Nama Kursus | : | Sepuluh Hukum Allah Untuk Kehidupan Manusia (SHA) |
Nama Pelajaran | : | Perintah Pertama dan Kedua |
Kode Pelajaran | : | SHA-P02 |
Pelajaran 02 - PERINTAH PERTAMA DAN KEDUA
Daftar Isi
DOA
Perintah Pertama
Alkitab mengatakan, Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: "Akulah Tuhan Allahmu yang membawa Engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan" (Keluaran 20:1-2). Setelah firman yang singkat ini, Allah memberikan perintah yang pertama dari Sepuluh Perintah Allah, yang akan kita sebut sebagai SEPULUH HUKUM UNTUK KEHIDUPAN MANUSIA. Peraturan pertama untuk kehidupan itu mengatakan, "Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku." (Keluaran 20:3).
Perintah ini merupakan sesuatu yang baru di antara agama-agama di dunia dan berbeda dari perintah yang ada karena pada masa itu manusia beribadah kepada banyak dewa dan patung-patung dari berbagai bentuk. Mereka berpikir bahwa satu dewa akan menolong mereka dalam cinta, dewa lain menolong mereka jika sakit, dan yang lain lagi akan menolong mereka dalam perang. Mereka bahkan mempunyai dewa yang mereka pikir dapat menolong mereka dalam kematian. Sehingga untuk beribadah kepada satu Allah saja jelas merupakan hal yang baru bagi bangsa ini. Bahkan orang-orang Yahudi sendiri pun kadang-kadang beribadah kepada ilah-ilah palsu sebelum Sepuluh Perintah tersebut diberikan.
Itulah sebabnya, ketika Allah memanggil dan memilih bangsa Israel ini menjadi milik-Nya, hukum pertama yang harus dilakukan untuk kebahagiaan mereka adalah: "Janganlah ada padamu allah lain dihadapan-Ku." Apakah arti perintah ini?
Allah Hidup
Cocok sekali jika perintah yang pertama dimulai dengan Allah. Pada awalnya Allah mengatakan "Akulah", artinya Allah betul-betul ada dan Dia hidup. Alkitab tidak perlu membuktikan bahwa Allah itu ada, Alkitab hanya perlu menyatakan bahwa Allah itu ada. Segala sesuatu yang hidup berakar dalam Allah. Benar bahwa Allah adalah sumber dari segala yang hidup yang akan mendatangkan kebahagiaan. Kita bisa menemukan kebahagiaan dan kedamaian yang sejati hanya di dalam Dia.
Allah Bersifat Pribadi
Perintah ini juga mengajarkan bahwa Allah adalah suatu pribadi. Allah tidak hanya ada, tetapi Dia juga Allah sebagai suatu pribadi. Ini berarti bahwa Dia mengetahui dan memerhatikan kita semua. Dia mengetahui nama kita, masalah kita, pencobaan-pencobaan yang kita alami, dosa-dosa kita, kekuatan kita dan kelemahan-kelemahan kita. Hukum-hukum Allah bersifat pribadi, dan seperti juga Allah, hukum-hukum itu bersifat kekal. Allah mengatakan, ENGKAU. Kata yang bersifat pribadi ini menunjuk kepada kita masing-masing. Allah melihat kita dan mengetahui kita semua satu per satu. Setiap perintah tersebut adalah firman yang bersifat pribadi dan hidup. Setiap perintah itu adalah untuk Anda dan saya secara pribadi. Allah adalah Allah yang hidup dan bersifat pribadi.
Allah Ada untuk Membebaskan Kita
"Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan" (Keluaran 20:2).
Perintah ini juga mengajarkan bahwa Allah secara pribadi ada untuk membebaskan kita keluar dari kesulitan-kesulitan kita. Bangsa Israel menjadi budak di tanah Mesir, Allah memandang dan mengasihi mereka. Dia membebaskan dan memberikan mereka seorang pemimpin yaitu Musa. Dia membelah Laut Merah agar umat Israel dapat menyeberang. Dia membuat air keluar dari batu ketika mereka perlu air untuk melepas dahaga. Dia mengirimkan burung puyuh di padang gurun sehingga orang-orang mendapatkan makanan. Dia mengirimkan makanan dari surga sehingga mereka tidak kelaparan. Dia memberikan tiang awan dan tiang api yang menuntun, menerangi dan menaungi mereka. Allah memberikan sepuluh peraturan untuk kebahagiaan mereka. Dan Perintah Pertama ini adalah rencana Allah untuk mencegah supaya manusia tidak sengsara tetapi mendapatkan kebahagiaan. Allah ingin supaya kita bergantung kepada-Nya dan bukan kepada seseorang atau sesuatu. Allah adalah sumber dari semua kebaikan dan kita dapat bergantung kepada-Nya.
