Setiap orang yang bersedia memberi diri untuk melayani Tuhan, pastilah diberkati Tuhan dalam kehidupannya. Sehingga janji: "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:33), akan menjadi kenyataan. Berkat hidup cukup dari Tuhan akan mengiringi langkah dan hidup para pelayan-Nya. Dan berkat terbesar adalah kita merasakan kehadiran-Nya dan pemeliharaan-Nya mengiringi kehidupan kita sehari-hari. Amin, haleluya
Pelajaran 06 | Pertanyaan 06 | Referensi 06a | Referensi 06c
Nama Kursus | : | Training Guru Sekolah Minggu (GSM) |
Nama Pelajaran | : | Administrasi Sekolah Minggu |
Kode Pelajaran | : | GSM-R06b |
Referensi GSM-R06b diterjemahkan dari:
Judul Buku | : | Administering Christian Education |
Pengarang | : | Robert K. Bower |
Penerbit | : | Wm. B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, Michigan, 1964 |
Halaman | : | 18 - 22 |
Judul Buku | : | Childhood Education in the Church |
Pengarang | : | Robert E. Clark, dkk. |
Penerbit | : | Moody Press, Chicago, 1986 |
Halaman | : | 236 - 237 |
Referensi Situs | ||
Nama Situs | : | www.sabda.org |
Alamat URL | : | http://www.sabda.org/pepak/15/jan/2002// |
Sekalipun berbeda dengan administrasi perusahaan, namun prinsip dasar penyelenggaraan administrasi Sekolah Minggu sebenarnya tidak jauh berbeda. Administrasi adalah proses penyelenggaraan kegiatan untuk mewujudkan rencana/keputusan yang telah dibuat agar menjadi kenyataan, dengan cara mengatur kerja dan mengarahkan orang-orang yang melaksanakannya. Namun, di samping persamaannya, ada juga perbedaan mendasar antara administrasi perusahaan dan administrasi Sekolah Minggu (gereja) yang perlu disadari. Usaha administrasi Sekolah Minggu tidak diarahkan untuk tujuan mencari keuntungan materi, tetapi untuk tujuan yang rohani. Penyelenggaraannya dilakukan tidak dengan prinsip duniawi tapi dengan prinsip kasih; namun demikian tidak berarti administrasi Sekolah Minggu dilaksanakan dengan cara seadanya yang tidak profesional.
Pengertian yang salah tentang pelayanan dapat mengakibatkan hasil pelayanan yang asal-asalan. Pelayanan yang benar harus menuntut standard yang profesional, karena apa yang kita lakukan adalah untuk Tuhan, dan untuk suatu hasil yang bersifat kekal. Jika untuk usaha duniawi yang fana saja manusia mau melakukannya dengan baik, lebih- lebih lagi untuk hal yang rohani, untuk Tuhan. Kita harus melakukannya dengan lebih baik lagi.
Komponen-komponen umum yang termasuk dalam administrasi yang efektif adalah:
Bagian penting dalam penyelenggaraan administrasi adalah harus ada program kerja yang dibuat sesuai dengan keputusan rapat tentang apa yang akan menjadi tujuan untuk dikerjakan (untuk jangka waktu tertentu).
Perlu ada pengaturan otoritas dan tugas sehingga pekerjaan bisa dilaksanakan dengan tepat oleh orang yang tepat dengan cara yang bertanggungjawab.
Pendelegasian
Pembagian tugas harus dilakukan mengingat bahwa setiap orang mempunyai keahlian/ketrampilan yang berbeda dengan orang lain.
Harus ada cukup orang untuk melakukan tugas-tugas yang sudah direncanakan, oleh karena itu perlu ada pertanggungjawaban dari masing-masing orang yang terlibat didalamnya
Tugas-tugas yang tidak dikoordinasi dengan baik akan menyebabkan pekerjaan yang tumpang tindih sehingga menghasilkan kerja yang tidak efektif dan efisien.
Pertanggungjawaban dari setiap bagian perlu dilakukan agar dapat diketahui hasil yang dicapai dan kegagalan-kegagalan yang terjadi sehingga dapat diusahakan perbaikan-perbaikan yang perlu diadakan di masa yang akan datang.
Memprediksi jumlah keuangan yang dibutuhkan, dan yang mampu didapatkan, dan yang mampu dipertanggungjawabkan adalah sangat penting untuk menentukan seberapa jauh program kerja dapat dilaksanakan supaya tidak macet di tengah jalan.
Sekalipun administrasi penting untuk menjadi sarana kesuksesan penyelenggaraan Sekolah Minggu, namun perlu diingat bahwa administrasi bukanlah segala-galanya. Sekolah Minggu yang menjadikan administrasi sebagai tujuan utama akan menjadikan Sekolah Minggunya perlahan-lahan kehilangan kegairahan dan akhirnya akan mati. Oleh karena itu kita harus ingat bahwa kerapian sistem administrasi tidak sama dengan kedewasaan rohani. Banyak Sekolah Minggu yang administrasinya rapi tapi tidak ada semangat; kehidupan rohani di dalamnya mati. Tapi sebaliknya ada Sekolah Minggu yang administrasinya kacau tapi semangatnya menyala-nyala. Sekolah Minggu seperti ini akan membuang banyak tenaga karena tidak efisien, sehingga lama-lama pelaksananya akan mati kecapaian sebelum tugas selesai dijalankan. Nah, anda sebagai guru Sekolah Minggu yang bijaksana harus bisa memberi keseimbangan antara keduanya.
Berikut ini adalah bahan yang kami terjemahkan dari buku "Administering Christian Education" yang berisi beberapa prinsip administrasi gereja yang perlu diingat agar berjalan sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Hal ini tentu saja juga berlaku bagi administrasi Sekolah Minggu.
Dalam 1 Korintus 12, Rasul Paulus dengan jelas menyatakan bahwa seluruh anggota tubuh Kristus saling tergantung dan merupakan individu yang penting dengan fungsinya masing-masing. Tanggung jawab administrator dengan demikian adalah menemukan tempat- tempat yang tepat untuk setiap jemaat dapat melayani sehingga dapat meningkatkan keefektifan dan misi Allah.
Kristus telah memberikan teladan bagi siapapun yang ingin belajar kepemimpinan di gereja. Yesus berfirman bahwa, "barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mat. 20:27). Yesus tidak hanya mengajarkan prinsip ini tetapi juga memberikan teladan lewat kehidupanNya dan pelayananNya. Paulus mengungkapkan bahwa dirinya adalah pelayan Yesus Kristus (Rom. 1:1) dan sebagai pelayan umat gereja Korintus (2 Kor. 4:5). Pemimpin Kristen dengan demikian harus mengembangkan citra bukan sebagai diktator melainkan sebagai pelayan.
Meskipun nampaknya sangat bertentangan, pemimpin harus mempunyai sikap sebagai seorang yang melayani tetapi pada saat yang sama ia juga sebagai seorang yang mau mengemban tanggung jawab untuk memimpin dan mengarahkan aktivitas para personil yang ditunjuknya. Demikian juga Kristus selain melayani, Ia juga memberikan perintah dan mengirim murid-murid-Nya untuk mengadakan penginjilan ke seluruh penjuru dunia. Mengatur dan memimpin menjadi hal yang penting dalam membimbing, mengarahkan dan menolong orang lain dalam pelayanannya bagi Kristus. Ini adalah tugas pemimpin dalam memimpin suatu program yang dikerjakan dengan cara yang mendidik, bukan dengan metode diktator maupun menguasai.
Rasul Paulus mengungkapkan bahwa dalam gereja, ada pelayan-pelayan Tuhan yang ditunjuk untuk menjalankan tugas-tugas khusus di gereja. Uskup dan diakon, demikian pula dengan rasul, penginjil, dan nabi, dipersiapkan untuk pelayanan-pelayanan khusus. Semua tugas pelayanan yang mereka emban harus dijalankan dengan sopan dan teratur (1 Korintus 14:40). Alkitab memang tidak memberikan kepada kita pengaturan organisasi gereja yang lengkap. Namun demikian yang jelas kita harus mengikuti peraturan- peraturan umum yang menjadi bagian integral gereja seperti yang diberikan dalam kitab-kita Perjanjian Baru. Sedangkan yang lain yang menjadi pelengkap dapat diatur sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Setiap posisi dalam pelayanan di gereja adalah penting.
Karena terpaksa, kita menyebut beberapa posisi dalam organisasi gereja sebagai "lebih tinggi" dan "lebih rendah". Hal ini bukan berarti mengatakan bahwa di mata Tuhan suatu pelayanan atau posisi tertentu lebih penting dari pada yang lain. Seperti yang diungkapkan Rasul Paulus:"...anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus" (1 Kor. 12:22,23). Selain itu gereja juga membuat perbedaan dalam pemberian tugas. Misalnya saja, Jetro, ayah mertua Musa mengungkapkan akan adanya perkara-perkara kecil dan perkara-perkara besar dimana perkara-perkara besar tersebut akan diadili oleh Musa sendiri (Kel. 18:22). Demikian juga para Rasul membedakan antara tugas-tugas penting dan tugas- tugas yang kurang penting (Kej. 6:1-4). Dengan demikian, jenis- jenis kerja adminsitrasi memang perlu dibedakan, tetapi yang lebih penting lagi adalah kesetiaan seseorang akan tugasnya.
Pelajaran 05 | Pertanyaan 05 | Referensi 05a | Referensi 05b
Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Di Dalam Adam
Kode Pelajaran : DIK-R05c
Referensi DIK-R05c diambil dari:
Salah satu makalah yang disampaikan dalam sidang pleno Kongres Lausanne II di Manila (1989) oleh Pdt. DR. Stephen Tong.
Garis Besar:
KONSEP YANG SALAH MENGENAI DOSA
APAKAH DOSA ITU
DOSA DAN RELASI SEMESTA
Meskipun manusia mencoba untuk lari dari fakta dosa, menawarkan dan menafsirkan ulang, manusia tetap tidak akan pernah dapat melarikan diri dari penyataan Allah mengenai dosa dalam Alkitab. Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa dosa dimulai dari sejarah kejatuhan Adam, manusia pertama dan wakil dari umat manusia, dan kemudian memasuki dunia. Sebelum kita berpikir mengenai pengertian dosa, pertama mari kita melihat konsep yang keliru mengenai dosa.
Pertama, Alkitab tidak memberikan satu tempatpun bagi konsep pra- eksistansi kekal dari dosa. Dosa bukan suatu keberadaan kekal yang ada dengan sendirinya. Juga dosa maupun kejahatan bukan realitas yang berdiri sendiri. Demikian juga iblis dan kuasa-kusas kejahatan. Tidak ada apapun dan siapapun, hanya Allah sendiri yang ada dengan sendirinya dan merupakan realitas yang kekal. Hanya Allah yang tanpa awal dan akhir. Alkitab langsung menolak ontologi dualisme dalam agama.
Kedua, Alkitab tidak memberikan tempat bagi konsep bahwa dosa diciptakan atau sumber dari kejahatan. Kata "kejahatan" dalam Yes. 45:7 (dalam terjemahan versi King James) harus dimengerti sebagai hukuman Allah dalam sejarah, sebagai manifestasi dari kebenaran dan pemerintahanNya kepada dunia yang berdosa, tapi bukan kejahatan secara ontologi ataupun moral.
Ketiga, Alkitab tidak memberikan tempat untuk Allah dipandang bertanggung jawab atas dosa. Mengenai hal ini, satu hal yang dapat kita lihat dari Alkitab adalah satu ijin yang misterius untuk munculnya kejahatan sebagai akibat dari salah penggunaan akan kebebasan yang diciptakan di dalam mahluk-mahluk rohani, yang juga menjadi aspek dari gambar dan rupa Allah yang harus dipertanggungjawabkan pada keadilan dan penghakiman Allah.
Maka dosa muncul dari ciptaan sendiri. Sebagai ciptaan dari yang dicipta untuk melawan Pencipta mereka. Dalam hal ini, Yesus berkata, "Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" (Yoh. 8:44).
Sekarang kita memikirkan tentang dosa. Alkitab mengajarkan bahwa dosa lebih dari sekedar kegagalan etika. Untuk menyatakan dosa dengan sesuatu yang tidak tepat hanya mendangkalkan arti dosa itu.
