Nama Kursus | : | Paskah |
Nama Pelajaran | : | Arti dan Definisi Paskah |
Kode Referensi | : | PAS-R01a |
Referensi Paskah-01a diambil dari:
Judul Buku | : | Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama |
Penulis | : | William Drynees |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang: 2009 |
Halaman | : | 128 -- 131 |
REFERENSI PELAJARAN 01a - ARTI DAN DEFINISI PASKAH
Hari-Hari Kudus
Musim-musim tertentu dalam setahun ditandai Tuhan sebagai masa-masa perayaan dan sukacita keagamaan. semua bangsa tetangga Israel juga mengingat musim-musim tersebut dengan perayaan-perayaan keagamaan, tetapi upacara-upacara yang mereka adakan sangat berlainan dengan upacara di Israel. Di Mesopotamia dan Ugarit, upacara-upacaranya adalah untuk menghormati para dewa dem kesuburan tanah pada tahun berikutnya. Akan tetapi, bagi bangsa Ibrani, musim-musim itu merupakan manifestasi kebaikan Tuhan. Panen mengingatkan mereka bahwa semua pemberian yang baik berasal dari Allah, dan itulah sebabnya perayaan-perayaan itu ditandai dengan sukacita dan perayaan. Dalam peringatan itu mereka menunjukkan ketaatan mereka kepada Allah dan pada saat yang sama merayakan kedaulatan atas alam yang diberikan Allah kepada mereka.
1. Hari Raya Roti Tidak Beragi
Ada tiga perayaan besar dalam penanggalan orang Ibrani. Yang pertama adalah perayaan Roti Tidak Beragi, yang dirayakan dalam bulan yang pertama tiap tahun dan sejak awal dikenal dengan Paskah (Imamat 23:5, keluaran 23:14-15, Yosua 5:10-12, untuk arti Paskah lihat keluaran 12:21-27). Tujuh hari lamanya mereka harus makan roti yang tidak beragi, sedang pada hari pertama mereka tidak boleh melakukan pekerjaan berat dan harus mempersembahkan korban bagi Tuhan. Selama perayaan tersebut mereka mengingat masa perbudakan mereka dan bagaimana Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir. Perayaan itu berwujud ibadah keluarga sebagai upacara peringatan, di mana mereka melakukan kembali upacara Paskah. Terhadap pertanyaan anak-anak, "Apakah artinya ibadah ini?" orang tua harus menjawab, "Itulah korban Pawskah bagi Tuhan, yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia, menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita" (Keluaran 12:26-27). Dengan cara yang dramatis ini mereka saling menyatakan karunia penyelamatan oleh Allah, dan meneguhkan kembali iman mereka kepada-Nya.
2. Hari Raya Tujuh Minggu
Hari Raya Tujuh Minggu, yang juga disebut hari raya Menuai atau Hari Hulu Hasil, adalah suatu perayaan di mana hasil pertama dari ladang mereka yang dipersembahkan kepada Tuhan (keluaran 23:16, Bilangan 28:26-31 dan Ulangan 16:9-12). Perayaan ini juga disebut Pentakosta, karena dirayakan lima puluh hari setelah permulaan panen. Kemudian hari tanggalnya dihitung dari permulaan Paskah dan pada zaman Kristus, beberapa kalangan menyamakannya dengan peristiwa pemberian hukum Taurat di Sinai, dan yang lain-lain dengan pembaharuan perjanjian. Yang menarik adalah bahwa keduanya digenapkan dalam Hari Raya Pentakosta dari Kisah Para Rasul 2. Ini pun merupakan hari bersukaria di mana persembahkan sukarela dari hasil tuaian dipersembahkan kepada Tuhan, seperti dikatakan dalam Ulangan 16:10, "Sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu." Sebagian dari perintah itu menetapkan bahwa mereka harus "bersukaria di hadapan Tuhan" Keluarga mereka, semua hamba mereka, bahkan orang asing yang berada di tengah-tengah mereka. Semua orang harus bersukaria bersama dan ingat bahwa Tuhan bukan hanya memberikan tuaian, tetapi bahwa persediaan ini juga merupakan ungkapan pemeliharaan-Nya yang penuh kasih termasuk pelepasan mereka dari Mesir (Ulangan 16:12). Tidak terdapat kesan bahwa Allah dapat ditemui dalam proses-proses alam atau harus ditenangkan dengan korban-korban. R.J. Thompson mengatakan bahwa sebaliknya ada pengakuan yang penuh sukacita bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan hasil pertama itu dipersembahkan sebagai tanda terima kasih dan sebagai pengganti semuanya itu (NBD, 1116). Kita akan melihat bahwa sifat pengganti ini merupakan faktor penting dalam seluruh ibadah bangsa Ibrani.
