Nama Kelas | : | Kehidupan Rasul Paulus |
Nama Pelajaran | : | Latar Belakang dan Pertobatan Paulus |
Kode Pelajaran | : | KRP-P01 |
Pertama-tama, kita akan mempelajari kehidupan Rasul Paulus dengan terlebih dahulu melihat latar belakang hidupnya. Nama aslinya adalah Saulus (nama Ibrani), tetapi setelah bertobat, ia mengambil nama Yunani, Paulus. Saulus adalah orang yang sangat bangga dengan keyahudiannya. Ia berasal dari suku Benyamin dan memiliki kewarganegaraan Roma. Rasul Paulus adalah rasul yang gigih dan siap mati untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Dahulu, ia menjunjung tinggi Taurat, tetapi perjumpaannya dengan Yesus telah mengubah hidupnya.
Paulus lahir pada tahun yang sama dengan tahun kelahiran Yesus. Ia lahir di Tarsus, kota pusat perdagangan yang terkemuka pada zaman itu di wilayah Kilikia, 1,2 km dari Laut Tengah. Tarsus juga adalah kota ilmu pengetahuan karena di sana banyak sekali sekolah dan universitas. Banyak pendatang yang belajar di sekolah-sekolah terkenal di Tarsus, dan kemudian menyebar ke seluruh bagian kekaisaran Roma. Di kota ini tinggal orang-orang Yunani dan orang-orang Timur, juga bangsa-bangsa lain. Kapal-kapal dari berbagai negara singgah di kota Tarsus karena hasil kain dan benang berkualitas yang sangat terkenal.
Di kota Tarsus, Paulus mendapat kesempatan belajar tentang cara hidup bangsa bukan Yahudi. Itu sebabnya, ketika waktunya tiba, dia dapat memperkenalkan Injil Kristus kepada bangsa-bangsa lain dengan cara yang sangat baik.
Sebagai anak laki-laki Yahudi, Paulus mendapatkan pendidikan dasar yang sangat ketat dan baik, terutama adat istiadat Yahudi. Pada usia 0-6 tahun, Paulus dididik oleh ibunya di rumah. Pada usia 6-12 tahun, Paulus menjadi anak Taurat dan sudah mempelajari seluruh kitab Taurat dan kitab nabi-nabi di Sinagoge.
Pada usia 13-15 tahun, ia dikirim ke Yerusalem untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi di sekolah kerabian (sekolah pendidikan agama Yahudi).
Orang tua Paulus adalah orang yang kaya sehingga mereka mengirim Paulus ke sekolah Taurat di Yerusalem dan belajar di bawah bimbingan Gamaliel, guru besar yang sangat tersohor pada waktu itu. Paulus tampaknya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan dia belajar dengan sungguh-sungguh pada usia yang masih muda sehingga ia bisa menjadi bagian dari golongan Sanhedrin. Paulus pasti seorang murid yang istimewa karena Gamaliel memberikan penghargaan tinggi kepadanya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Yerusalem, Paulus kembali ke kota asalnya, Tarsus, dan siap bekerja. Ada kemungkinan Paulus menghabiskan waktu beberapa tahun di Tarsus sebagai seorang rabi, guru agama Yahudi. Tidak ada catatan lain tentang dia pada tahun-tahun itu sampai ia kembali ke Yerusalem, tepat sebelum kematian Stefanus, salah seorang dari tujuh diaken dan pengikut Yesus Kristus yang setia.
Paulus rupanya sudah mendengar tentang gerakan kekristenan yang bertentangan dengan iman Yahudi. Paulus tentu ingin pergi membantu mempertahankan iman nenek moyangnya. Selama pengadilan Stefanus, Paulus ada di sana dengan teman-teman sebangsanya. Meskipun tidak ikut melempari Stefanus dengan batu, Saulus memiliki perasaan yang sama dengan orang-orang yang menganiaya Stefanus dan setuju agar Stefanus dihukum mati. Paulus menyaksikan kematian Stefanus. Namun, pada kemudian hari, kejadian ini justru memainkan peranan yang penting dalam keputusannya menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus.
Paulus yang masih muda berkesempatan menjadi pemimpin pasukan untuk menghancurkan kekristenan. Paulus sendiri menggambarkan tindakannya yang melawan kekristenan ini dengan berkata, "Dan, itulah yang aku lakukan di Yerusalem. Aku bukan hanya memasukkan orang-orang kudus ke dalam penjara, setelah menerima wewenang dari imam-imam kepala, tetapi juga ketika mereka dihukum mati, aku menyetujuinya. Lalu, aku sering menghukum mereka di sinagoge-sinagoge dan berusaha memaksa mereka untuk menghujat. Dan, dengan kemarahan yang sangat besar terhadap mereka, aku menganiaya mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing." (Kisah Para Rasul 26:10-11, AYT) Paulus begitu jujur dan lugas mengatakan bahwa ia sudah memenjarakan dan menangkap orang Kristen sejak di Yerusalem maupun di kota-kota lain di luar Israel. Bagi Paulus, kesalehannya sebagai ahli Taurat benar-benar dinyatakan dalam tindakan, yaitu dengan menangkap dan memenjarakan orang Kristen.