Pertama, berbicara secara philologi, dosa berarti "tidak mencapai target". Perjanjian Baru menggunakan kata hamartia untuk mengindikasikan bahwa manusia diciptakan dengan sebuah standar atau target sebagai tujuan dan arah hidup. Ini berarti kita harus bertanggung jawab kepada Allah. Ketika dosa datang, kita gagal untuk mencapai standar Allah. Setelah kejatuhan manusia, pandangan manusia mengenai target kehidupan menjadi kabur dan kehilangan kriteria arah hidup. Inilah alasan Allah untuk mengutus AnakNya untuk kembali menunjukkan standar itu dan menjadikan Dia sebagai kebenaran dan kesucian kita. Tujuan hidup manusia hanya dapat ditemukan kembali melalui contoh sempurna dari Kristus yang berinkarnasi.
Kedua, berbicara dari sudut posisi, dosa adalah satu perpindahan dari status yang mula-mula. Manusia diciptakan berbeda, dalam perbedaan posisi, dengan tujuan untuk menjadi saksi Allah, diciptakan antara Allah dan iblis, baik dan jahat. Setelah kejatuhan setan manusia diciptakan dalam kondisi netral dari kebaikan yang dapat dikonfirmasikan melalui jalan ketaatan, diciptakan sedikit lebih rendah dari Allah tetapi mempunyai dominasi atas alam, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Ketaatan yang benar dari manusia dihadapan pemerintah Allah adalah rahasia untuk mengatur alam, dan untuk mencapai tujuan yang benar dari kemuliaan natur pencipta dalam hidup manusia. Segala pencobaan datang kepada manusia selalu dalam usaha mencoba untuk membawa manusia jauh dari posisi rencana Allah yang mula-mula. kemudian datang kekacauan. Hal yang sama terjadi juga kepada malaikat tertinggi dan Alkitab mengatakan, "Mereka tidak mempertahankan status mereka yang pertama" untuk menjelaskan kejatuhan mereka. Inilah satu konsep yang benar dalam mengerti mengenai dosa.
Ketiga, dosa adalah penyalahgunaan kebebasan. Penghormatan terbesar dan hak istimewa yang Allah berikan kepada manusia adalah karunia kebebasan. Kebebasan menjadi satu faktor yang tidak bisa ditawar-tawar sebagai fondasi dari nilai moral. Hasil moral hanya dapat berakar dalam kerelaan, tidak lahir karena paksaan. Arti kebebasan mempunyai dua pilihan: hidup berpusatkan Allah atau hidup berpusatkan diri sendiri. ketika manusia menaklukkan kebebasannya di bawah kebebasan Allah, itulah pengembalian kebebasan kepada pemilik kebebasan yang mula-mula. Jenis pengembalian ini mencari kesukacitaan dari kebebasan dalam batasan kebenaran dan kebaikan Allah. Sebab Allah adalah realita dari kebaikan itu sendiri, segala macam pemisahan dariNya akan menyebabkan keburukan, dan juga hidup berpusat diri sendiri jelas penyebab dosa. Terlalu berpusat pada diri sendiri akan menjadi awal ketidakbenaran. Kebebasan tanpa batas dari kebenaran Allah akan menjadi kebebasan yang salah. Bukanlah suatu kebebasan yang dimaksudkan Yesus ketika Ia berkata, "tidak seorangpun dapat mengikut Aku tanpa menyangkal dirinya sendiri."
Keempat, dosa adalah kuasa yang menghancurkan. Dosa tidak hanya gagal dalam pengaturan tapi lebih dari itu adalah kuasa yang mengikat terus menerus yang tinggal dalam orang berdosa. Paulus menggunakan bentuk tunggal dan bentuk jamak dari dosa dalam kitab Roma. Bentuk jamak dari dosa mengindikasikan perbuatan-perbuatan salah, tapi bentuk tunggal dair dosa berarti kuasa yang mengarahkan segala perbuatan dosa. Paulus mempersonifikasikan dosa sebagai kuasa yang memerintah dan prinsip yang mengatur kehidupan orang berdosa. Ia juga merusak semua aspek kehidupan kepada satu tingkatan dimana tidak ada satu aspek kehidupan pun yang tidak kena distorsi atau polusi. Inilah yang ditekankan dan dijelaskan Reformator. Berjuang melawan pengertian tidak lengkap mengenai kuasa dosa dalam Scholastisisme abad pertengahan. Dosa tidak hanya mencemarkan aspek kehendak, tapi juga berpenetrasi pada aspek emosi dan rasio. Tujuan utama dari kuasa penghancur ini untuk menyebabkan manusia menghancurkan diri sendiri dan membunuh diri sendiri seperti yang dikatakan Kierkegard, bahwa manusia dilahirkan dalam dosa. Satu-satunya kuasa yang kita miliki adalah kuasa untuk membunuh kita sendiri.
Kelima, dosa dalah penolakan terhadap kehendak Allah yang kekal. Akibat utama dari dosa tidak hanya merusak manusia tapi juga melawan kehendak Allah yang kekal melalui manusia. Inilah hal yang paling serius yang berhubungan dengan kesejahteraan rohani semesta. Calvin mengatakan, "Tiada yang lebih besar daripada kehendak Allah kecuali Allah sendiri." Ciptaan alam semesta, keselamatan umat manusia dan kebahagiaan kekal semua ada oleh kehendak Allah maka orang Kristen harus sadar pentingnya ketaatan yang setia kepada kehendak Allah. Seperti Kristus mengajarkan murid-muridNya untuk berdoa, "Jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga." Alkitab juga mengajarkan kita dalam 1 Yoh. 2:17, bahwa dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Dosa tidak berhenti sebagai peristiwa saja tetapi terjadi perusakan yang lebih lanjut dalam orang berdosa dan mengganggu seluruh susunan alam semesta. Dosa menghancurkan hubungan-hubungan baik secara pribadi maupun semesta, termasuk hubungan Allah dengan manusia, manusia dengan manusia. Dalam suatu pengertian yang lebih dalam dosa juga menghancurkan hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu dosa membuat mustahilnya hidup harmonis, tapi yang paling dalam adalah rusaknya hubungan manusia dengan Allah. Dari hak mula- mula yang kita miliki, kita diciptakan lebih tinggi dari alam. Alam diciptakan untuk manusia. berarti manusia menikmati, menyukai, mengatur, memelihara dan menafsirkan alam dalam menjalankan fungsi kenabiannya. Tapi dosa telah membalikkan manusia sebagai penghancur, musuh, bahkan penghancur alam. Menyelidiki alam dan menemukan kebenaran Allah yang tersembunyi didalamnya adalah dasar ilmu pengetahuan, tetapi sejak timbulnya dosa ilmu pengetahuan gagal untuk berfungsi sebagai alam untuk memuliakan Allah dan berbalik kepada kemungkinan digunakan sebagai alat setan untuk menghancurkan Allah dan manusia. sebagai akibat rusaknya hubungan antar manusia, manusia kehilangan potensi untuk merefleksikan kasih dari Allah Tritunggal, yang menjadi model bagi komunitas manusia. Saling menghargai atau menghormati, saling percaya, saling melengkapi adalah ketidakmungkinan dalam masyarakat kita. Sebaliknya kita melihat pemutlakan dari setiap individu sendiri untuk menolak orang lain dengan hidup berpusatkan pada diri sendiri yang menyebabkan tekanan dari sakit hati yang tanpa akhir dalam komunitas kita bahkan dalam hubungan internasional. Sebagai akibat dari hancurnya hubungan antara manusia dan diri sendiri, manusia menjadi musuhnya sendiri. Ia kehilangan semua damai rohani, perlindungan kekal, dan keyakinan akan arti hidup. Dan selanjutnya keberadaan manusia jadi sebuah pulau yang terisolasi dalam alam semesta, keberadaan yang lain menjadi neraka yang menyiksa dan kenihilan tampaknya sebagai suatu yang ada, yang menelan keberadaan kita ke dalam kenihilan. Semua terefleksi dalam eksistensialis atheistik moderen.
Pemutusan hubungan yang paling serus dalam hubungan atara manusia dengan Allah, menjadi penyebab putusnya hubungan-hubungan yang lain. Ketika manusia dipisahkan dari Allah menjadi tanda tidak lagi ada relasi lain yang dapat diperbaiki. Tertutup semua kemungkinan damai tiap pribadi dalam roh dan damai universal di bumi. Seluruh abad 20 adalah ladang pelaksana dari ideologi abad 19 dan kita lihat tidak ada pengharapan sejati bagi masa depan kita, juga sekarang dalam dekade akhir dari abad ini. Kita tetap menghadapi ketidaktahuan akan kemungkinan masa depan. Tidakkah kini waktu yang tepat dibandingkan waktu lain untuk tenang mengadakan evaluasi ulang? Segala kelemahan darr teologi yang muncul dari humanisme antroposentris.
Alkitab mengatakan Allah adalah kasih, Allah adalah hidup, Allah adalah terang. Ia juga Allah dari kebenaran, kebaikan dan kesucian. Apa model lingkunan yang kita miliki jika kita terpisah dari Allah yang sedemikian seperti yang dinyatakan dalam Kristus? Hanya satu kemungkinan yang tersedia bagi kita yaitu kebencian, kematian, kegelapan, penipuan, ketidakadilan dan kerusakan-kerusakan yang jelas kita lihat pada zaman ini. Tidakkah kita harus mengakui bahwa ada gap besar antara mandat kultural Allah kepada manusia dengan hasil kultural yang dicapai manusia? Itulah dosa!
Pertanyaan 07 | Referensi 07a | Referensi 07b
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Kelahiran Baru |
Kode Pelajaran | : | DIK-P07 |
Daftar Isi
Teks Alkitab
Ayat Kunci
Doa
TEKS ALKITAB
Yohanes 3:1-21, 1:10-13, 8:32-44
AYAT KUNCI
Yohanes 3:3
Dalam pelajaran yang lalu, kita telah melihat bahwa di dunia ini terdapat dua jenis keluarga. Kepala dari keluarga yang satu adalah Adam yaitu manusia yang pertama. Kepala dari Keluarga yang Kedua adalah Kristus yang disebut sebagai Manusia Kedua dari Tuhan.
Sebagian orang berpendapat bahwa Tuhan adalah Bapa bagi semua manusia. Hal ini tidak benar. Tuhan itu hanya menjadi Bapa bagi orang-orang yang sudah menjadi keluarga Kristus. Bagi mereka yang masih berada di dalam keluarga Adam, Setan adalah bapa mereka. Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa Tuhan bukanlah Bapa dari semua manusia.
Pada suatu hari, Yesus berbicara kepada beberapa pemimpin agama di Yerusalem. Mereka mengatakan bahwa Tuhan adalah Bapa mereka. Walaupun mereka mengatakan demikian, hati mereka penuh dengan kejahatan karena mereka membenci Yesus dan ingin membunuh-Nya. Yesus tahu apa yang ada di dalam hati mereka sehingga Ia berkata kepada mereka.
"Jikalau Tuhan adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Tuhan...." Yohanes 8:42
Ketika Yesus mengatakan, "JIKALAU Tuhan adalah Bapamu...." Ia bermaksud menunjukkan dengan jelas bahwa Tuhan bukanlah Bapa mereka. Agar lebih jelas lagi, Ia menyatakan kepada mereka siapa bapa mereka yang sebenarnya. Ia berkata dengan tegas, "IBLIS-lah yang menjadi bapamu...." Yoh. 8:44. Jadi dengan perkataan lain, bukan Tuhan yang menjadi Bapa mereka, melainkan Setan.
Demikian pula hal ini berlaku kepada setiap orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Namun seseorang tidak harus terus berada di dalam keluarga Setan karena Tuhan Yesus telah menyediakan jalan bagi kita semua untuk menjadi anak Tuhan. Alkitab menyebut hal ini sebagai "kelahiran baru". Mari kita coba memahami artinya.
Kelahiran baru adalah tindakan rahasia Allah di dalam diri manusia melalui firman dan Roh dimana Allah menanamkan dasar kehidupan rohani yang baru yang terjadi seketika dan sekaligus, melahirkan sebuah kehidupan yang menggerakkan ke arah Allah sehingga memiliki persekutuan dengan Allah dan memperoleh hidup yang kekal.
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipahami dalam kelahiran baru:
Kelahiran baru bukanlah menyingkirkan, membuang atau menyulap natur lama manusia sehingga natur lama menjadi hilang atau tidak ada dan menggantikan dengan natur yang baru sehingga manusia tidak dapat berbuat dosa lagi.
