Rangkuman Diskusi HRK B September/Oktober 2011

TERMIN I -- PERTANYAAN 1-7

Pertanyaan: 1. Atas dasar apa Robert Munger (penulis) menggambarkan hati orang percaya sebagai sebuah rumah yang ditinggali oleh Roh Kudus?

Hati adalah aspek penting dalam hidup seseorang. Setiap orang percaya yang telah menerima Yesus Kristus, berarti ia telah membuka pintu hatinya untuk Yesus. Ibarat sebuah rumah, Yesus masuk ke dalam hati kita melalui Roh Kudus dan Ia tinggal di dalamnya, dan akan bersama-sama dengan kita. Karena hati merupakan aspek yang penting, maka ketika Roh Kudus ada di dalam hati kita, maka seluruh aspek kehidupan kita harus seturut dengan-Nya.

Pertanyaan: 2. Jika Anda amati pembagian ruangannya adalah: Ruang Belajar, Ruang Makan, Ruang Tamu, Ruang Kerja, Ruang Rekreasi, Ruang Tidur, Ruang Keluarga, Dapur, dan Gudang. Apakah Anda juga memiliki pembagian hidup seperti ruangan-ruangan yang digambarkan oleh penulis buku ini?

Kebanyakan dari kita belum menyadari bahwa hati kita bisa dibagi menjadi ruang-ruang seperti yang penulis tuliskan. Hanya saja, tidak semua ruangan yang ada dalam buku ini sesuai dengan keadaan kita. Ada yang memunyai semua ruangan dalam kehidupannya, ada yang hanya beberapa ruangan saja, dan bahkan ada yang beberapa ruangan dijadikan satu ruangan karena keterbatasan. Namun, maksud pembagian ruangan-ruangan ini adalah pembagian hidup yang diharapkan senantiasa berfungsi secara maksimal sesuai dengan kehendak-Nya.

Pertanyaan: 3. Bagaimana caranya kita mengundang Yesus masuk ke dalam "rumah" Anda?

Langkah awal adalah mau membuka hati untuk Yesus dan mengundang-Nya masuk ke dalam hati kita. Setelah itu, biarlah hidup kita senantiasa rindu untuk mengerti kehendak-Nya dengan cara membaca firman Tuhan secara disiplin dan tekun berdoa setiap hari.

Pertanyaan: 4. Apa yang Anda rasakan ketika Yesus pertama kali masuk dalam hati (rumah) Anda? Apakah Anda masih ingat saat itu?

Banyak perasaan yang muncul, antara lain rindu untuk lebih dekat dengan Tuhan (bersekutu, memuji Tuhan, rajin membaca firman Tuhan), ada rasa damai sejahtera, sukacita, hidup terasa indah, dan pikiran menjadi lebih berhikmat. Peristiwa Yesus masuk untuk pertama kalinya ke dalam hati kita menjadi satu peristiwa penting yang beberapa orang tidak bisa melupakannya.

Pertanyaan: 5. Mari kita mengamati Ruang Belajar. Apakah ada bagian dari Ruang Belajar penulis yang tidak berkenan kepada Tuhan? Bagaimana dengan Ruang Belajar Anda?

Dalam ruang belajar terdapat banyak bacaan yang tidak semuanya berkenan kepada Tuhan. Bacaan-bacaan yang tidak berkenan kepada Tuhan haruslah dibuang, dan tempat-tempat kosong dalam ruang belajar itu bisa diisi dengan bacaan-bacaan berguna, yang berkaitan dengan firman Tuhan. Keadaan ini sama dengan ruang belajar saya, banyak buku yang bercampur antara buku religi dan buku yang tidak pantas dibaca dan dipandang secara kristiani. Selain itu, di dinding-dinding ruang belajar juga masih dipenuhi dengan gambar diri. Saya sangat berharap semoga gambar Yesus semakin membesar dan semakin jelas di ruang belajar saya.

Pertanyaan: 6. Bagaimana supaya Ruang Belajar (pola pikir) bisa sesuai dengan kehendak Tuhan? Khususnya untuk mengubah pola pikir yang sudah terlanjur salah dan tidak sesuai dengan pola pikir iman Kristen?