Hukum ini mengatakan bahwa setiap manusia dapat mempunyai satu-satunya Allah sebagai milik pribadinya sendiri. Allah tidak berubah, tetapi pemikiran kita tentang Allah itulah yang sering berubah. Allah tetap sama untuk selama-lamanya. Alkitab mengatakan, "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya" (Ibrani 13:8). Ada suatu kabar yang baik yaitu bahwa Allah tersedia untuk setiap orang. Ketika kita memiliki Allah, kita memiliki segala sesuatu. Mengatakan bahwa Allah memerhatikan berarti mengatakan bahwa Allah mengasihi. Allah yang secara pribadi mengasihi kita pasti akan membebaskan kita dari dosa dan maut sama seperti Dia membebaskan umat Israel. Fakta yang menunjukkan bahwa Dia adalah Allah kita, cukup untuk menguatkan semangat dari orang Kristen yang terlemah atau terkuat sekalipun.
Allah Harus Menjadi yang Pertama
Sekarang kita sampai kepada inti dari perintah ini. Alkitab mengatakan, HANYA ADA SATU ALLAH. Hanya ada satu yang bersifat ilahi. Hanya Allah yang layak menerima ibadah kita. "namun bagi kita hanya ada satu Allah saja yaitu Bapa, yang daripada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup." (1 Korintus 8:6). Pembacaan Alkitab menjelaskan kepada kita bahwa janganlah kita menempatkan ilah-ilah lain dihadapan atau di samping Allah. Allah menginginkan kasih kita yang sepenuh hati. Tidak bisa ada kesetiaan yang terbagi antara kepada Dia dan kepada yang lain (baca Ulangan 6:4-6).
Perintah ini mengajarkan bahwa umat Israel harus menyembah Allah saja dan mereka harus berbalik dari semua ilah-ilah yang lain. Ada banyak bentuk penyembahan kepada roh-roh di Indonesia. Lebih dari itu, banyak tradisi di Indonesia yang bertentangan dengan penyembahan yang sejati kepada Allah. Perintah ini adalah untuk semua orang: "Janganlah ada padamu Allah lain dihadapan-Ku." (Keluaran 20:3). Allah harus menjadi yang pertama dalam hidup Anda.
Perintah ini jelas mengatakan,"Jika kamu berbalik dari ilah-ilah yang palsu, maka kamu akan memiliki Aku." Kita akan menemukan Allah ketika kita bersedia untuk meninggalkan segala sesuatu yang lain demi untuk menemukan Dia. Orang-orang Yahudi pada masa itu dapat memiliki Allah hanya jika mereka mau meninggalkan ilah-ilah yang palsu dari bangsa-bangsa lain. Tuhan Yesus mengatakan, "Jika seseorang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkan Dia dan makan bersama-sama dia dan dia bersama-sama Aku." (Wahyu 3:20). Hal ini berarti bahwa jika kita mau meninggalkan ilah-ilah yang lain maka kita akan mengenal Allah yang sejati. Perintah ini bagi kita bukan hanya hukum yang melarang ("janganlah ada padamu") melainkan suatu kabar baik yang cemerlang.
Sekali waktu Martin Luther pernah mengatakan, "Apa pun yang menjadi tempat bergantung dan bersandar hatimu, itulah ilahmu." Bangsa Israel tergoda untuk menempatkan dewa-dewa palsu di tempat yang menjadi milik satu-satunya Allah yang sejati. Mereka mencoba untuk menyembah Allah dan ilah-ilah yang lain pada saat yang sama. Orang-orang Kristen seharusnya tidak meninggalkan iman mereka kepada Allah. Tetapi kenyataannya, banyak orang Kristen yang justru memiliki hal-hal dalam kehidupannya yang mendapat bagian dari kesetiaan mereka, di samping kesetiaan mereka kepada Allah. Bagi beberapa orang hal-hal tersebut adalah kekayaan atau bahkan pendidikan (baca Matius 4:10).