Kelahiran baru bukanlah perbaikan/reparasi natur jiwa lama manusia (pikiran, emosi, kehendak) sedikit demi sedikit menuju kepada kesempurnaan.
Kelahiran baru terjadi seketika dan sekaligus (tidak bertahap/ sedikit demi sedikit dan hanya satu kali/tidak berulang kali).
Natur jiwa lama manusia masih ada ketika seseorang dilahirkan baru. Prinsip kehidupan baru yang Allah tanamkan itulah yang akan mempengaruhi pikiran, emosi dan kehendak manusia.
Terjadinya kelahiran baru merupakan karya rahasia Allah semata yang tersembunyi dari manusia, sesuatu yang kita tidak ketahui (Bdk. Yoh. 3:8). Kita hanya dapat melihat akibatnya saja.
Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah." Yohanes 3:3
Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk dalam Kerajaan Allah." Yohanes 3:5
Dari dua ayat tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat masuk dalam kerajaan Allah, manusia perlu mengalami kelahiran baru. Jadi, kelahiran baru merupakan syarat yang mutlak untuk dapat masuk dalam kerajaan Allah. Tanpa kelahiran baru, manusia akan binasa. Mengapa demikian? Karena tanpa kelahiran baru dari Firman dan Roh, manusia akan tetap tinggal di dalam Adam dan berada dibawah murka Allah. Itulah perlunya kelahiran baru bagi setiap orang. Tidak ada cara lain untuk keluar dari keluarga Adam kecuali menjadi keluarga Allah dimana Kristus sebagai Kepalanya dan memiliki hidup yang kekal kecuali melalui kelahiran baru.
Alkitab mengatakan kepada mereka yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juru selamat bahwa mereka telah dilahirkan kembali "bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Tuhan." Yohanes 1:13
Kelahiran baru itu adalah bukan "dari darah." Ini berarti kelahiran baru itu tidak diterima atau diperoleh dari orang tua kita. Keselamatan itu tidak diwariskan melalui keturunan. Dengan perkataan lain, tidak ada seorangpun yang dilahirkan ke dunia ini langsung menjadi orang Kristen. Mempunyai ibu-bapa Kristen merupakan suatu hal yang indah. Namun hal ini tidak dapat menjadikan Anda anak Tuhan. Masing-masing kita harus dilahirkan secara perseorangan (pribadi) ke dalam keluarga Tuhan.
Kelahiran baru adalah bukan "dari keinginan daging." Ini berarti tidak ada seorangpun yang dapat menjadikan dirinya sebagai anak Tuhan dengan usahanya sendiri. Kehidupan kekal tidak dapat diusahakan tetapi harus diterima sebagai pemberian atas karunia secara cuma-cuma dari Tuhan.
Kelahiran baru adalah bukan "dari keinginan seorang laki-laki." Ini berarti tidak ada pengkhotbah atau pendeta yang dapat menjadikan Anda sebagai anak Tuhan. Tidak ada upacara gereja seperti perjamuan kudus atau pembaptisan yang dapat menjadikan Anda sebagai anak Tuhan. Menjadi anggota gereja pun tidak dapat menjadikan Anda sebagai orang Kristen. Kelahiran baru adalah "dari Tuhan." Alkitab mengatakan:
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Tuhan, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." Efesus 2:8, 9
Tak seorangpun yang dapat dilahirkan baru tanpa mendengar dan percaya kepada Firman Tuhan. Tidak ada seorang pun yang dapat dilahirkan baru tanpa pekerjaan Roh Kudus. Kelahiran baru itu adalah pekerjaan Roh Kudus yang menggunakan Firman Tuhan. Roh Kudus menggunakan Firman Tuhan untuk menunjukkan kepada kita bahwa kita adalah orang berdosa yang memerlukan seorang Juruselamat. Roh Kudus juga menggunakan Firman Tuhan yang sama untuk menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Juruselamat yang kita perlukan. Ia telah mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia. Berikut ini dua ayat Alkitab yang menjelaskannya:
"Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Tuhan yang hidup dan yang kekal." 1 Petrus 1:23
"Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh." Yohanes 3:6
Tuhan melakukan banyak hal yang indah ketika kita dilahirkan baru. Berikut ini adalah diantaranya:
Tuhan Menempatkan Kita Dalam Keluarga Kristus
Apa artinya? Artinya adalah kita tidak lagi berada di dalam Adam melainkan di dalam Kristus. Semua orang yang belum dilahirkan baru, mereka berada di dalam Adam, mewarisi dosa Adam dan berada di bawah penghukuman. Ketika seseorang dilahirkan kembali, Tuhan mengeluarkannya dari kedudukannya sebagai keluarga Adam dan diangkat menjadi anak-Nya Yoh. 1:12, 13, masuk dalam keluarga Allah dimana Kristus sebagai Kepala.
Tuhan Memberikan Roh yang Baru Kepada Kita
Ia juga mengaruniakan kepada kita Roh-Nya untuk tinggal di dalam roh kita yang baru itu. Ini disebut kelahiran kembali. Satu hal yang perlu dijelaskan di sini adalah bahwa sifat lama kita tidak dimusnahkan atau disingkirkan ketika kita dilahirkan baru, melainkan Ia memberikan Roh-Nya kepada kita untuk dapat menang atasnya. Sifat lama kita tidak akan disingkirkan sampai Yesus datang untuk membawa kita bersama-Nya di Surga. Namun dengan berdiamnya Roh Kudus di dalam kita maka kita dapat mengatasi atau mengalahkan sifat manusia lama kita yang berdosa ini.
Tuhan Mengaruniakan Kehidupan Yang Kekal Kepada Kita
Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk dalam Kerajaan Allah." Yohanes 3:5. Ayat ini memberikan jaminan bagi seseorang yang telah dilahirkan baru untuk dapat masuk dalam kerajaan Allah, artinya ialah hidup kekal bersama Allah dalam kerajaan Sorga.
Masing-masing kita perlu memastikan apakah kita benar-benar telah mengalami kelahiran baru atau belum. Tuhan telah memberikan beberapa cara agar kita dapat mengetahuinya dengan pasti. Ada tiga hal yang membuktikannya:
Kesaksian Roh Kudus
Ketika kita dilahirkan baru, Roh Tuhan datang dan diam di dalam kita dan memberi kesaksian bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak Tuhan. Alkitab mengatakan:
"Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Tuhan." Roma 8:16
Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat dijelaskan atau dibuktikan kepada orang lain namun kita sendiri secara pribadi dapat mengetahuinya secara pasti.
Firman Tuhan
Ketika kita dilahirkan baru, Roh Tuhan akan menjadikan Firman Tuhan itu nyata di dalam hati kita dan kita akan dapat mengetahui dari Firman Tuhan bahwa kita telah diselamatkan. Alkitab mengatakan,
"Semuanya itu telah kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes 5:13
Tingkah laku kita
Ketika kita benar-benar dilahirkan baru, tingkah laku atau tindakan kita akan berubah. Kita mau mentaati Tuhan dan AnakNya, Yesus Kristus. Kita mulai menyukai hal-hal yang benar dan baik dan membenci apa yang salah. Kita juga akan memiliki kasih terhadap orang-orang yang belum diselamatkan dan ingin supaya mereka juga dapat diselamatkan. Selain itu, kita juga akan mengasihi orang- orang Kristen yang lain. Alkitab mengatakan: "Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita...." 1 Yohanes 3:14
Semua hal ini akan terjadi karena kita telah mengalami kelahiran baru. Sudahkah ANDA mengalami kelahiran baru?
DOA
"Tuhan, terima kasih karena telah membuka jalan bagi saya untuk menjadi anak-Mu dan memanggil Engkau 'Bapa.' Hiduplah di dalam saya. Dalam Nama Yesus saya berdoa." Amin
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
Pertanyaan 05 | Referensi 05a | Referensi 05b | Referensi 05c
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Di Dalam Adam |
Kode Pelajaran | : | DIK-P05 |
Daftar Isi
Teks Alkitab
Ayat Kunci
Doa
TEKS ALKITAB
Roma 5:12-21, Efesus 2:13
AYAT KUNCI
Roma 5:19
Dalam dua pelajaran yang lalu kita telah mempelajari bagaimana dosa masuk ke dalam dunia. Pertama, Setan memberontak terhadap Tuhan dan mendirikan kerajaannya untuk menentang Tuhan. Kemudian ketika Adam dicobai, iapun memberontak terhadap Tuhan.
Dalam Pelajaran 05 ini, kita akan melihat relasi antara dosa Adam pada umat manusia, yaitu akibat buruk dosa Adam atas semua manusia. Kita akan melihat KEHANCURAN MANUSIA SECARA MENYELURUH DALAM DOSA.
Mengapa kita harus kuatir terhadap Adam dan apa yang telah terjadi kepadanya? Sebabnya ialah karena Adam adalah kepala semua umat manusia. Adam berbeda dari orang-orang lain karena ia adalah manusia pertama yang menjadi sumber (asal usul) seluruh umat manusia. Oleh karena itu apa yang terjadi kepada Adam akan mempengaruhi seluruh umat manusia, termasuk Anda dan saya. Tuhan tidak menciptakan berjuta-juta manusia untuk memenuhi bumi. Ia hanya menciptakan satu orang manusia saja yaitu Adam. Dari dialah seluruh umat manusia berasal. Karena itu, Tuhan melihat semua umat manusia sebagai orang-orang yang berada DI DALAM ADAM. Bagaimanakah kita sampai berada di dalam Adam? Melalui kelahiran. Semua yang dilahirkan ke dalam keluarga manusia berada DI DALAM ADAM. Apakah maksud berada di dalam Adam itu? Berada di dalam Adam berarti turut ambil bagian di dalam segala keberadaan Adam dan segala perkara yang dilakukannya. Ada beberapa fakta yang benar- benar terjadi pada setiap orang. Fakta-fakta itu membuktikan bahwa kita berada di dalam Adam, yaitu a.l.:
Kita akan membahas bagaimana kelima hal ini terjadi kepada semua manusia sebagai akibat dosa Adam.
Memisahkan Manusia Dari Kehidupan Tuhan
Dosa memisahkan manusia dari Tuhan. Ketika Adam berdosa, ia terpisah dari kehidupan Tuhan. Terpisah dari kehidupan Tuhan berarti mati secara rohani. Dosa Adam yang menyebabkan kematian rohani ini tidak hanya menimpa dirinya saja melainkan juga seluruh umat manusia. Semua manusia telah terpisah dari kehidupan Tuhan. Mengapa? Karena semua manusia berada DI DALAM ADAM.
Membawa Umat Manusia ke dalam Kerajaan Kegelapan
Ketika Adam memberontak terhadap Tuhan, ia telah memihak kepada Setan, pemberontak yang pertama itu. Dia telah masuk ke dalam kerajaan kegelapan, yang mana Setan adalah pemerintahnya. Oleh karena itu, Adam berada di bawah kuasa Setan. Karena Adam adalah kepala dari umat manusia, maka dia telah membawa semua umat manusia ke dalam kerajaan kegelapan. Jadi semua manusia keturunan Adam berada dalam kerajaan kegelapan.
Mengakibatkan Umat Manusia Berdosa
Ketika Adam pertama diciptakan Tuhan, Adam adalah manusia yang mengutamakan Tuhan. Ia mengasihi Tuhan dan ingin melakukan kehendak-Nya. Tuhan adalah Raja yang bertakhta di hatinya. Namun ketika Adam berdosa, perubahan terjadi dalam hatinya. Ia sekarang lebih mengutamakan dan melakukan kehendak dirinya sendiri daripada mengasihi dan melakukan kehendak Tuhan. Tuhan tidak lagi memerintah sebagai Raja dalam hatinya. Adam sekarang memiliki sifat dosa.