Saya ingin ruang belajar saya bisa sesuai dengan kehendak Tuhan, dengan cara memenuhi bahan pelajaran dengan firman Tuhan. Dengan demikian, saya akan lebih banyak menghabiskan waktu di sana untuk berpikir mengenai firman Tuhan dan pelayanan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila banyak waktu yang bisa saya gunakan belajar/merenungkan firman Tuhan, maka pola pikir saya akan semakin diarahkan untuk bisa berfungsi sesuai dengan prinsi-prinsip iman Kristen yang terdapat dalam firman Tuhan.

Pertanyaan: 7. Berbeda dengan Ruang Belajar yang kecil, Ruang Makan adalah ruang yang besar. Berapa banyak waktu yang penulis habiskan di Ruang Makan dan apa saja yang biasa dilakukan di Ruang Makan ini? Bagaimana dengan Anda?

Dalam ruang makan, penulis memerlukan banyak waktunya di tempat ini dan untuk memuaskan keinginannya saja. Menu utama yang tersaji adalah uang, gelar akademis, kekayaan, disertai ketenaran dan keberuntungan sebagai menu tambahan. Memang, terkadang menu-menu tersebut salah satunya menjadi menu utama juga, namun terkadang saya diingatkan agar jangan mengutamakan hal-hal itu karena semua adalah semu dan tidak akan pernah memuaskan kita. Menu-menu yang tersaji itu memang diperlukan, tapi bukan yang paling utama. Jadi, saya tetap ingin mengutamakan Tuhan terlebih dahulu, karena dengan mengutamakan-Nya maka segala sesuatu yang kita perlukan pasti akan tercukupi.


TERMIN II -- PERTANYAAN 8-14

Pertanyaan: 8. Apakah menu-menu utama yang tersaji di Ruang Makan (uang, gelar, kekayaan, ketenaran, keberuntungan dll.) itu selalu buruk?

Tidak semua hal berhubungan dengan uang, gelar, kekayaan, ketenaran, keberuntungan itu selalu tidak baik/buruk. Semua itu tergantung motivasi hati kita yang utama. Segala sesuatu yang kita dapatkan itu merupakan titipan dan pemberian Tuhan. Semua yang kita miliki akan menjadi tidak baik apabila tujuan hidup kita hanya berfokus dan berpadanan dengan hal-hal yang bersifat materi. Fokus dan tujuan hidup kita seharusnya berpusat kepada Yesus Kristus sebagai pokok kehidupan orang percaya dan tidak berpusat pada diri kita sendiri. Kiranya kita semakin menyadari bahwa segala yang kita miliki berasal dari pada-Nya saja.

Pertanyaan: 9. Bagaimana caranya agar Ruang Makan menjadi tempat yang aman dan bermakna bagi Kerajaan Allah, bukan menjadi tempat dimana Anda justru jatuh dalam dosa?

Caranya adalah dengan memprioritaskan Yesus Kristus diatas segalanya. kita mau mengasihi Kristus dengan sungguh-sungguh, supaya setiap hal yang Ia berikan melalui kita hanya sebagai anugerah semata. Kita harus memunyai ketetapan hati untuk memilih Kristus Yesus diatas segalanya. Jika sudah ada ketetapan hati untuk memilih Kristus, maka setiap hidangan yang Kristus berikan pasti akan sangat enak untuk dinikmati. Hindarkan diri kita dari setiap hal yang kerap menjerumuskan kita ke dalam dosa. Mintalah pimpinan Tuhan untuk memimpin dan menuntun kehidupan kita supaya kita akan menemukan hal-hal yang bermakna berjalan dengan Tuhan.

Pertanyaan: 10. Mari sekarang memasuki Ruang Tamu. Berapa banyak penulis bertemu dengan Tamunya, yaitu Kristus, di Ruang Tamu? Bagaimana dengan Anda, berapa 'comfortable' Anda bisa berbicara dan ngobrol dengan Kristus di Ruang Tamu?