Paulus sangat menjunjung tinggi Taurat Musa dan ia melakukan semua tuntutan Taurat. Kesalehan Paulus inilah yang membuatnya membenci orang Kristen karena kekristenan menentang Taurat. Oleh karena itu, ia memiliki surat kuasa dari Imam Kepala untuk menangkap dan membinasakan orang Kristen. Paulus akan melakukan apa saja yang selaras dengan hukum Taurat, sekalipun itu berarti mengejar-ngejar dan memenjarakan orang Kristen. Tentu saja, itu dilakukannya sebelum mengalami kasih dan anugerah dari Tuhan Yesus, Sang Juru Selamat.
Pertobatan Paulus merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah kekristenan. Paulus bertanggung jawab atas begitu banyak kematian dan pemenjaraan ribuan orang Kristen. Sekarang, ia berada dalam perjalanan ke Damsyik, kota penting di daerah Siria, untuk mengusir orang Kristen dari sana. Ketika menuju ke Damsyik, Paulus tidak seorang diri. Ia pergi bersama rekan-rekannya dengan membawa surat kuasa untuk memenjarakan orang Kristen.
Ada tiga pengalaman pertobatan Paulus yang dicatat dalam Perjanjian Baru. Lukas menceritakannya menurut kenyataan sejarah dan Paulus menceritakannya dengan kata-katanya sendiri sebanyak dua kali (semua dapat ditemukan dalam Kitab Kisah Para Rasul).
Paulus telah membuat namanya ditakuti di antara orang Kristen di Yerusalem. Namun, ia mendapat laporan tentang adanya kelompok besar orang Kristen di kota Damsyik, yang kira-kira 240 km jauhnya dari Yerusalem. Dengan membawa surat izin, dia memutuskan pergi ke Damsyik untuk melanjutkan penganiayaannya terhadap orang percaya dan untuk membawa mereka dalam keadaan terbelenggu ke Yerusalem. Perjalanan ini membutuhkan waktu enam sampai tujuh hari sehingga anak muda yang pandai dan penuh semangat ini mempunyai banyak waktu untuk berpikir, terutama tentang Stefanus yang mati dengan begitu tenang. Dia pasti mendengar doa Stefanus, dan dengan doa itu, Stefanus "menutup mata" dengan damai.
Berita tentang kedatangan Paulus pasti telah sampai ke Damsyik. Pada tengah hari, ketika ia mendekati kota itu, tiba-tiba ada cahaya yang membutakan mata, bersinar mengelilingi Paulus dan teman-temannya. Ia rebah ke tanah saat mendengar suara yang berkata, "Saulus, Saulus, mengapa kamu menganiaya Aku?" Saulus bertanya, "Siapakah Engkau, Tuan?" Dan, Ia berkata, "Akulah Yesus, yang kamu aniaya. Akan tetapi, bangun dan masuklah ke kota, dan kamu akan diberitahu apa yang harus kamu lakukan." (Kisah Para Rasul 9:4-6, AYT) Paulus mencoba berdiri, tetapi dia mendapati bahwa dirinya buta. Anak buahnya menuntun dia dan membawanya ke kota. Pengalaman ini mengubah Paulus sepenuhnya. Sekarang, orang Farisi yang sombong ini berubah menjadi seorang yang kesakitan, gemetar, meraba-raba, dan bergantung pada bantuan orang lain. Ia dibawa ke rumah Yudas dan langsung masuk ke kamarnya. Selama tiga hari, dia tidak dapat melihat, tidak makan, ataupun minum. Seluruh hidupnya telah berubah karena pertemuan yang dahsyat dengan Kristus.