Sifat dosa dan sikap mementingkan diri sendiri ini kemudian diturunkannya kepada anak-anaknya. Alkitab mengatakan bahwa Adam mempunyai seorang anak laki-laki "menurut gambar dan rupanya" (Kej 5:3). Adam sendiri diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan namun ia telah melahirkan anak yang menuruti gambar dan rupanya yang berdosa. Pembunuhan yang dilakukan Kain terhadap adiknya menunjukkan bahwa sifat dosa telah berkuasa pada keturunan Adam dan Hawa. Akibat atau pengaruh dosa Adam ini tidak hanya berlaku terhadap anak-anak Adam saja. Adam adalah kepada seluruh umat manusia. Ia telah menurunkan sifatnya yang berdosa itu kepada seluruh umat manusia. Ketidaktaatan Adam telah menyebabkan seluruh umat manusia berdosa. Roma 5:19 mengatakan: "Oleh ketidaktaatan satu orang, semua orang telah menjadi berdosa."
Membawa Semua Manusia Berada Di Bawah Kuasa Dosa
Oleh karena manusia sudah berdosa, maka mereka berada di bawah kuasa dosa. Yohanes 8:34 mengatakan:
"Setiap orang berbuat dosa, adalah hamba dosa."
Di dalam kerajaan kegelapan, dosa memerintah sebagai raja dan semua manusia yang berada di dalamnya berada di bawah kuasa dosa.
Membawa Kematian Dan Hukuman Kepada Seluruh Umat Manusia
Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang yaitu Adam dan kematian terjadi sebagai akibat dosa itu. Alkitab mengatakan:
'Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia melalui satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. Roma 5:12
Setelah kematian akan datang hukuman. Setiap orang yang belum diselamatkan akan dihakimi dosa-dosanya. Alkitab mengatakan, "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi." Ibrani 9:27
Setiap orang yang BERADA DI DALAM ADAM adalah bersalah di hadapan Tuhan. Ada orang berpikir bahwa mereka akan diterima oleh Tuhan sebagaimana keadaan mereka. Pikiran Tuhan tidaklah demikian. Tuhan mengatakan sebaliknya. Ia mengetahui isi hati manusia. Mengenai semua manusia keturunan Adam, Tuhan berkata dalam FirmanNya: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Tuhan. Semua orang telah melanggar, mereka semua tidak berguna. Tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan." Roma 3:10-12, 23
Sekarang baru kita mengetahui mengapa Alkitab mengatakan, "Kamu harus dilahirkan kembali...."
Mengapa setiap orang harus dilahirkan kembali? Karena setiap orang telah dilahirkan sebagai manusia yang berdosa dan berada di bawah hukuman Tuhan.
DOA
"Bapa terima kasih karena Firman-Mu telah menunjukkan kepada kami tentang kebinasaan menyeluruh akibat doa manusia. Terima kasih karena membuka jalan bagi saya untuk dilahirkan kembali melalui iman di dalam Tuhan Yesus Kristus." Amin.
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
Pelajaran 06 | Referensi 06a | Referensi 06b | Referensi 06c
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Manusia Kedua dari Tuhan |
Kode Pelajaran | : | DIK-T06 |
Harap setiap peserta mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.:
Selamat mengerjakan!
Perhatian:
Setelah lembar jawaban di bawah ini diisi, mohon dikirim kembali dalam bentuk plain text (e-mail biasa) dan bukan dalam bentuk attachment ke:
Pelajaran 10 | Pertanyaan 10 | Referensi 10b | Referensi 10c
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Menang Atas Keinginan Daging |
Kode Pelajaran | : | DIK-R10a |
Referensi DIK-R10a diambil dari:
Judul Artikel | : | Hidup yang Dipimpin Roh Kudus |
Judul Majalah | : | Momentum (No. 30 th. 1996) |
Penerbit | : | LRII |
Halaman | : | 12 - 19 |
Artikel ini ditranskrip dan diedit kembali dari khotbah Pdt. Joshua Lie. STh. di Mimbar Gereja Reformed Injil Indonesia di Jakarta
Galatia 5:13-18
Paulus berkata, kehidupan Kristen adalah kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus meskipun masih hidup di dalam dunia yang berdosa ini. Apa arti dan maksud hidup dipimpin oleh Roh Kudus? Apa yang membuat kita sulit untuk hidup dipimpin oleh Roh Kudus di dalam pengalaman hidup kita setiap hari?
Kita seringkali terjebak ke dalam pengertian yang salah tentang apa arti dipimpin oleh Roh Kudus. Pertama, Kadang-kadang orang dengan mudah menyamakan hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus dengan kemerdekaan, meskipun itulah yang dikatakan oleh firman Tuhan. Tetapi jika mengartikan kemerdekaan itu sebagai tidak lagi diikat oleh peraturan-peraturan, ikatan-ikatan yang bersifat jasmaniah, dan ikatan-ikatan yang mengatur hidup kita. Kita berpikir karena Roh Kudus adalah Roh, maka hidup dipimpin oleh Roh Kudus berarti hidup yang tidak dibatasi peraturan yang mengikat hidup kita, dan kebebasanlah yang menjadi ciri hidup orang Kristen. Penafsiran ini sangat berbahaya. Penafsiran ini membuat orang beranggapan bahwa jika seseorang hidupnya dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus, maka ibadahnyapun boleh bebas, tidak ada lagi ikatan. Demikian pula ia beranggapan bahwa jika dipimpin oleh Roh Kudus, maka hidup sehari- hari tidak perlu mempunyai peraturan yang jelas, tidak perlu mempunyai pimpinan yang jelas. Orang itu mengalami kemerdekaan yang sesungguh- sungguhnya, berdasarkan apa yang ia mau. Tetapi Paulus tidak pernah bermaksud seperti itu. Jika pada Gal 5:1 Paulus mengatakan, supaya kita sungguh-sungguh merdeka, karena Kristus sudah memerdekakan kita. Di dalam ayat 13 Paulus mengulang kalimat kemerdekaan itu, tetapi dengan nada yang lain. Sehingga jika kita mengatakan hidup dipimpin oleh Roh Kudus itu identik dengan kemerdekaan dan berhenti sampai di situ, maka kita akan terjebak ke dalam tipuan yang mempersulit hidup kita dan berjalan di jalan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Kedua, Di lain pihak, orang berpendapat bahwa orang yang dipimpin dan dikuasai oleh Roh Kudus itu tidak identik dengan kebebasan, tetapi justru identik dengan ikatan. Beberapa kali di dalam konseling, saya juga melayani orang-orang yang berpendapat seperti itu. Mereka berkata, jika dipimpin oleh Roh Kudus, maka kita harus menaati dan menjalankan hal-hal yang menyenangkan Roh Kudus. Jika kita berani menjalankan sesuatu yang tidak menyenangkan Roh, maka Roh itu menjadi berbahaya sekali. Ini adalah konsep-konsep dari latar belakang kebudayaan dan agama kita yang kadang-kadang masih terbawa ke dalam pikiran kita sebagai orang Kristen. Saya juga pernah mengalami pengalaman-pegalaman seperti itu. Pada waktu saya baru bertobat, saya banyak dipengaruhi oleh buku-buku yang sangat menekankan kerohanian di dalam kekristenan, justru semakin saya mengerti apa itu spiritual man, semakin saya merasa hidup harus lebih hati-hati. Sampai-sampai pada waktu malam, sebelum saya berdoa malam, kadang-kadang saya menghitung, sudah berapa kali saya tertawa hari ini? Jika saya sudah tertawa lebih daripada 5 kali, maka saya merasa hidup saya sebagai orang Kristen kurang anggun. Jadi setiap hari sebelum saya tidur, saya mulai memikirkan tiap hal, apa itu spiritual man, apakah layak saya hidup seperti ini atau seperti itu. Akibatnya terus jatuh ke dalam ikatan- ikatan yang saya buat sendiri.
Jadi seringkali kita terjebak ke dalam dua pendapat ekstrim di atas. Yang pertama berpendapat bahwa hidup yang dipimpin Roh Kudus itu identik dengan kemerdekaan dalam pengertian kemerdekaan yang liar dan merusak hidup kita. Yang kedua, ada sebagian orang dengan latar belakang dan pengaruh kebudayaan, agama-agama yang dianutnya sebelum Dia menjadi Kristen, kadang-kadang juga mempunyai pendapat bahwa hidup dipimpin oleh Roh Kudus justru berarti banyak ikatan-ikatan, peraturan-peraturan yang harus dikerjakan dengan hati-hati, supaya jangan sampai Roh itu menjadi kecewa dan marah. Inipun bukan yang dimaksudkan oleh Paulus.
Tetapi kita boleh berhenti sampai di sini saja, yaitu membicarakan pengertian yang salah tentang pimpinan Roh Kudus. Sebab, jika hanya ini saja, maka kitapun belum mengerti apa yang dimaksud dengan dipimpin oleh Roh Kudus.
Jadi apa arti hidup dipimpin oleh Roh Kudus? Apakah pimpinan Roh Kudus dengan sendirinya identik dengan kebebasan? Kebebasan macam apa? Di dalam ayat 13, kita melihat Paulus mengkontraskan dua hal: Saudara- saudara, kamu memang telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa. Istilah "dosa" di sini kurang tepat. Karena istilah ini di dalam bahasa aslinya "sarx" itu daging. Jadi di sini Paulus mengatakan, memang hidup di pimpin oleh Roh Kudus, hidup di dalam Kristus dan Roh-Nya yang kudus itu, membawa kita kepada kemerdekaan, tapi di balik kemerdekaan itu, ada satu bayang-bayang yang ingin menguasai kita, yaitu daging. Di satu pihak, kita melihat orang-orang yang berlatar belakang Yahudi dan kemudian masuk ke jemaat Galatia, yang ingin mengacaukan seluruh pengertian jemaat Galatia, justru mengambil jalur yang kedua: hidup dipimpin oleh Roh Kudus, berarti masuk ke dalam ikatan-ikatan hukum seperti sunat, dan tata cara di dalam hukum Musa yang harus dijalankan dengan teliti. Kemudian Paulus mengatakan lebih lanjut, sebetulnya seluruh inti dari hukum itu hanya satu: kasihilah sesamamu manusia dan layanilah mereka. Di sini kita melihat, jika kita langsung mengkaitkan sesuatu, tetapi pengertian tidak tuntas, maka kita justru akan terjebak ke dalam pengertian yang salah. Jadi kemerdekaan selalu dibayang-bayangi oleh kedagingan. Kalau kita melihat skema seperti itu, maka sebetulnya konflik yang paling mendasar dari hidup seorang percaya adalah antara pimpinan Roh Kudus di dalam hidup kita dengan kedagingan. Di sinilah letak kesalahmengertian kita yang kadang-kadang dikaitkan dengan kebebasan atau dikaitkan dengan segala ikatan-ikatan di dalam peraturan yang menjebak hidup kita.
Prinsip yang Paulus katakan mengenai pertentangan hidup orang percaya adalah pertentangan antara Roh dan daging. Di dalam pengertian ini, kadang-kadang kita hanya mengerti pada satu aspek pertama saja, yaitu aspek pertentangan hidup orang Kristen adalah di dalam dirinya sendiri. Kita mau taat, tetapi kedagingan tidak mau taat. Kadang- kadang kita mau setia, tetapi suara kedagingan mengatakan, tidak perlu setia. Hal ini sering kali orang menggambarkan dengan ilustrasi: di dalam diri kita seperti ada dua ekor kuda, kuda yang putih dan kuda yang putih dan kuda yang hitam. Jika kamu memberi makan kepada kuda hitam lebih banyak, maka dia akan berlari lebih cepat daripada kuda putih. Tetapi jika kau memberi makan kepada kuda putih lebih banyak, maka kuda putih lebih kuat, dan kau bisa lebih taat kepada Tuhan, dan kuda hitam bisa ketinggalan. Pendapat seperti itu tidak seluruhnya salah. Tetapi kalau hidup keristenan berhenti sampai pertentangan seperti itu, kitapun belum masuk ke dalam apa yang Paulus maksudkan di dalam Surat Galatia. Jika kita menganggap bahwa pertentangan hidup kita hanya berada di dalam diri kita sendiri, hanya berkisar pada pertentangan di dalam diri saya sendiri. Maka kita juga belum mengerti secara menyeluruh akan maksud Tuhan di dalam membentuk pertumbuhan rohani kita. Jika pertumbuhan dan pergumulan orang Kristen hanya di dalam diri sendiri, maka berarti problem saya taat atau tidak taat hanya merupakan my problem. Lalu yang menjadi pertanyaan kita, kalau begitu, di dalam pergumulan kita tidak habis-habisnya menyelesaikan kesulitan diri sendiri, kapan kita bisa sungguh-sungguh melayani- melayani Tuhan? Kalau kita mau jujur, bila pergumulan kita hanya berhenti pada pergumulan pertentangan di dalam diri kita sendiri, maka kita belum dan tidak akan menyelesaikan pergumulan itu, dan kita tidak akan pernah melayani Tuhan.