Penulis ke ruang tamunya setiap pagi, tetapi karena tanggung jawabnya bertambah banyak, sedikit demi sedikit waktu untuk bersaat teduh semakin berkurang. Dari beberapa sharing peserta menyatakan bahwa di ruangan ini para peserta masih harus belajar terutama untuk memiliki hubungan pribadi dengan Allah melalui doa maupun saat teduh. Kiranya kita menyambut Kristus dengan sukacita karena Kristus adalah tamu Agung kita yang harus kita tinggikan dan agungkan di dalam kehidupan kita.

Pertanyaan: 11. Ruang Tamu adalah tempat di mana Yesus akan menunggu Anda setiap saat, karena Dia ingin bersekutu dan menikmati hubungan yang indah dengan Anda. Selain bersaat teduh, kegiatan apa saja yang bisa Anda lakukan dengan Yesus di Ruang Tamu?

Waktu diruang tamu merupakan waktu yang terbaik untuk mengungkapkan isi hati kita kepada Tuhan. Banyak waktu yang dilakukan oleh peserta di ruang tamu selain memiliki waktu untuk bersaat teduh juga memiliki waktu untuk membaca Alkitab, memuji Tuhan, menyatakan syukur kepada Allah karena kebaikan Tuhan dalam perjalanan hidup anak-anak-Nya. Dengan menyadari bahwa Tuhan selalu beserta dengan kita maka semua ucapan, perilaku dan tindakan kita haruslah membawa kemuliaan bagi Tuhan.

Pertanyaan: 12. Mari beranjak ke Ruang Kerja, satu bagian dari rumah yang dipakai untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Mengapa penulis malu memperlihatkan Ruang Kerja ini kepada Tuhan?

Penulis merasa apa yg dikerjakannya tidak cukup berarti. Dengan kebodohan dan kemampuannya yang terbatas, penulis tak tahu harus berbuat apa lagi. Banyak penyebab mengapa talenta kita menjadi terbatas dan tidak berkembang. Hal ini dikarenakan ukuran pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan yang sifatnya hanya sementara saja. Ruang kerja seharusnya menghasilkan sesuatu yg berarti untuk pelayanan dan pekerjaan Tuhan. Penulis cukup terus terang memperlihatkan apa yang sebenarnya terjadi supaya sebagai pembelajaran kita untuk selalu bergantung pada Tuhan setiap saat.

Pertanyaan: 13. Penulis berkata di hal 21: "Jangan berkecil hati jika Anda tidak dapat berbuat banyak untuk Tuhan. Yang penting bukanlah kemampuanmu, melainkan kemauan kita." Bagaimana aplikasi kalimat tersebut? Kalau kemauan ada, tapi kemampuan tidak ada, bukankah itu juga tidak menghasilkan banyak?

Allah telah menganugerahkan talenta/kemampuan secara khusus bagi setiap manusia. Namun, tidak semua orang itu mau memaksimalkan dan mengembangkan setiap talenta yang telah Tuhan berikan. Kemauan merupakan merupakan syarat utama untuk mengembangkan setiap kemampuan yang ada di dalam hidup kita. Sebaliknya jika kemampuan itu tidak diimbangi dengan kemauan yang keras maka semua tidak akan dapat berjalan dan mencapai gol yang direncanakan. Tuhan telah memberikan talenta kepada setiap kita, walaupun kita sering merasa kemampuan kita tak sebanding dengan apa yang kita capai namun, percayalah bersama Tuhan maka kita dapat melakukan hal-hal yang luar biasa.

Pertanyaan: 14. Tentang Ruang Kerja, penulis berkata, "Saya kagum melihat barang-barang yang dapat dibuat oleh tangan-Nya yang terampil, melalui saya, ketika saya mempercayai dan mengizinkan-Nya bekerja." Wow... indah sekali. Bukankah berarti saat ini Tuhan juga menunggu Anda mengizinkan-Nya bekerja melalui Anda? Apa yang membuat Anda tidak tidak melakukannya?