Pertanyaannya adalah bukan apakah kita percaya melainkan siapa atau apa yang kita percayai. Perintah ini menjelaskan bahwa manusia akan memberikan kesetiaan mereka kepada Allah yang sejati ataukah kepada dewa-dewa yang palsu. Siapa atau apakah yang kamu sembah? Siapa pun atau apa pun yang menerima ketaatan dan kasihmu yang terbesar adalah ilah bagimu. Ingatlah bahwa Anda berada di bawah kuasa yang Anda pilih untuk Anda taati. "Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk menaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?" (Roma 6:16). Allah menginginkan tempat pertama dalam kehidupan dan hati kita. Tuhan kita Yesus Kristus mengatakan, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15). Alkitab mengatakan, "Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang Sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (Yosua 24:15).
Perintah Kedua
Kita telah mempelajari bahwa perintah yang pertama "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" (Keluaran 20:3), adalah suatu perintah yang jelas untuk menyembah Allah. Perintah Kedua "Jangan membuat bagimu patung ..." (Keluaran 20:4) menunjuk pada semua lambang dari dewa (ilah-ilah) yang mungkin dapat dibuat dan disembah atau digunakan manusia sebagai pengganti dari penyembahan kepada Allah yang sejati. Inti dari Perintah Kedua ini adalah berhubungan dengan membuat dan menyembah berhala.
Bahaya Penyembahan Berhala
Salah satu alasan mengapa Allah memberikan perintah ini kepada mereka, karena bangsa Israel ada dalam bahaya penyembahan berhala. Ketika bangsa Israel menjadi budak di tanah Mesir. Bangsa Mesir adalah bangsa yang menyembah banyak dewa. Mereka menyembah matahari, bulan dan bintang. Mereka juga menyembah binatang-binatang seperti ular, kerbau, buaya, dan bahkan kumbang. Merupakan hal yang alamiah bagi manusia untuk menyembah karena Allah memang menciptakan manusia seperti itu. Tetapi, karena keterbatasan kita sebagai manusia, keinginan alamiah ini kadang-kadang berubah menjadi sesuatu yang buruk dan bukan sesuatu yang baik. Memang baik untuk menyembah jika kita menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Ibadah yang palsu tidak pernah baik. Hal ini selalu menjauhkan manusia dari Tuhan dan bukan mendekat kepada-Nya. Umat Israel dalam bahaya jatuh ke dalam ibadah yang palsu. Waktu di tanah Mesir, tetangga-tetangga mereka menyembah berhala, sehingga memudahkan bangsa Yahudi untuk menjadi penyembah berhala. Allah memberikan Perintah Kedua untuk kehidupan manusia ini, supaya manusia tidak lagi ragu-ragu bahwa Allah mengharapkan mereka hanya menyembah Dia. Dia bahkan tidak ingin mereka menyembah-Nya dengan sebuah berhala yang mewakili-Nya.
Allah Melarang Manusia untuk Membuat Berhala
Kita mungkin memulai dengan bertanya "Mengapa Allah melarang manusia untuk membuat patung atau sesuatu yang mewakili Allah?" Ada dua alasan mengapa Allah mencela penyembahan berhala. Pertama adalah bahwa patung-patung itu merampas pengetahuan tentang Allah dari manusia. Segala bentuk apa pun yang mewakili Allah buatan manusia adalah salah. Hal-hal tersebut merendahkan dan menghina Allah. Hal-hal tersebut juga menipu dan membuat manusia menjadi jahat. Rasul Paulus mengatakan kepada orang-orang di Athena, yang merupakan penyembah-penyembah berhala yang besar (baca Kisah Para Rasul 17:24-25,29).
"Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yohanes 4:24). Kita juga harus ingat bahwa Sang Pencipta selalu lebih besar dan berkuasa dari apa yang diciptakan-Nya. Ketika orang-orang menyembah berhala, kita bisa melihat bahwa mereka pasti jatuh dalam dosa dan jalan-jalan yang jahat. Mereka menjadi jauh dari usaha mereka untuk melakukan yang terbaik dan mengambil jalan keluar yang mudah. Lebih mudah untuk menyembah berhala yang terbuat dari perak atau emas daripada hidup kudus bagi Allah.