Kita sadar, bahwa pada akhirnya pergumulan hidup Kristen kita adalah pertentangan antara Roh dan kedagingan. Meskipun ekspresi kita bisa jatuh kepada kebebasan, yang seolah-oleh kita bebas di dalam Tuhan, tetapi sebenarnya sudah merupakan perhambaan. Atau mungkin kita masuk ke dalam ikatan-ikatan yang membelenggu kita, yang mengakibatkan kita menjadi congkak dan sombong karena kita merasa sudah mentaati perintah Tuhan dan cukup rohani. Ini sebenarnya kita sudah jatuh ke dalam tipuan daging yang bersembunyi dibaliknya. Kalau kita perhatikan ayat 14 & 15, maka Paulus pertama menyerang orang yang jatuh kepada ikatan- ikatan. Kau mengatakan, kau sudah menjalankan tata agamamu, atau sudah sunat, kau sudah memberikan korban, sudah menjalankan segala sesuatu di dalam hukum Taurat, sebagai orang Farisi dan ahli Taurat yang belum hebat. Paulus mengatakan, sebenarnya hukum itu sederhana sekali: Kasihilah. Jika kita mengambil kesimpulan yang Tuhan Yesus katakan di dalam Mat 22, kasihilah Tuhan Allahmu, kasihilah sesamamu. Maka ketika kita berjuang, mempertahankan hidupku bersih, tanpa bercela, supaya dapat menyatakan hidup di dalam pimpinan Roh, maka kita akan terjebak di dalam hidup yang sama.
Di dalam kebebasan itu, Paulus memberikan peringatan di ayat 15, kalau kamu saling menggigit dan saling menelan, hatilah-hatilah kamu akan saling membinasakan. Dengan memakai nama atas kebebasan, kamu bisa mengganyang, menindas dan mencaplok kebebasan orang lain. Sehingga terjadi ketegangan antar satu dengan yang lain. Di balik semua itu, Paulus mengatakan, tanpa disadari, kita hidup di dalam kuasa, arah, dan pimpinan dari kedagingan itu sendiri, kalau kita mempunyai pengertian yang salah terhadap kedua aspek itu. Paulus mengatakan kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Dalam ayat 16-18. Paulus meneruskan kembali pembahasan ini, dia mengatakan "maksudku ialah" di dalam bahasa Yunaninya adalah suatu penegasan, penjelasan, supaya jemaat tidak kehilangan pengertian yang sebenarnya. "Maksud ku ialah: hiduplah oleh Roh." Kata hiduplah di situ di dalam bahasa aslinya adalah peripateite, maksudnya adalah bagaimana kau membawa seluruh tata cara, kebiasaan hidupmu, way of lifemu, seluruh tingkah lakumu dipimpin dan diarahkan oleh Roh Kudus. Maka sebetulnya pertentangan di antara daging dengan Roh, bukan hanya pertentangan di dalam diri kita sendiri, bukan berhenti hanya dalam pergumulan diri yang tidak habis-habisnya, tetapi pertentangan itu juga nampak keluar, menjadi way of life hidup kita.
Sekarang Paulus masuk ke dalam aspek yang kedua, yaitu sebetulnya, di dalam rangkaian hidup orang-orang percaya, kita hidup dipimpin oleh Roh, maksudnya adalah, seluruh cara, seluruh tingkah laku, seluruh aspek hidup kita, dari dalam maupun dari luar, betul-betul di pimpin oleh Roh Kudus. Karena kalau kita membaca di ayat-ayat berikutnya, seluruh kaitan, perbandingan antara perbuatan daging dengan buah Roh Kudus, semua itu juga menyatakan penampakan keluar, bukan hanya ke dalam. Maka sebenarnya pergumulan-pergumulan kita yang berkaitan dengan Roh dan kedagingan, bukan hanya pergumulan di dalam diri kita, kalau hanya pergumulan di dalam diri kita, maka kita hanya jatuh ke dalam dua pilihan tadi: saya mau hidup dengan bebas, tidak lagi ada peraturan, karena orang Kristen di dalam Kristus tidak ada ikatan lagi. Tetapi sebenarnya kita bisa tertipu oleh daging. Atau saya hidup untuk menyenangkan Tuhan, kita mengikuti tata cara yang juga mengikat hidup kita. Jadi aspek kedua menurut Paulus ini ialah pertentangan antara Roh dan kedagingan, juga merupakan pertentangan di dalam seluruh aspek hidup kita; luarnya kita.
Paulus membandingkan antara hidup yang seluruh aspeknya dipimpin oleh Roh dan yang dipimpin oleh daging. Kalau kita perhatikan dari ayat 16- 26 secara keseluruhan, maka jelas sekali, bahwa hidup dipimpin oleh Roh Kudus, dan hidup di dalam pimpinan kedagingan itu juga berkenaan dengan yang ada di luar kita, berkenaan dengan way of life kita, berkenaan dengan segala sesuatu yang kita lakukan di dalam hidup ini. Orang-orang Kristen di Galatia mempunyai kesulitan di dalam mereka, yaitu kesulitan berasal dari luar. Mereka adalah orang-orang yang sudah berada di dalam Kristus, sudah menerima Injil yang diberitakan Paulus, sudah menerima Kristus yang mati dan bangkit untuk mereka, sudah menjadi umat Allah, sudah menjadi orang-orang yang ditebus oleh darah Kristus. Tetapi datanglah guru-guru palsu yang menstimulasi dengan sitem Yahudi yang begitu ketat. Mereka berkata bahwa jika kamu menjadi orang Kristen, khususnya kamu yang berasal dari orang Yahudi, dan kamu hidup meniadakan sunat, meniadakan Taurat, meniadakan peraturan ini, peraturan itu, maka kamu akan dibuang dan tidak bisa menjadi seorang yang diselamatkan. Sehingga meskipun dari dalam mereka sudah menerima Kristus, sudah sungguh-sungguh bertobat, namun hidup di dalam lingkungan-lingkunagan yang seperti itu, apakah saudara kira tidak akan timbul kesulitan dan pergumulan? Jadi daging di situ, bukan hanya berpengertian di dalam diri manusia itu sendiri, tetapi daging juga berkenaan dengan way of life, seluruh sistem, cara hidup kita dimana kita hidup di dalamnya. Itupun akan menjadi stimulasi yang besar untuk menimbulkan pergumulan yang tidak perlu di dalam hidup kita.
Ada satu beban, satu maksud saya untuk membukakan kepada kita, agar pergumulan Kristen kita jangan berhenti hanya pada yang bersifat individual, karena pergumulan kita juga pergumulan di dalam dunia ini. Karena kedagingan di dalam konteks Galatia muncul di dalam sistem- sistem Yudaisme yang begitu ketat, yang masuk melalui guru-guru palsu kepada jemaat Galatia, yang merangsang, menstimulasi pikiran-pikiran yang salah ke dalam jemaat. Jika kamu sudah Kristen, sudah mengenal Kristus, tetapi ada hal lain yang harus diketahui yaitu sistem-sistem, peraturan-peraturan dimana kamu harus hidup di dalam sunat, Taurat dan segala pola kehidupan yang sudah menjadi sesuatu yang established. Maka tanpa sadar, jemaat yang tanpa persiapan, mereka digoncangkan, mereka mulai ragu-ragu, timbul pergumulan yang sulit di dalam hati mereka.
Kalau demikian bagaimana dengan pimpinan Roh Kudus? Tentu sudah kita ketahui bersama mengenai buah Roh Kudus: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri. Itu merupakan buah yang keluar, yang bukan hanya kita rasakan sendiri, tetapi memancar keluar. Lalu buah Roh Kudus dibandingkan dengan hukum. Hukum dipakai oleh kedagingan menjadi sistem, yang dibawahnya kita hidup, dan yang merangsang, menstimulsi pergumulan kita, sehingga menjadi kesulitan. Sekarang dibandingkan oleh Paulus dengan buah Roh Kudus yang mengalir keluar. Kasih, sukacita, damai sejahtera, yang keluar, memberi pengaruh, menjadi way of life yang baru di dalam Tuhan. Saya akan memberikan ilustrasi yang cukup mewakili apa yang dimaksudkan di dalam bagian ini. Ketika saya melayani di sebuah kota, ada seorang suami yang hampir meceraikan isterinya, karena dia merasa bersalah. Ia sudah cukup lama menyeleweng dengan wanita lain. sekarang sebagai seorang Kristen, dia merasa bersalah, dan dia rela mengundurkan diri dari menjadi suami dari istrinya. Tetapi sebelum mereka bercerai, saya sempat bertemu dengan kekuarga ini. Setelah bincang-bincang cukup lama, baru ketahuan, sebenarnya masalah yang paling awal itu begitu sederhana. Salah satu masalah awal yang mengakibatkan terjadinya penyelewengan sekian lama adalah karena si suami tidak merasa at home lagi di rumah, karena setiap pagi, setelah mempunyai 3 orang anak, waktu dia ingin pergi ke kantor, dan ingin merangkul dan mencium istrinya, selalu dia belum mandi, belum siap, dan segala suasana setiap pagi menjadi tidak enak. Lalu sang suami pergi kekantor, yang mempunyai sekretaris yang begitu sederhana. Di sini saya tidak katakan mana yang salah dan yang benar. Tetapi kalau pola seperti itu tidak diubah, tetap menjadi kesulitan yang tidak habis-habisnya.
Apakah cara hidup kita sekarang ini sudah terbaik di dalam pimpinan kebenaran firman Tuhan? Apakah kalau kita bangun jam sekian, tidur jam sekian itu sudah the best di dalam hidup kita? Apakah cara dan pola hidup kita yang setiap hari mengambil pola yang yang begini, cara kita mendidik anak seperti ini, apakah itu juga sudah the best? Kalau semuanya itu tidak kita perhatikan, lalu secara tanpa sadar, kita berada di bawah bayang-bayang kuasa dan pengaruh dari hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan di dalam kedagingan manusia yang berdosa, maka pergumulan di dalam diri kita tidak akan selesai. Pergumulan itu semakin bertambah dari luar yang terus mentimulasi pergumulan yang tidak habis-habisnya. Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh berhenti hanya kepada pergumulan pribadi kita. Jika kita hanya berhenti sampai pergumulan pribadi kita, maka kita tidak akan mungkin bisa menyelesaikan masalah itu, kita juga tidak mungkin melayani Tuhan dengan sesungguh-sungguhnya, karena kita terjebak ke dalam kesulitan kita sendiri.
Sekali lagi Paulus memberi perbandingan di sini, hiduplah oleh Roh, berarti kita benar-benar mau menaklukkan seluruh hidup kita di dalam pimpinan Roh Kudus, dan bukan hanya sekedar seakan-akan mendapatkan energi baru di dalam Roh, lalu bisa menekan kedagingan kita, bukan hanya berhenti sampai di situ, tetapi buah Roh Kudus akan dikeluarkan dari hidup kita, dan memberikan satu suasana damai sejahtera.
Itulah sebabnya Paulus mengatakan, pergumulan, konflik antara Roh dengan kedagingan bukan hanya urusan individual psikologis rohani kita sendiri, karena itu Paulus menegaskan, bahwa hidup oleh Roh, berarti keluarkanlah hidup itu, nyatakanlah hidup itu di luar, sehingga pertentanganmu tidak boleh hanya kau sadari sebagai pertentangan di dalam. Pertentangan itu hanya karena pertentangan kita juga pertentangan dengan daging yang diluar, dengan dunia yang sudah berdosa ini. Maka buah Roh Kudus harus keluar, sebagaimana perbuatan daging itu begitu nyata, percabulan, kecemaran, nafsu, penyembahan berhala, perseteruan, iri hati, perselisihan, semua way of life yang keluar dari kedagingan itu, buah Roh Kudus juga harus mampu menghasilkan way of life yang baru, itulah hidup orang percaya.