Terkadang yang membuat Tuhan tidak bekerja melalui kehidupan orang percaya adalah sifat egois dan merasa bisa sendiri meski tidak bersama Tuhan. Kerap kali kita berpikir bahwa semua berkat yang kita peroleh karena kepandaian dan usaha kita itu sendiri namun, sebetulnya pemikiran itu sangat salah. Oleh karena itu untuk menghasilkan hal-hal yang luar biasa kita harus bekerja dengan Tuhan dan melakukan pekerjaan dengan kekuatan Tuhan supaya kita juga belajar mengikis ego yang kita miliki. Setiap orang yang percaya kepada Yesus harus selalu melekat kepada-Nya, melalui doa, membaca firman Tuhan. Dengan terus melekat dengan Tuhan, kiranya diharapkan kita bisa semakin peka terhadap kehendak dan rencana-Nya di dalam kehidupan kita.


TERMIN III -- PERTANYAAN 15-22

Pertanyaan: 15. Nah, sekarang Ruang Rekreasi menjadi giliran untuk dikunjungi. Menurut Anda, gambaran seperti apakah yang penulis gambarkan tentang Ruang Rekreasi itu?

Ruang rekreasi sebagai tempat penulis biasa bersenang-senang. Biasanya waktu senggang, penulis melakukan hal-hal yang ia sukai. Saat melakukan setiap aktivitas yang disukainya, penulis masih berusaha merahasiakan beberapa aktivitasnya, dengan harapan supaya Tuhan tidak tahu dan tidak menanyakannya. Bisa jadi penulis melakukan hal-hal yang tersembunyi dan berpikir bahwa jika Tuhan mengetahuinya, maka ia tidak akan bisa bersenang-senang. Tetapi sebaliknya, justru dengan bersama Tuhan pun, maka kesenangan itu semakin melimpah.

Pertanyaan: 16. Perubahan apa yang harus Anda lakukan agar Ruang Rekreasi rumah hidup Anda menjadi nyaman untuk Anda dan Yesus ada bersama-sama?

Perubahan yang harus dilakukan, yaitu mengubah perilaku, pola pikir, dan harus melibatkan Tuhan dalam segala aktivitas di Ruang Rekreasi. Perilaku dan pola pikir harus diarahkan kepada firman Tuhan, supaya Ruang Rekreasi bisa menjadi berkenan bagi Tuhan.

Pertanyaan: 17. Tiba saatnya sekarang kita membicarakan tentang Ruang Tidur. Ruang Tidur digambarkan oleh penulis sebagai ikatan pernikahan, bagaimana dengan mereka yang belum menikah?

Ikatan pernikahan menggambarkan bagaimana kita membangun hubungan baik dengan Tuhan, menjaga kehangatan dalam pernikahan, tetap setia kepada pasangan dengan kasih yang semakin mendalam. Bagi mereka yang belum menikah pun, Ruang Tidur menjadi satu tempat untuk mendekatkan diri pada Tuhan, bergumul dengan serius apakah pasangan yang dimiliki sekarang dapat saling membangun dan satu visi di dalam Tuhan.

Pertanyaan: 18. Bagaimana cara menjaga kehangatan pernikahan agar terus bertumbuh dalam kasih?

Menjaga kehangatan pernikahan agar terus bertumbuh dalam kasih, antara lain memiliki komitmen untuk mengasihi dan menghormati Allah, pasangan harus menumbuhkan sikap saling menerima pasangan masing-masing dengan penuh syukur. Menyadari bahwa pasangan adalah anugerah dari Allah yang telah diberikan sehingga kedua pasangan senantiasa bertumbuh bersama dan memuliakan nama Tuhan.

Pertanyaan: 19. Apakah kita siap untuk masuk ke Ruang Keluarga? Apakah yang penulis maksudkan dengan Ruang Keluarga? Siapa saja yang biasa ada di Ruang Keluarga?