Ananias adalah salah seorang murid Kristus yang ada di Damsyik. Dia dikasihi dan dihormati oleh semua orang yang mengenalnya. Ananias mendapat penglihatan dari Allah dan ia diperintahkan untuk pergi ke rumah Yudas menemui Saulus dari Tarsus. Ananias merasa sangat takut karena ia telah mendengar tentang semua kejahatan yang dilakukan Saulus terhadap orang Kristen. Ananias barangkali sudah mengetahui bahwa dengan alasan itu juga Paulus datang ke Damsyik. Akan tetapi, Tuhan meyakinkan Ananias bahwa ia harus pergi sehingga ia pun pergi mengunjungi Saulus. Ketika Ananias menumpangkan tangan ke atas kepala orang Farisi muda ini, sambil berkata, "Saudara Saulus ...," ia pun memberitahu bahwa Yesuslah yang telah menampakkan diri dalam penglihatan Saulus. Lalu, mata Paulus terbuka dan ia menerima anugerah Roh Kudus. Setelah itu, ia dibaptis.
Kita tidak terlalu heran saat mengetahui bahwa rasul baru ini langsung memulai pekerjaan barunya. Dia berkhotbah bahwa Kristus adalah Anak Allah. Para rasul Tuhan sangat heran melihat perubahan yang luar biasa ini. Orang Yahudi yang mendengarnya juga tidak percaya dengan apa yang mereka lihat dalam diri Paulus. Paulus bertumbuh dalam kekuatan yang penuh kuasa selama ia memberitakan firman Tuhan.
Lalu, Paulus pergi ke Arab dan tinggal di sana selama tiga tahun untuk belajar dan mendalami firman Allah. Ia sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk satu pelayanan penting yang sudah menanti di hadapannya.
Setelah tinggal di Arab, ia kembali ke Damsyik. Di sana, banyak orang mendengar pemberitaannya dengan penuh semangat. Namun, tidak lama kemudian, orang Yahudi mulai mencarinya untuk membunuhnya. Karena itu, pada suatu malam, para murid menyembunyikan Paulus dalam sebuah keranjang, lalu menurunkannya di luar tembok kota.
Sekarang, Paulus mengerti apa yang telah ia perbuat terhadap orang Kristen. Mulai saat itu, banyak orang Yahudi mencari dia untuk membunuhnya. Paulus adalah seorang rasul Allah yang pandai memberitakan Injil, baik kepada orang Yahudi maupun kepada orang bukan Yahudi (orang-orang dari bangsa-bangsa lain).
Dalam pelayanan selanjutnya, Paulus secara khusus dipanggil Tuhan untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (bukan Yahudi). Melalui pelayanan-pelayanan misi yang dilakukan, Paulus memenangkan banyak jiwa dan jemaat baru mulai didirikan di berbagai tempat. Akan tetapi, hati Paulus masih mengasihi orang sebangsanya. Karena itu, ke mana pun Paulus pergi, ia akan terlebih dahulu mengunjungi sinagoge untuk bertemu dengan orang sebangsanya dan meyakinkan mereka tentang Yesus, Sang Mesias dan Juru Selamat. Puji Tuhan, ada orang Yahudi yang menjadi percaya kepada Kristus, tetapi banyak juga yang tetap menolak dan tidak percaya. Orang Yahudi yang menolak Kristus menjadi iri melihat banyak orang yang dimenangkan Paulus dan mereka mulai membuat banyak masalah dalam pelayanan Paulus selanjutnya.
Di tengah usaha Paulus menjelaskan tentang kehidupan dan karya-karya Yesus, orang Yahudi yang menjadi Kristen berpendapat bahwa orang bukan Yahudi yang menjadi Kristen harus menjadi orang Yahudi terlebih dahulu, sebelum menjadi orang Kristen. Lalu, mereka menyebarkan banyak ajaran keliru di antara jemaat yang didirikan Paulus. Mendengar hal ini, banyak orang Kristen bukan Yahudi merasa sangat kecewa dan menjadi bingung. Ada juga jemaat lain yang berdebat di antara mereka sendiri tentang kepercayaan iman Kristen. Paulus menyadari bahwa ia harus mengajar dan melatih jemaat-jemaat ini agar dapat bersatu kuat dalam iman kepada Kristus. Seluruh jemaat Kristus (baik Yahudi ataupun bukan Yahudi) memiliki tanggung jawab yang sama untuk menyebarkan Injil ke seluruh penjuru dunia. Apabila mereka sendiri terpecah belah, mereka tidak akan mampu memberitakan Injil Yesus Kristus. Selama dalam pelayanannya, Paulus banyak berkonsultasi dengan jemaat-jemaat untuk mengajarkan pengajaran iman Kristen yang benar.
"Aku bersyukur bisa mempelajari kisah awal pertobatan dan pelayanan Rasul Paulus. Sungguh luar biasa Engkau mengubah kehidupan manusia. Orang yang paling kejam sekalipun dapat Engkau pakai menjadi alat bagi kemuliaan-Mu. Aku rindu pertobatan hidupku pun menghasilkan buah yang dapat dinikmati banyak orang. Amin."