Sudah sepatutnya kita berbuat sesuatu, supaya kita bukan sekedar membiarkan pergumulan itu menjadi pergumulan diri kita sendiri, tetapi kita juga berani, di dalam ketaatan kepada pimpinan Tuhan kita berbuat sesuatu. Bukan sekedar kita mengatakan, mengapa saya harus bergumul seperti ini, mengapa saya terus bergumul di dalam kesusahan, mengapa waktu saya berkata benar, saya merasa begitu sulit. Pada waktu kita berkata benar, orang berkata mengatakan kita sok suci, karena kita memang belum mengerjakan apa-apa selain itu, kita belum mempersiapkan diri, dan kita belum mempersiapkan suasana, sehingga orang yang bersalah seharusnya merasa bersalah, bukan orang yang benar yang justru merasa bersalah, ini yang menjadi konflik kita. Jika kita ingin menjalankan kebenaran di dalam masyarakat, lalu kita yang merasa salah, itu sudah merupakan satu keanehan yang luar biasa, itu disebabkan karena kita terlalu pasif, tidak pernah memikirkan dan menggumulkannya. Di dalam pergumulan kita, Roh Kudus memimpin kita supaya berani melangkah dan memberikan suasana, arah yang baru, supaya kedagingan itu tidak mempunyai kuasa yang terlalu besar. Kedagingan menekan dengan memakai hukum Musa, segala sistem-sistem, segala pola hidup, dan kita tidak pernah mengevaluasi lagi, apa yang bisa menekan hidup kita, sehingga kita tidak bisa bersaksi bagi Tuhan dengan sungguh-sungguh. Mari kita jangan berhenti bergumul di dalam diri kita sendiri, mari kita bertanya di hadapan Tuhan, apa yang masih bisa kita lakukan di tengah-tengah dunia ini, dalam lingkungan kita, di sekitar kita, supaya nama Tuhan tetap dipermuliakan, dan pimpinan Roh Kudus menjadi nyata di dalam hidup kita. (el).
Pelajaran 04 | Pertanyaan 04 | Referensi 04a | Referensi 04b
Nama Kursus | : | ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) |
Nama Pelajaran | : | Bertanggungjawab dalam Hal Keanggotaan Gereja dan |
Kehidupan Keluarga | ||
Kode Pelajaran | : | OKB-R04c |
Referensi OKB-R04c diambil dari:
Judul Buku | : | JALAN GOLGOTA |
Judul Artikel | : | Kebangunan Rohani di dalam Rumah Tangga |
Penulis | : | Roy and Revel Hession |
Penerbit | : | YAKIN, Surabaya, 1981 |
Halaman | : | 49 - 58 |
Beribu-ribu tahun yang lalu di dalam taman yang terindah yang pernah dikenal oleh dunia, berdiamlah seorang laki-laki dan seorang perempuan. Mereka dibentuk menurut peta Penciptanya, mereka hidup hanyalah untuk memuliakan Dia setiap saat sepanjang hari. Dengan kerendahan hati mereka menerima kedudukannya sebagai makhluk terhadap Sang Pencinta -- kedudukan yang penuh dengan kepatuhan dan sikap menurut yang sempurna kepada kehendak-Nya. Karena mereka selalu menundukkan kemauannya kepada kehendak-Nya, karena mereka hidup bagi Dia dan bukan bagi dirinya sendiri, maka mereka juga senantiasa tunduk seorang terhadap yang lain. Jadi di dalam rumah tangga yang pertama, di dalam taman yang indah itu, terdapatlah keselarasan, damai, kasih sayang dan persatuan yang sempurna, bukan saja dengan Allah, tetapi antara seorang dengan yang lain juga.
Kemudian pada suatu hari keselarasan itu remuk, karena si ular beserta dengan dosa menyelundup ke dalam rumah tangga yang berpusatkan Allah itu. Maka sekarang, karena mereka telah kehilangan damai dan persekutuan dengan sesamanya, mereka tidak lagi hidup bagi Allah melainkan masing-masing hidup untuk dirinya sendiri. Mereka menjadi allah bagi dirinya sendiri, dan karena mereka tidak lagi hidup bagi Allah maka mereka tidak lagi hidup untuk sesamanya. Sebagai ganti damai, kasih dan kesatuan, terjadilah perselisihan dan kebencian atau dengan kata lain DOSA.
Kebangunan Rohani Dimulai dalam Rumah Tangga
Ke dalam rumah tanggalah pertama-tama dosa itu masuk. Di dalam rumah tanggalah barangkali kita lebih banyak berdosa daripada di tempat lain dan kepada rumah tanggalah terutama kebangunan rohani perlu datang. Kebangunan rohani sungguh-sungguh sangat diperlukan di dalam gereja, di dalam negara, dan di dunia, tetapi kebangunan rohani di dalam gereja tanpa kebangunan rohani di dalam rumah tangga-rumah tangga akan merupakan suatu kemunafikan belaka. Rumah tangga ialah tempat yang paling sukar, sekaligus menjadi tempat yang paling perlu untuk memulainya.
Tetapi sebelum kita meneruskan hal ini, marilah kita mengingatkan diri kita lagi, apakah arti sebenarnya kebangunan rohani itu? Kebangunan rohani semata-mata berarti hidup baru, di dalam hati orang di mana kehidupan rohaninya telah surut -- tetapi bukan hidup baru penuh dengan usaha si "aku" atau kegiatan-kegiatan yang diikhtiarkan oleh si "aku". Bukanlah hidup manusia, melainkan hidup Allah, hidup Tuhan Yesus yang memenuhi kita dan mengalir melalui kita. Hidup itu dinyatakan di dalam persekutuan dan persatuan dengan mereka yang hidup bersama-sama dengan kita; tak ada apa-apa antara kita dengan Allah, maka tak ada apa-apa pula antara kita dengan mereka. Rumah tangga adalah tempat lebih dahulu daripada segala tempat-tempat lain di mana hidup baru ini harus dialami. Tetapi alangkah berbedanya pengalaman dari kebanyakan kita yang menyebut dirinya orang-orang Kristen tetapi di dalam rumah tangga mereka masih ada sakit hati, pertengkaran, sikap mementingkan diri sendiri dan dendam; atau mereka yang dalam rumah tangganya tidak ada masalah tetapi tidak ada persatuan dan persekutuan, yang seharusnya menjadi ciri dari orang-orang Kristen yang hidup bersama-sama. Segala sesuatu yang menyisip di antara kita dengan orang lain, akan menyisip juga di antara kita dengan Allah, dan merusakkan hubungan kita dengan Dia, sehingga hati kita tidak berlimpah-limpah dengan hidup Ilahi.
Apakah yang Salah di dalam Rumah Tangga Kita?
Sekarang, apakah sebenarnya yang salah di dalam rumah tangga kita? Bila kita berkata-kata tentang rumah tangga, kita maksudkan hubungan antara suami isteri, orangtua dengan anak-anak, saudara laki-laki dengan saudara perempuan, atau antara orang-orang lain siapapun yang disebabkan oleh macam-macam keadaan terpaksa hidup bersama-sama.
Hal pertama yang keliru dalam banyak keluarga ialah bahwa kita tidak sungguh-sungguh terbuka dan berterus terang satu dengan yang lain. Kita banyak hidup di belakang tirai yang tertutup. Orang-orang lain tidak tahu orang seperti apakah kita ini sebenarnya dan kita tidak mau mereka mengetahuinya. Bahkan, mereka yang hidup di dalam hubungan yang amat karib dengan kita, tidak mengetahui apa yang ada dalam hati kita -- kesukaran-kesukaran, peperangan-peperangan, pergumulan-pergumulan, kegagalan-kegagalan kita, dan juga tidak tahu dari dosa apakah Tuhan Yesus harus menyucikan kita berkali-kali. Sikap kurang terus terang dan kurang terbuka ini senantiasa adalah akibat dari dosa. Akibat pertama dari dosa pertama menyebabkan Adam dan Hawa bersembunyi dari hadapan Allah di belakang pohon-pohon di Taman Eden. Mereka yang dahulu demikian berterus-terang terhadap Allah dan satu terhadap yang lain, pada waktu itu bersembunyi dari hadapan Allah, karena dosa; dan jika mereka bersembunyi dari hadapan Allah, Saudara sudah dapat memastikan bahwa mereka segera mulai tidak berterus-terang seorang terhadap yang lain. Ada reaksi-reaksi dan pikiran-pikiran di dalam hati Adam yang tak boleh diketahui oleh Hawa, demikian pula ada hal- hal serupa yang tersembunyi di dalam hati Hawa. Maka demikianlah seterusnya sejak saat itu. Karena ada sesuatu yang kita sembunyikan dari hadapan Allah, kita juga menyembunyikannya dari hadapan sesama kita. Di belakang dinding sikap menyisih itu, yang berlaku sebagai topeng, kita menutupi si"aku" kita yang sebenarnya. Kadang-kadang kita bersembunyi dengan cara yang luar biasa sekali yaitu di belakang kelakuan pura-pura jenaka. Kita takut bersikap serius karena kita tidak ingin orang lain terlalu dekat dengan kita dan mengetahui bagaimana kita ini sebenarnya, lalu dengan jalan itu kita mempertahankan siasat gertak sambal. Kita tidak bersungguh-sungguh seorang terhadap yang lain dan tak seorangpun dapat bersekutu dengan orang yang tidak bersungguh-sungguh, dan demikianlah persatuan dan persekutuan erat mustahil ada di dalam rumah tangga itu. Inilah yang dinamakan oleh Kitab Suci "berjalan di dalam kegelapan" -- karena kegelapan itu ialah segala sesuatu yang menyembunyikan.
Kegagalan Mengasihi
Hal kedua yang salah di dalam rumah tangga kita ialah kegagalan kita untuk saling mengasihi dengan sungguh-sungguh. "Nah", kata seseorang, "hal itu tak dapat dikatakan tentang keluargaku, karena tak ada orang yang dapat mengasihi orang lain lebih daripada suamiku dan kami saling mencintai". Tetapi tunggu dahulu! Jawaban itu bergantung kepada apakah yang Saudara maksudkan dengan kasih. Kasih bukanlah berarti suatu perasaan sentimentil saja, dan bukan suatu hawa nafsu kuat. Bagian yang terkenal dalam 1Korintus 13 menerangkan kepada kita tentang kasih yang sejati dan jika kita menguji diri kita menurut ini, maka kita mungkin mendapatkan, bahwa sesudah ditinjau lagi, kita hampir tidak saling mencintai sama sekali dan tingkah laku kita semuanya menuju kepada hal yang berlawanan sekali -- dan lawan kasih ialah benci. Marilah kita menyelidiki beberapa hal yang dikatakan dalam pasal itu tentang cinta-kasih.
"Kasih itu panjang sabar dan penyayang".
"Kasih itu tiada dengki".
"Kasih itu tiada memegahkan dirinya, tidak sombong".
"Kasih itu tiada melakukan yang tiada senonoh (tiada kasar)"
"Kasih itu tiada mencari keuntungan bagi dirinya saja, tidak
pemarah, tiada menyimpan kesalahan orang (tidak mempertimbangkan
pikiran-pikiran yang tidak ramah tentang orang lain)."
Apakah kita dapat lulus dalam ujian seperti itu di dalam rumah tangga kita? Seringkali kita justru bertindak sebaliknya.
Kita berkali-kali kurang sabar satu terhadap yang lain, dan bahkan tidak ramah di dalam cara kita menjawab kembali atau memberikan reaksi. Alangkah seringnya iri hati terdapat di dalam suatu rumah tangga. Seorang suami dan isteri dapat saling iri hati atas pembawaan- pembawaannya, bahkan mengenai kemajuan rohani mereka. Para orangtua mungkin iri hati terhadap anak-anaknya, dan betapa seringnya terdapat iri hati yang pahit antara saudara-saudara laki-laki dengan saudara- saudara perempuan.
Juga bagaimanakah mengenai "tiada melakukan yang tiada senonoh" yang berarti budi bahasa? Budi bahasa ialah kasih dalam hal yang kecil- kecil, tetapi di dalam hal yang kecil-kecil inilah kita tergelincir. Kita sangka kita dapat "kurang mempertahankan budi-bahasa" di rumah.
Alangkah seringnya kita congkak. Kecongkakan itu kelihatan dalam segala macam cara. Kita menyangka kitalah yang benar-benar tahu, kita menghendaki jalan kita sendiri, maka kita menggoda atau bertindak sebagai tuan besar terhadap orang lain itu dan sifat ini menuju kepada kecenderungan menghina dia juga. Justru sikap kita bahwa kita lebih utama daripada orang lain itu menempatkan kita di atasnya. Dalam dasar hati kita, kita mengejikan seseorang, kita mencelanya atas segala hal -- namun kita mengira kita memberi kasih sayang.
Lalu bagaimana tentang "tiada mencari keuntungan dirinya saja"? Hal itu berarti: berpusat kepada diri sendiri saja. Sering dalam keseharian kita, kita lebih mendahulukan keinginan dan kepentingan kita daripada keinginan dan kepentingan saudara kita.
Alangkah mudahnya kita ini menjadi "pemarah"! Alangkah cepatnya kita ini panas hati terhadap sesuatu di dalam saudara kita! Alangkah seringnya kita membiarkan pikiran yang kurang ramah atau perasaan sakit hati atas sesuatu yang telah diperbuat atau yang dilalaikan oleh saudara kita! Namun kita mengatakan bahwa tak ada kegagalan dalam cinta-kasih di rumah tangga kita. Hal-hal ini terjadi tiap hari, tetapi kita menganggapnya enteng saja. Kesemuanya ini adalah lawannya cinta-kasih, dan lawannya kasih ialah kebencian. Ketidak-sabaran itu kebencian, iri hati itu kebencian, kesombongan itu kebencian, begitu juga sikap mementingkan diri sendiri, sikap mudah tersinggung dan mendendam. Dan kebencian adalah DOSA. "Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang" (1Yohanes 2:9). Alangkah banyaknya ketegangan-ketegangan, rintangan-rintangan, dan perselisihan yang disebabkan oleh semuanya itu, maka persekutuan baik dengan Allah maupun dengan manusia lain menjadi mustahil.
Satu-satunya Jalan Keluar
Soalnya sekarang ialah apakah saya mengingini hidup baru, kebangunan rohani, di dalam rumah tangga saya? Saya harus menantang hati saya mengenai hal ini. Apakah saya siap meneruskan kehidupan dalam keadaan sekarang ini atau apakah saya benar-benar lapar akan hidup baru, yaitu hidup-Nya, di dalam rumahku? Karena tak akan terjadi, kecuali jika saya sungguh-sungguh lapar, saya bersedia mengambil langkah-langkah yang sangat diperlukan. Langkah pertama yang harus saya ambil ialah menyebut dosa sebagai dosa (dosaku, bukan dosa orang lain itu) lalu membawanya ke kayu salib, dan percaya bahwa Tuhan Yesus pada saat itu juga menyucikan saya dari dosa.
Pada saat kita menundukkan kepala kita pada kayu salib, maka kasih- Nya yang begitu besar bagi orang lain, kepanjang-sabaran-Nya, dan bersabar hati-Nya mengalir ke dalam hati kita. Darah-Nya yang indah itu menyucikan kita dari kurang cinta kasih dan dendam dan Roh Suci memenuhi kita dengan pembawaan Tuhan Yesus sendiri. 1Korintus 13 itu tidak lain dari pembawaan Tuhan Yesus, dan kesemuanya itu merupakan karunia semata-mata, karena pembawaan-Nya akan menjadi pembawaan kita, jikalau Dia milik kita. Proses yang penuh dengan berkat ini dapat terjadi pada tiap kalipun, bila permulaan dosa dan perasaan kurang cinta kasih itu menyelundup ke dalam hati kita, maka pancuran darah yang menyucikan itu senantiasa dapat kita pergunakan setiap saat, sepanjang masa.
Kesemuanya ini akan menetapkan kita supaya sungguh-sungguh berjalan pada jalan salib di rumah tangga kita. Sebentar-sebentar kita akan melihat tempat-tempat dimana kita harus menyerahkan hak-hak kita, sebagaimana Tuhan Yesus menyerahkan hak-hak-Nya bagi kita. Kita akan harus insyaf bahwa hal di dalam kita yang memberikan reaksi begitu tajam terhadap sikap egoistis dan kesombongan orang lain itu hanya semata-mata sikap egoistis dan kesombongan kita sendiri yang enggan kita korbankan. Kita akan harus menerima cara-cara dan perbuatan- perbuatan orang lain itu sebagai kehendak Allah bagi kita, lalu dengan rendah hati menundukkan kepala kita kepada semua keadaan yang diatur oleh Tuhan. Ini bukan berarti bahwa kita harus menerima sikap egoistis orang lain itu sebagai kehendak Allah bagi mereka -- jauh dari pada itu -- tetapi hanya sebagai kehendak Allah bagi kita. Sejauh berkenaan dengan orang lain itu, Allah mungkin menghendaki memakai kita, jika kita hancur, maka kita dipakai untuk menolong dia supaya ia insyaf akan kebutuhannya. Sudah tentu, jika kita seorang bapak atau ibu, kita akan sering diperlukan untuk mengoreksi anak kita dengan kekukuhan. Tetapi janganlah hal ini dilakukan oleh karena pendorong yang egoistis, melainkan hanya karena cinta kasih terhadap orang lain itu dan karena kerinduan akan kepentingannya saja. Kesenangan, dan hak-hak kita sendiri harus diserahkan. Hanya dengan demikianlah kasih sayang Tuhan Yesus akan dapat memenuhi kita dan menyatakan dirinya melalui kita.
Bilamana kita telah dihancurkan di Golgota kita harus bersedia mendamaikan hal-hal yang salah dengan orang lain -- kadang-kadang bahkan dengan anak-anak kita. Ini, seringkali, merupakan ujian atas kehancuran hati kita. Kehancuran hati adalah kebalikan dari kekerasan hati. Kekerasan hati mengatakan: "Itu kesalahanmu" tetapi hati yang hancur mengatakan: "Itu kesalahanku". Alangkah lainnya suasana yang akan terjadi di dalam rumah tangga kita bila mereka mendengar kita berkata demikian. Biarlah kita ingat bahwa di kayu salib hanya ada tempat untuk seorang saja: Kita tak dapat mengatakan: "Saya telah bersalah tetapi Saudara bersalah juga, Saudara harus datang juga". Tidak, Saudara harus datang sendiri sambil mengatakan: "Saya yang bersalah". Di dalam hati orang lain itu Tuhan akan bekerja lebih melalui kehancuran kita daripada melalui apa saja yang dapat kita perbuat atau katakan. Tetapi, mungkin kita harus menantikan -- barangkali lama sekali. Tetapi, itu akan hanya menyebabkan kita lebih sama rasa (bersimpati) dengan Allah karena, seperti telah dikatakan oleh seseorang "Ia juga harus menunggu lama sekali sejak usaha-Nya yang mulia untuk membereskan hal-hal dengan manusia walaupun tak ada salah pada pihak-Nya". Tetapi Allah pasti mau mengabulkan doa kita dan membawa orang lain itu ke Golgota juga. Di sanalah kita akan menjadi satu; di sanalah dinding pemisah di antara kita itu akan diruntuhkan dan di sana kita akan dapat berjalan di dalam terang, di dalam keterusterangan dengan Tuhan Yesus dan dengan sesama kita, saling mengasihi dengan hati yang suci murni dan asyik. Dosa memang hampir satu-satunya hal yang kita miliki bersama dengan tiap orang lain; dan demikian pada kaki Tuhan Yesus di mana dosa disucikan ialah satu- satunya tempat di mana kita dapat bersatu. Persatuan yang sungguh- sungguh dapat kita bayangkan sebagai dua orang atau lebih dari dua orang yang berdosa, bersama-sama ada di Golgota.
Pelajaran 06 |Pertanyaan 06 |Referensi 06b |Referensi 06c
Nama Kursus | : | DASAR-DASAR IMAN KRISTEN |
Nama Pelajaran | : | Manusia Kedua Dari Tuhan |
Kode Pelajaran | : | DIK-R06a |
Referensi DIK-R06a diambil dari:
Judul Buku | : | Teologi Sistematika; Doktrin Manusia |
Penulis | : | Louis Berkhof |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia |
Tahun | : | 1994 |
Halaman | : | 181-190 |
Garis Besar:
B. Data Alkitab bagi Perjanjian Penebusan
C. Allah Putra dalam Perjanjian Penebusan
D. Tuntutan dan Janji Perjanjian Penebusan
Istilah "permufakatan damai" diambil dari Zakh. 6:13. Coccejus dan yang lain-lainnya menjumpai dalam ayat ini suatu rujukan kepada suatu persetujuan antara Allah Bapa dan Allah Putra. Jelas pendapat seperti ini keliru sebab kata itu menunjuk pada kesatuan antara jabatan- jabatan sebagai raja dan sebagai imam dalam diri Mesias. Karakter Alkitabiah dari nama itu tidak dapat dipertahankan, akan tetapi hal ini tentu saja tidak dapat ditarik begitu saja dari realita permufakatan damai itu. Doktrin tentang permufakatan kekal ini berdasarkan kebenaran Alkitab ini:
Alkitab jelas menunjuk pada kenyataan bahwa rencana penebusan sudah tercakup dalam ketetapan kekal permufakatan Allah, Ef. 1:4 dst, 3:11; 2 Tes 2:13; 2 Tim 1:9; Yak. 2:5; 1 Pet. 1:2 dst. Sekarang, kita jumpai bahwa dalam pelaksanaan penebusan dalam satu pengertian ada pembagian tugas: Allah Bapa sebagai Pengasal-mula (Originator), Allah Putra sebagai Pelaksana (Executor) dan Roh Kudus sebagai Penerap (Applier). Hal ini hanya mungkin terjadi berdasarkan persetujuan sukarela diantara pribadi-pribadi dalam Tritunggal, sehingga hubungan internal mereka membentuk suatu perjanjian kehidupan. Pada kenyataannya ke-Tritunggal-an inilah yang menjadi archetype dari perjanjian-perjanjian historis, perjanjian dalam arti yang sebenarnya dan juga sepenuhnya, pihak- pihak yang setara saling mengadakan perjanjian, yaitu sebuah "suntheke".
Ada ayat-ayat dalam Alkitab yang bukan saja menunjuk pada kenyataan bahwa rencana Allah bagi keselamatan orang berdosa adalah kekal, Ef. 1:4; 3:9,11; tetapi juga menunjukkan bahwa perjanjian itu adalah natur suatu perjanjian yang sebenarnya. Kristus mengatakan tentang janji-janji yang dibuat bagiNya sebelum kedatangan-Nya ke dalam dunia. Ia berulang kali menunjuk pada suatu amanat yang telah Ia terima dari Bapa, Yoh. 5:30,43; 6:38-40; 17:4-12. Dan dalam Rom. 5:12-21 dan 1 Kor. 15:22 Ia jelas dianggap sebagai Kepala Perwakilan, yaitu: Kepada Perjanjian itu.
Dimana pun kita memiliki elemen-elemen esensial dari suatu perjanjian, yaitu pihak-pihak yang membuat perjanjian, suatu janji atau janji-janji, dan sebuah syarat, di sanalah kita melihat adanya perjanjian. Dalam Mazm 2:7-9 pihak-pihak yang berjanji disebutkan dan suatu janji dinyatakan. Sifat Mesianik dari pasal ini ditunjukkan oleh Kis. 13:33; Ibr. 1:5; 5:5. Kembali dalam Maz. 40:7-9 juga dikatakan sebagai Mesianik oleh Perjanjian Baru (Ibr. 10:5-7), Sang Mesias menyatakan kesiapanNya melakukan kehendak Bapa menjadi korban bagi dosa. Kristus berulang kali menyatakan tentang suatu tugas yang telah dipercayakan Bapa kepadaNya, Yoh. 6:38-39; 10:18; 17:4. Pernyataan dalam Luk. 22:29 sangatlah penting artinya: "Dan Aku menentukan hak-hak kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa- Ku menentukannya bagi-Ku." Kata kerja yang dipakai di sini adalah "diathetemi" yang dari kata ini kemudian timbul kata "diatheke", yang artinya menunjuk sebuah perjanjian oleh karena kehendak. Lebih jauh lagi dalam Yoh. 17:5 Kristus mengklaim adanya pahala, dan dalam Yoh. 17:6,9,24 (band. juga Fil. 2:9-11). Ia menunjuk pada umatNya dan kemuliaan masa berikutnya sebagai pahala yang diberikan bagi-Nya oleh Bapa.