Ruang keluarga adalah tempat berkumpulnya anggota keluarga. Penulis membenarkan bahwa Ruang Keluarga seharusnya menjadi tempat seluruh anggota keluarga berkumpul, tetapi pada kenyataannya Ruang Keluarga tersebut terlihat sepi. Di dalam ruang tersebut terdapat sekumpulan orang dari berbagai suku bangsa, ras, dan yang lain serta berbagai denominasi gereja. Bahkan di saat-saat tertentu, banyak orang hadir dalam ibadah, tetapi sedikit orang yang hadir dalam pertemuan kelompok-kelompok kecil. Penulis juga mengatakan bahwa kesiapan untuk masuk ruang keluarga tergantung dari kita sendiri, apakah kita mau bergabung dan menjadi bagian dari Ruang Keluarga tersebut, atau tetap sendiri dan menjauhi ruang tersebut.

Pertanyaan: 20. Mengapa ibadah menjadi salah satu bagian penting dalam Ruang Keluarga?

Ruang Keluarga digambarkan seperti tempat persekutuan. Dalam ruangan ini, ibadah menjadi salah satu bagian penting karena Kristus yang mencurahkan kasih kepada setiap anggota keluarga supaya bisa saling mengasihi dan bersatu di dalam-Nya. Dengan beribadah bersama-sama kepada Kristus, maka akan tumbuh kesatuan hati di dalam keluarga itu. Ibadah dapat memperkuat hubungan kita dengan Kristus dan juga dengan anggota keluarga kita.

Pertanyaan: 21. Dalam keluarga Anda, apakah setiap anggota sudah merasa menjadi bagian penting, dikasihi dan diperhatikan dalam keluarga? Jika dalam Ruang Keluarga Anda saat ini belum tercapai seperti yang penulis ini katakan, apa yang bisa Anda lakukan?

Masing-masing keluarga memunyai perbedaan, terutama dalam hal mengasihi. Ada keluarga yang tidak mengalami masalah dalam hal mengasihi anggota keluarganya, ada yang sampai sekarang ini masih mengalami kesulitan dalam hal mengasihi dan memerhatikan. Sebagai orang percaya, maka kita bisa membangun mezbah keluarga. Mezbah keluarga adalah cara terbaik untuk mendekatkan diri dengan anggota keluarga, sekaligus beribadah kepada Tuhan. Hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak anggota keluarga terdekat untuk bersekutu dan mendoakan setiap anggota keluarga, terutama mereka yang belum lahir baru. Berdoa/beribadah bersama anggota keluarga berapa pun jumlah orangnya, pasti akan membawa perubahan yang lebih baik. Kasih Kristus yang senantiasa akan menyentuh hati anggota keluarga sehingga ada kerinduan untuk mengenal kasih-Nya dan mau mengasihi setiap anggota keluarga yang ada.

Pertanyaan: 22. Bagi yang suka memasak, kita akan memasuki Ruang Dapur. Apakah Anda termasuk orang yang sering berada di Dapur untuk menyiapkan makanan bagi anggota keluarga tubuh Kristus? Kalau ya, apa yang Anda bisa lakukan di sana?

Setiap orang belum tentu sering berada di Dapur. Bagi mereka yang sering berada di dapur, mereka akan menemukan bahwa hal yang paling penting adalah menu yang disajikan -- menu yang sehat, bergizi, dan membawa manfaat besar bagi setiap anggota keluarga. Dalam pelayanan pun, mempersiapkan menu adalah hal yang sangat penting. Siapkanlah bersama Tuhan dan jangan mengandalkan kekuatan sendiri. Setiap sajian yang dikerjakan dengan kekuatan sendiri, apabila menemui tantangan maka akan segera mengalami putus asa dan menjadi asal-asalan dalam mengerjakannya. Menyiapkan makanan untuk anggota keluarga tubuh Kristus seharusnya dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa kekuatan dan kemampuan untuk melakukannya bersumber dari Kristus. Dengan tetap berdoa, dilakukan bersama-sama, dan saling mendukung pasti akan menghasilkan menu utama yang jauh lebih baik dari yang kita pikirkan/doakan.