3. Hari Raya Pondok Daun
Hari Raya ketiga yang besar setiap tahun ialah Hari Raya Pondok Daun atau Hari Raya penumpulan hasil. Tujuh hari lamanya orang Israel harus tinggal dalam pondok-pondok daun (Imamat 23:39-43; Keluaran 23:16 dan Ulangan 16:13). Hari pertama dan kedelapan adalah hari istirahat. Sekali lagi, suasana sukaria harus menandai perayaan selama tujuh hari. Selama waktu itu mereka harus mengenangkan tidak hanya hal-hal materi yang disediakan oleh Allah, melainkan juga tuntunan dan pemeliharaan-Nya tatkala mereka tinggal di dalam pondok-pondok sesudah keluar dari tanah Mesir. Terutama sekali, perayaan ini harus menegaskan kepada mereka bahwa Yahweh adalah Allah mereka (Imamat 23:43).
4. Hari Raya Pendamaian
Selain itu ada hari-hari istimewa. Yang pertama, yaitu hari raya pendamaian (Imamat 16), harus menjadi hari perhentian penuh. Orang Ibrani harus "merendahkan diri" dan pendamaian harus diadakan bagi dosa seluruh bangsa itu. Hari ini sangat penting sebagai hari pertobatan dan korban. Allah telah memerintahkan untuk mengadakan persediaan bagi upacara-upacara korban setiap hari dan setiap minggu, tetapi semuanya ini belum cukup untuk menutupi dosa. Maka pada hari raya pendamaian harus membawa darah pendamaian tersebut ke dalam tempat mahakudus untuk mengadakan pendamaian bagi para imam dan seluruh rakyat "karena segala dosa mereka" (Imamat 16:34). Ini merupakan peringatan yang serius bahwa hubungan mereka dengan Allah bukan semata-mata sukacita, karena dosa harus bertindak. Yang mempunyai arti penting pada hari itu adalah kambing jantan atau kambing korban yang di atas kepalanya ditanggungkan semua dosa orang Israel sebelum ia dilepaskan ke padang gurun. Seperti tertulis, "Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus" (Imamat 16:22). Sekali lagi sifat pengganti dalam pendamaian dibuat sangat jelas.
5. Hari Sabat
Pada setiap hari ketujuh sabat harus diselenggarakan (Ulangan 5:12-15; Keluaran 23:12). Meski yang ditekankan adalah perhentian dan penyegaran kembali (bahkan untuk binatang, hamba, dan orang asing), tujuan pokok adalah membaharui persekutuan dengan Allah. Seperti kata Eichrodt, "Meski bagaimanapun mendesaknya pekerjaan, jangan sampai hal itu menghalangi orang mencari persekutuan dengan Allah secara tetap" (Eichrodt, I, 133). Sekali lagi mereka dengan tangan yang kuat, dan itulah sebabnya mereka harus merayakan hari Sabat (Ulangan 5:15)
6. Upacara Pembaruan Perjanjian
Akhirnya harus pula disebutkan mengenai perkiraan beberapa orang sarjana (dengan cara yang berlainan, S. Mowinckel dan H.J. Kraus) bahwa ada satu hari raya besar yang tidak ditetapkan dalam Alkitab namun yang merayakan suatu pengalaman nasional dan keagamaan bangsa Israel. Beberapa Mazmur kelihatan menunjuk kepada perayaan seperti itu. Barangkali upacara-upacara pembaharuan perjanjian yang mula-mula (Ulangan 27:11-26; Yosua 8:30-35) yang semasa zaman kerajaan berkembang menjadi semacam perayaan Tahun Baru, yang melatarbelakangi beberapa mazmur raja (Mazmur 2, 8, 20, dan seterusnya). Meski para sarjana tersebut dapat saja terlalu dipengaruhi oleh kehadiran perayaan-perayaan serupa di antara bangsa-bangsa tetangga Israel, tetapi anjuran tersebut dapat menerangkan beberapa ungkapan ibadah khusus (seperti misalnya mazmur 50) yang tidak pas dengan latar yang lain. Bagaimana pun juga, riset ini telah sangat berguna untuk memperdalam pengertian kita tentang kitab Mazmur.
Jadi, saat-saat istimewa menjadi peringatan bahwa seluruh waktu berada dalam tangan Allah, dan bahwa Ia bekerja di dalam waktu, melalui perbuatan-perbuatan khusus dan proses-proses alamiah, untuk menyatakan kebaikan-Nya dan menyelamatkan umat-Nya. Lagi pula, mengingat Tuhan tentu saja bukanlah hal yang membosankan atau tata ibadah yang sia-sia. hal itu lebih merupakan ungkapan sukacita tentang kepercayaan bahwa kehidupan Israel mempunyai tata tertib dan tujuan, bahwa Tuhan yang telah melepaskan mereka di masa lampau tentu juga akan selalu melindungi mereka.