Alasan yang lain mengapa Allah melarang penyembahan berhala adalah bahwa Allah hanya mempunyai satu bentuk yaitu diri-Nya sendiri dan bentuk itu kudus. Bentuk ini ada dalam pribadi Yesus Kristus. "Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan." (Kolose 1:15). Kristus sendiri secara utuh dapat menyatakan Allah yang mulia. Tak ada orang lain di seluruh alam semesta yang berhak untuk mengatakan "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa." (Yohanes 14:9). Satu-satunya pernyataan kasih Allah yang sempurna adalah dalam sosok Yesus Kristus. Hanya di hadapan-Nya kita dapat betul-betul menyembah Allah Bapa. Kristus tidak pernah menolak penyembahan. Sebagai contoh, Dia telah menyembuhkan orang buta dan yang menderita kusta. Hal ini telah membuat kagum murid-murid dan para wanita yang semuanya menyembah di kaki-Nya. Tak seorang pun yang mencela mereka.
Dua Macam Penyembahan Berhala
Keserakahan (menginginkan sesuatu yang bukan menjadi miliknya) adalah bentuk dari penyembahan berhala (baca Kolose 3:5). Penyembahan berhala berasal dari hati manusia yang jahat. Berhala-berhala yang nampak merupakan ciptaan dari nafsu batiniah manusia. Kita mungkin mengatakan bahwa ada dua macam berhala yaitu berhala yang nampak (di luar manusia) dan tidak nampak (di dalam hati manusia). Berhala-berhala yang nampak mungkin terbuat dari kayu, batu, perak, emas atau benda-benda yang lain. Allah menghendaki supaya kita tidak membuat dan menyembah ilah-ilah seperti itu. Bentuk berhala yang lain adalah berhala-berhala dalam hati yang bersumber dari nafsu manusia. Mungkin itu berupa nafsu untuk mendapatkan kekuasaan atau uang, nafsu kedagingan, keinginan mata atau kesombongan hidup. Kita bahkan harus berhati-hati akan penyembahan terhadap roh-roh jahat dan kuasa kegelapan, termasuk segala jenis sihir. Allah juga menghendaki agar kita tidak menyembah dan melayani dewa-dewa yang memisahkan kita dari pada-Nya. Ada sesuatu dalam diri manusia yang merupakan penyembah berhala dan ini harus mati. Yang pasti, orang Kristen seharusnya tidak mempraktikkan penyembahan berhala, baik yang nampak maupun yang tidak nampak (keinginan kita yang melebihi atau menentang kehendak Allah), karena kita akan menemui kesulitan untuk menyembah Tuhan dengan sungguh-sungguh dan bebas.
Allah adalah Allah yang Cemburu
Hukum yang kedua membawa suatu peringatan yang menentang penyembahan berhala. Hukum itu memberitahu kita bahwa Allah adalah Allah yang cemburu. Hal ini berarti bahwa Allah tidak menghendaki kita membagi kasih kita untuk-Nya dengan ilah-ilah yang lain. Allah menghendaki kita untuk menyembah dan melayani Dia saja. Allah melarang kita untuk membuat berhala apa pun juga atau menyembahnya karena penyembahan berhala akan membelokkan hati kita ke ilah-ilah yang lain. Allah tidak menghendaki adanya saingan bagi-Nya. Yehowa adalah Allah yang menghukum mereka yang berbalik menjauhi-Nya. Setiap orang yang menyembah berhala akan menderita. Lebih dari itu, anak cucu mereka akan menderita juga. Hukuman akan jatuh kepada para penyembah berhala. Hukum ini memerlukan perhatian pada kemurnian ibadah. Hukum ini mengingatkan kita bahwa persekutuan dengan Allah bersifat langsung. Kita tidak perlu melalui seorang pendeta untuk bisa mencapai telinga dan hati Allah. Setiap orang dapat datang kepada Allah melalui Yesus Kristus. Sekali lagi, Allah memerintahkan kita untuk mengasihi dan menyembah-Nya dan untuk memegang perintah-perintah-Nya. Ini adalah jalan untuk menemukan kebahagiaan yang sejati. Allah telah berjanji untuk memberkati kita dan anak cucu kita jika kita mengasihi dan melayani-Nya dan memegang perintah-perintah-Nya.
DOA
"Tuhan, ampunilah aku apabila Engkau mendapati aku memiliki hati yang tidak sepenuhnya untuk Engkau. Ajarkan aku memiliki sikap yang selalu menempatkan Engkau lebih tinggi dari segala-galanya, karena hanya Engkaulah yang layak disembah dan dipuja. Amin."
[Catatan: Tugas pertanyaan ada di lembar terpisah.]