TERMIN IV -- PERTANYAAN 23-30

Pertanyaan: 23. Penulis mengatakan, "Banyak 'koki' menjadi kepayahan, putus asa, atau sebaliknya bekerja asal-asalan dalam tugas pelayanan yang tampaknya tidak menggembirakan dan tidak mendatangkan hasil." Apakah Anda mendapati hal yang sama di dapur Anda?

Di saat hidup kita berkomitmen di dalam Yesus Kristus dalam "segala hal" meskipun masalah selalu ada, namun kita tidak akan pernah kepayahan, putus asa ataupun patah semangat. Adanya saling menguatkan, saling menghibur sehingga sebentar saja kekuatiran akan diganti dengan harapan yang penuh sukacita.

Kalau kepayahan, putus asa, bekerja tidak sungguh-sungguh sedikit banyak tentu kebanyakan dari kita mengalaminya. Akan tetapi mengenai soal hasil, saya rasa tidak ada yang sia-sia terutama bila kita melakukannya untuk Tuhan dan untuk kebaikan orang lain serta diri kita. Seperti dalam 1 Korintus 15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Pertanyaan: 24. Mengapa penulis marah ketika Yesus ingin masuk dan menilik Gudangnya?

Banyak barang-barang yang kotor dan dalam keadaan yang tidak layak pakai. Gudang merupakan gambaran tempat dimana kita menyimpan segala sikap kehidupan kita yang buruk. Memang untuk membersihkannya kita perlu setia dalam proses. Namun, kita harus percaya ketika Tuhan bekerja, maka Dia sanggup membersihkan segala sikap kehidupan kita yang buruk. Yang paling penting di sini kesediaan hati kita untuk memberikan keleluasaan bagi Tuhan untuk membersihkan kehidupan kita yang kotor. Sehingga, kita harus memiliki penyerahan diri secara totalitas kepada Tuhan.

Pertanyaan: 25. Penulis menggambarkan Ruang Gudangnya, sebagai tempat dimana ia menyimpan hal-hal pribadi yang terjadi di masa lampau yang tidak ingin dilihat orang lain, tapi yang berbau busuk. Mengapa penulis mau menyimpan hal-hal yang berbau busuk tersebut?

Karena penulis sangat mencintai dan tetap ingin mempertahankannya. Karena menurut saya, sebagian dari hati penulis masih menginginkan hal yang berbau busuk di mata Tuhan, karena memang itu adalah hal yang menyenangkan. Dan hal yang menyenangkan yang tidak disenangi Tuhan adalah dosa, dosa itu mengikat. Ada kutipan dari D.L. Moody "Dosa menjauhkan kita dari Alkitab, dan Alkitab menjauhkan kita dari dosa." Sekarang, mana yang akan kita pilih? Bila kita tetap terus menyimpan dosa, maka sedikit banyak akan menjauhkan kita dari Tuhan. Dan bila kita mau untuk mendekatkan diri bagi Tuhan, maka kita harus rela menyangkal diri dan membuang hal-hal percuma yang ada gudang kita.

Pertanyaan: 26. Bagaimana cara Anda membuang bangkai-bangkai busuk dari Gudang kita?

Belajar mengatur ruang dan kesehatan. Dengan mengetahui efek samping, kita akan rajin membersihkan gudang. Gudang jangan dikunci, agar orang lain bisa melihat juga apa yang kita simpan. Kadang kita tidak tahu kalau apa yang kita simpan itu bisa membusuk dan merusak. Anggota keluarga lain bahkan orang lain bisa saja melihatnya dan akan mengingatkan kita.

Sebenarnya saya sudah memberikan kuncinya, namun mungkin masih ada yang belum beres sepenuhnya di hati saya jadi terkadang agak sulit membersihkannya. Namun saya percaya pembersihan itu tidak sekejap, butuh proses. Dan proses itu bisa seumur hidup kita, asal kita mau diprosesNya.

Pertanyaan: 27. Di bagian terakhir bukunya, mengapa penulis mengatakan bahwa ia harus terus menerus membersihkan ruangan-ruangan hatinya? Bukankah membersihkan sekali saja sudah cukup?