Ada dua ayat dalam Perjanjian Lama yang menghubungkan gagasan perjanjian ini langsung dengan Mesias, yaitu Maz. 89:3, yang didasarkan atas 2 Sam. 7:12-14, dan terbukti sebagai Mesianik oleh Ibr. 1:5 dan Yes. 42:6, dimana pribadi itu yang disebut sebagai Hamba Tuhan. Kaitan ini jelas menunjukkan bahwa Hamba ini bukanlah Israel semata-mata. Lebih dari itu, ada juga ayat-ayat dimana Mesias menyebut Allah sebagai Allah-Nya, jadi dalam hal ini memakai bahasa perjanjian, yaitu Maz. 22:1 dan Maz. 40:8.
Kedudukan resmi Kristus dalam perjanjian ini. Kedudukan Kristus dalam perjanjian penebusan ada dua. Di tempat pertama Ia adalah Jaminan (YUN: engguos), suatu kata yang hanya satu kali dipakai dalam Ibr. 7:22. Asal kata ini tidak jelas, dan karena itu tidak dapat membantu kita menentukan arti yang sejelasnya. Akan tetapi maknanya tidaklah membingungkan. Seorang Jaminan adalah seseorang yang terikat dan bertanggung jawab atas kewajiban hukum bagi orang lain. Dalam perjanjian penebusan Kristus mengambil alih menjadi penebusan bagi dosa-dosa umat-Nya dengan cara menanggung hukuman yang seharusnya mereka tanggung, dan memenuhi semua tuntutan hukum bagi mereka. Dan dengan mengambil alih kedudukan manusia yang telah membrontak. Ia menjadi Adam yang terakhir dan dengan demikian juga menjadi Kepala Perjanjian, Wakil dari semua yang telah diberikan Bapa kepada-Nya. Dalam perjanjian penebusan maka Kristus menjadi Jaminan dan sekaligus Kepala. Ia mengambil sendiri tanggung jawab umat-Nya. Ia adalah juga Jaminan mereka dalam perjanjian anugerah, yang berkembang dari perjanjian penebusan. Timbul pertanyaan, apakah keadaan Kristus sebagai jaminan dalam permufakatan damai itu bersyarat atau tidak? Tata peradilan hukum Romawi mengenal adanya dua macam keadaan sebagai jaminan, yang satu disebut sebagai "fidejussor" dan yang lain disebut "expromissor". "Fidejussor" adalah jaminan yang bersyarat dan "expromissor" adalah jaminan yang tak bersyarat. "Fidejussor" adalah seorang penjamin yang membayarkan bagi orang lain apabila orang itu sendiri tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut. Beban kesalahan tetap dipikul oleh orang yang bersalah sampai pada saat pembayaran. Akan tetapi "expromissor" adalah suatu jaminan yang memikul sendiri dengan tanpa syarat denda hukuman orang lain, sehingga dengan demikian ia segera memikul tanggung jawab orang lain yang bersalah itu. Coccejus dan pada pengikutnya mengatakan bahwa permufakatan perdamaian Kristus menjadi "fidefussor" dan akibatnya orang percaya Perjanjian Lama tidak dapat menikmati pengampunan dosa yang selengkapnya. Dari Roma 3:25 mereka menyimpulkan bahwa orang-orang Kudus itu hanyalah "paresis" pengamat dosa dan bukanlah "aphesis" atau pengampunan yang lengkap, sampai Kristus sungguh-sungguh melakukan penebusan dosa. Akan tetapi kemudian penentang mereka menegaskan bahwa Kristus menanggung sendiri tanpa syarat demi kepuasan umat-Nya dan oleh karena itu artinya menjadi sangat khusus, yaitu "expromissor". Inilah satu-satunya pendapat yang dapat diterima, sebab:
Orang percaya Perjanjian Lama mendapatkan pembenaran atau pengampunan penuh, walaupun pengetahuan tentang hal itu belum sepenuh dan sejelas Perjanjian Baru. Tidak ada perbedaan esensial antara status orang percaya dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Maz. 32:1,2,5; 51:1-2, 9-11; 103:3,12; Yes. 43:25; Rom. 3:3,6-16; Gal. 3:6-9. Pendapat Coccejus ini mengingatkan kita pada pendapat Roma Katolik dengan istilah mereka Limbus Patrum.
Teori Coccejus menjadikan karya Allah dalam menyediakan penebusan bagi orang berdosa tergantung pada ketaatan yang tidak pasti dari manusia dalam keadaan yang sama sekali tidak diperingatkan. Tidak ada makna sama sekali dengan mengatakan Kristus menjadi jaminan bersyarat, seolah-olah ada kemungkinan bahwa orang berdosa harus membayar bagi dirinya sendiri. Provisi Allah dalam penebusan orang berdosa sangat mutlak. Hal ini tidak sama dengan mengatakan bahwa Ia tidak memperlakukan dan menyebut orang berdosadan bersalah secara personal sampai ia dibenarkan melalui iman, sebab sesungguhnya inilah yang dilakukan oleh Allah.
Dalam Rom 3:25, ayat yang dipakai oleh Coccejus, Rasul Paulus memakai kata "paresis" (tidak memperhatikan atau melewatkan), bukan karena orang percaya secara individual dalam Perjanjian Lama tidak menerima pengampunan dosa secara penuh tetapi dalam masa itu pengampunan dosa memakai bentuk paresis sejauh dosa belum secara cukup dihukum dalam Kristus dan kebenaran mutlak Kristus belumlah dinyatakan di atas salib.
Karakter Perjanjian ini bagi Kristus. Walaupun perjanjian penebusan adalah dasar kekal bagi perjanjian anugerah dan sejauh orang berdosa terkait, juga prototype kekalnya, bagi Kristus lebih berupa perjanjian kerja dan bukan perjanjian anugerah. Bagi-Nya hukum dari perjanjian yang asli diterapkan, bahwa hidup yang kekal hanya dapat diperoleh dengan cara memenuhi tuntutan hukum. Sebagai Adam yang terakhir, kristus memberikan hidup yang kekal bagi orang berdosa sebagai upah ketaatan mereka dan sama sekali bukan sebagai pemberian tanpa jasa. Dan apa yang telah Ia lakukan sebagai Wakil dan jaminan bagi seluruh umat-Nya, mereka tidak lagi terikat dalam tugas yang harus mereka lakukan. Pekerjaan itu telah dilakukan, pahala diberikan, dan orang percaya dijadikan rekan kerja bagi buah-buah karya Kristus melalui anugerah.
Karya Kristus dalam perjanjian dibatasi oleh ketetapan pemilihan. Sebagian orang mengidentifikasikan perjanjian penebusan sebagai pemilihan; tetapi jelas ini merupakan suatu kesalahan. Pemilihan selalu menunjuk pada pemilihan atas orang-orang sebagai pewaris dari kemuliaan kekal dalam Kristus. Di pihak lain Permufakatan penebusan menunjuk kepada cara dan alat di mana anugerah dan kemuliaan dipersiapkan bagi orang berdosa. Sesungguhnya pemilihan juga mengacu kepada Kristus dan berkaitan erat dengan Kristus, sebab orang percaya dikatakan dipilih dalam Dia. Dalam suatu pengertian, Kristus sendiri adalah objek pemilihan, akan tetapi dalam permufakatan penebusan, Ia adalah salah satu pihak yang melakukan perjanjian. Allah Bapa berhubungan dengan Kristus sebagai Jaminan bagi umat-Nya. Secara logis pemilihan mendahului permufakatan penebusan, karena jaminan Kristus, sama halnya dengan penebusan-Nya bersifat khusus. Jika seandainya tidak ada pemilihan yang mendahului maka tidak perlu sifatnya harus universal. Lebih lanjut, jika kita membalikkannya, sama artinya dengan menjadikan jaminan Kristus sebagai dasar pemilihan, sedangkan Alkitab mendasarkan pemilihan hanya atas kebaikan kemurahan Allah.
Tuntutan. Bapa menghendaki Anak, yang muncul dalam perjanjian ini sebagai Penjamin dan Kelapa dari umat-Nya. Sebagai Adam terakhir, Ia harus memperbaiki dosa Adam dan dari mereka yang diberikan Bapa kepadaNya. Ia harus melakukan apa yang Adam gagal lakukan dengan memegang hukum Taurat dan dengan demikian menyelamatkan kehidupan kekal bagi seluruh keturunan rohaniNya. Tuntutan ini mencakup beberapa
Hal khusus di bawah ini;
Bahwa ia harus mengalami natur manusia dengan dilahirkan oleh seorang wanita, dan dengan demikian masuk ke dalam relasi temporal; dan bahwa ia harus mengambil natur ini dengan kelemahan- kelemahannya, sekalipun tanpa dosa, Gal. 4:4,5; Ibr. 2:10,11,14,15; 4:15. Hal ini mutlak penting bahwa Ia harus menjadi satu dengan umat manusia.
Bahwa Ia, sebagai Anak Allah yang di atas hukum, harus meletakkan diri-Nya dibawah hukum; bahwa Ia harus masuk, bukan sekedar ke dalam hukum alamiah, tetapi juga dalam hukum yang menyengsarakan dan mengikat, demi untuk membayar hukuman dosa dan menganugerahkan kehidupan yang kekal bagi umat pilihan, Maz. 40:7; Mat. 5:17-18; Yoh. 8:28,29; Gal. 4:4,5; Fil. 2:6-8.
Bahwa Ia, setelah menganugerahkan pengampunan dosa dan kehidupan kekal kepada umat kepunyaan-Nya, harus menggenapkan kepada mereka buah-buah dari kebajikan-Nya; pengampunan yang penuh, dan pembaharuan kehidupan mereka melalui pekerjaan Roh Kudus. Dengan melakukan demikian, Ia akan memastikan bahwa orang percaya akan mengkuduskan hidup mereka bagi Allah, oh 16:14,15; 17:12, 19-22; Ibr. 2:10-13; 7:25.
Janji-janji. Janji-janji Bapa adalah terkait dengan pelaksanaan tuntutan- tuntutanNya. Ia menjanjikan kepada Anak semua yang diperlukan untuk menjalankan tugas-Nya yang begitu besar dan menyeluruh, berarti tidak termasuk semua ketidak-pastian di dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. Janji-janji termasuk:
Bahwa Ia akan mempersiapkan sebuah tubuh bagi Anak, yang dapat menjadi rumah yang cocok bagiNya; suatu tubuh sebagai bagian yang dipersiapkan oleh agen langsung dari Allah dan yang tidak terkontaminasi oleh dosa, Luk. 1:35; Ibr. 10:5.
Bahwa Ia akan memperlengkapi-Nya dengan karunia-karunia dan anugerah seperlunya bagi pelaksanaan tugasNya, dan khususnya mengurapiNya untuk tugas MesianikNya dengan memberikan kepadanya pada saat baptisanNya, Yes. 42:1-2; 61:1; Yoh. 3:31.
Bahwa Ia akan mendukungNya di dalam pelaksanaan pekerjaanNya akan melepaskanNya dari kuasa kematian, dan dengan demikian akan memampukanNya untuk menghancurkan penguasaan Setan dan untuk menegakkan Kerajaan Allah, Yes. 42:1-7; 49:8; Maz. 16:8-11; Kis. 2:25-28.
Bahwa Ia akan memampukanNya sebagai upah penyelesaian pekerjaanNya, mengirimkan Roh Kudus untuk pembentukkan tubuh rohaniNya, dan untuk mengajar, membimbing, dan menjaga Gereja, Yoh. 14:26; 15:26; 16:13, 14; Kis. 2:33.
Bahwa Ia akan memberikan kepadaNya sejumlah benih sebagai upah penuntasan pekerjaanNya, satu benih yang sedemikian banyak yang dapat diperkembangbiakkan dimana tidak seorang manusiapun dapat menghitungnya, sedemikian bahwa Kerajaan Mesias secara penuh akan melingkupi orang-orang dari segala bangsa dan bahasa, Maz. 22:27; 72:17.
Bahwa Ia akan menyerahkan kepadaNya semua kuasa di sorga dan dibumi untuk pemerintahanNya atas dunia ini dan gerejaNya. Mat. 28:18; Ef. 1:20-22; Fil. 2:9-11; Ibr. 2:5-9; dan pada akhirnya Ia akan mengaruniakan kepadaNya sebagai Perantara kemuliaan yang telah Ia, sebagai Anak, miliki dihadapan Bapa sejak sebelum dunia dijadikan, Yoh. 17:5.