Karena penulis merasakan bahwa ruangan yang sudah dibersihkan tetapi kotor lagi. Saat membersihkan ruangan yang satu, ternyata ruangan yang lain sudah mulai kotor lagi. Ini menandakan bahwa pertobatan harus terus-menerus, tidak hanya bisa sekali. Tetapi tiap hari kita harus terus menyesal akan dosa yang telah kita lakukan, karena tiap hari pun kita sering berdosa. Intinya adalah kita sudah berdosa, tidak ada gunanya kita menuduh dan mendakwa kita tidak bisa melakukan hal yang berkenan di hadapan Tuhan. Selalu jatuh dalam dosa terus-menerus. Tetapi sikap kita bukan putus asa, tapi mau untuk rendah hati terus datang kepada Tuhan untuk meminta.

Inilah yang saya kemukakan sebelumnya, bahwa membersihkan itu tidak hanya cukup sekali selesai. Perlu berulang-ulang dan itu berjalan selama kita hidup, asal dalam pembersihan oleh-Nya kita juga harus mau dan tidak setengah-setengah, karena kalau setengah-setengah hasil tidak akan maksimal.

Pertanyaan: 28. Apa resiko terbesar yang akan kita alami apabila kita menyerahkan kunci ruangan/kepemilikan kepada Yesus?

Resiko mengikut Yesus, menyerahkan segala kepemilikan kita untuk kita percayakan kepadaNya adalah suatu tindakan yang benar-benar melawan arus. Resiko? Keluarga yang kita kasihi, teman dan sahabat yang kita miliki, hobi kita, hidup kita, itulah Resikonya. Mungkin secara fisik dan perasaan kita akan merasa sulit untuk mengasihi mereka, tapi bila kita menyerahkan dan berdoa serta memohon kepadaNya, Tuhan pasti beri kekuatan dalam menghadapi hidup.

Pertanyaan: 29. Secara keseluruhan, pelajaran apa yang Anda dapatkan dari buku "Hatiku Rumah Kristus"?

Penulis mengajak pembaca untuk hidup kudus dengan memberikan point utama yaitu hati sebagai pusat kehidupan kita di mata Allah. Orang percaya terkadang tidak sadar atau lupa bahwa ada Roh Allah itu tinggal di dalam tubuhnya, bahwa tubuh itu adalah bait Allah sehingga tidak berhati-hati di dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Hidup benar di hadapan Allah menjadi kunci pelajaran yang saya petik. Dengan pembersihan hati merupakan langkah awal. Buku ini juga mengingatkan dan mengajak saya sebagai pengikut Kristus bahwa kepercayaan saja belumlah cukup (Iman tanpa perbuatan). Melainkan perlu perjuangan hidup pribadi setiap hari dan terus menerus untuk hidup dalam Yesus di setiap aktivitas kehidupan saya. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan" Amsal 4:23

Pertanyaan: 30. Menurut Anda, apa kekurangan dari buku "Hatiku Rumah Kristus"?

Menurut peserta diskusi tidak ada karena buku ini secara sederhana dapat menguraikan tentang ilustrasi hati yang digambarkan terbagi atas ruangan-ruangan sama seperti sebuah rumah dan juga kesaksian hidup dari penulis yang biasa penulis lakukan sehari-hari di rumah...Jika mau dicari kelemahan pastilah ada, karena seperti kata pepatah bahwa tiada gading yang tak retak, karena kita masih manusia biasa, tetapi dilihat dari keseluruhan buku saya kira buku tersebut cukup bagus

Kalau dilihat dari oplah pencetakan buku ini dan dikatakan sebagai "best seller" maka buku ini justru menonjolkan kelebihan dalam mengillustrasikan kehidupan sehari hari setiap manusia. Memang gambaran utuh yang disajikan adalah suasana setiap ruang dari bagian setiap rumah bercorak "western", karena asalnya si penulis ya. Namun intinya dapat kita simpulkan: " Adakah Tuhan Yesus sebagai pemilik atas setiap hati manusia?"

Umum: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA