DIK-Referensi 01b

Pelajaran 01 | Pertanyaan 01 | Referensi 01a | Referensi 01c

Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Penciptaan Alam Semesta
Kode Pelajaran : DIK-R01b

Referensi DIK-R01b diambil dari:

Judul Buku : Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen
Penulis : R.C. Sproul
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara
Tahun : 1997
Halaman : 75 - 83

Garis Besar:

Bab 19 Penciptaan
Bab 20 Pemeliharaan

REFERENSI PELAJARAN 01b - PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

PENCIPTAAN

Semua yang ada di dalam ruang dan waktu memiliki suatu permulaan. Saya mempunyai permulaan; saudara mempunyai permulaan. Rumah-rumah yang kita tinggali mempunyai permulaan. Pakaian yang kita kenakan mempunyai permulaan. Ada waktu dimana rumah-rumah kita, pakaian kita, mobil- mobil, mesin cuci, dan kita sendiri tidak ada. Semua itu tadinya tidak ada. Semua itu merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkali.

Kita dikelilingi oleh hal-hal dan orang-orang yang memiliki permulaan, oleh karena itu kita tergoda untuk segera mengambil kesimpulan bahwa segala sesuatu ada awal mulanya. Kesimpulan seperti itu merupakan loncatan fatal ke dalam kemustahilan yang tidak ada batasnya. Hal ini merupakan hal yang fatal bagi agama dan juga bagi ilmu pengetahuan dan akal budi.

Alasannya adalah karena tadi saya mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dalam ruang dan waktu ada permulaannya. Bukankah itu sama
Halnya dengan mengatakan bahwa segala sesuatu ada permulaannya? Hal ini secara ilmiah maupun secara logika merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Alasannya adalah apabila semua yang ada pernah ada permulaannya, maka ada waktu dimana semua itu tidak ada sama sekali.

Mari kita berhenti sejenak untuk merenungkan. Coba bayangkan bahwa tidak ada sesuatupun yang berada. Sama sekali tidak ada apa-apa. Kita bahkan tidak dapat memahami ketidakadaan apapun sama sekali Konsep ini hanya merupakan suatu pernyataan negatif tentang sesuatu.

Apabila pada suatu waktu pernah tidak ada apa-apa sama sekali, lalu apa yang akan ada sekarang? Benar tidak ada apa-apa! Apabila tadinya tidak ada apa-apa, maka berdasarkan logika, seterusnya tidak akan pernah ada apa-apa. Kita bahkan tidak perlu mengatakan "selalu" dalam periode dimana ada kemungkinan tidak ada apa-apa.

Mengapa kita dapat merasa yakin bahwa apabila pada suatu waktu pernah tidak ada apa-apa, maka tidak akan pernah ada sesuatu apapun berada pada saat ini? Jawabannya sangat sederhana, selain fakta bahwa orang yang sangat pandai sering kali tersandung oleh suatu hal yang begitu jelas. Jawabannya adalah bahwa saudara tidak dapat mendapatkan sesuatu dari ketidakadaan. Hukum mutlak dalam ilmu pengetahuan dan logika adalah ex nihilo nihil fit (dari yang tidak ada, maka tidak ada yang dapat dihasilkan). Ketidakberadaan tidak dapat menghasilkan apapun juga. Tidak ada yang dapat tertawa, menyanyi, menangis, bekerja, menari dan bernafas. Tidak ada yang dapat tercipta. Tidak ada yang dapat melakukan sesuatu oleh karena tidak ada apa-apa. Tidak ada yang berada. Tidak ada kuasa atau kekuatan yang dapat menjadikan sesuatu menjadi ada.

Untuk sesuatu keluar dari yang tidak ada berarti sesuatu itu harus mempunyai kekuatan untuk menciptakan diri sendiri. Sesuatu itu harus mampu untuk menciptakan dirinya sendiri atau menjadikan dirinya menjadi ada, tetapi itu sesuatu yang mustahil. Bagaimana mungkin sesuatu dapat menciptakan dirinya sendiri padahal sesuatu itu belum ada. Namun, bila sesuatu itu sudah ada, maka dia tidak perlu diciptakan lagi. Untuk menciptakan diri sendiri, maka sesuatu itu harus ada dan harus tidak ada pada saat yang sama dan dalam arti yang sama. Ini merupakan sesuatu yang kontradiksi. Ini menyalahi hukum ilmiah dan rasional yang paling mendasar, yaitu hukum kontradiksi.

Apabila kita mengetahui tentang sesuatu keberadaan yang ada pada saat ini, maka kita tahu bahwa harus ada sesuatu keberadaan lain, yang entah bagaimana, di suatu tempat, yang tidak memiliki permulaan. Saya menyadari bahwa ada pemikir-pemikir yang hebat seperti Bertrand Russel yang berdebat dengan Frederick Copelston berkenaan dengan keberadaan alam semesta sebagai akibat dari "rangkaian sebab akibat yang terjadi secara tidak terbatas." Jadi, hal itu terjadi terus menerus dan tidak ada akhirnya, terus ke belakang menuju kekekalan. Sesuatu disebabkan oleh sesuatu sampai pada kekekalan. Oleh karena pernyataan ini telah diajukan oleh orang pandai, maka bukan saja dapat dikatakan suatu pernyataan yang agak bodoh, tetapi suatu pernyataan yang sangat bodoh.
Hal-hal yang bodoh dapat merupakan suatu kenyataan, tetapi konsep ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin.

Russel dapat menyangkali hukum dari yang tidak ada, tidak ada yang dapat terjadi, dan itu berarti dia harus (berdasarkan logika) bahwa apabila ada sesuatu keberadaan sekarang, maka itu berarti ada sesuatu yang sudah ada sebelumnya yang tidak memiliki permulaan. Sekarang pertanyaannya adalah apa itu atau siapa itu?

Banyak pakar yang serius percaya bahwa jawaban dari apa itu dapat ditemukan di dalam alam semesta itu sediri. Mereka berargumentasi (seperti yang dilakukan oleh Carl Sagan) bahwa tidak perlu kita melampaui dari sesuatu yang tidak memiliki permulaan, yang menjadi penyebab awal dari segala keberadaan di dunia ini. Artinya, kita tidak perlu berasumsi bahwa ada semacam "Allah" yang transenden dari alam semesta ini. Alam semesta atau sesuatu di dalamnya dapat melakukan hal itu dengan baik.

Ada suatu kesalahan yang terlihat dari penjelasan di atas. Kesalahan itu berkaitan dengan arti istilah transenden. Di dalam filsafat dan teologi, ide transeden berarti bahwa Allah ada "di atas dan melampaui" alam semesta dalam arti bahwa Ia adalah keberadaan yang lebih tinggi dari keberadaan yang lain. Keberadaan yang tertinggi itu kita sebut Allah.

Apa yang menyebabkan Keberadaaan yang tertinggi ini berbeda dengan keberadaan manusia? Perhatikan bahwa kedua konsep ini sama-sama menggunakan kata keberadaan. Pada waktu kita mengatakan bahwa Allah adalah Keberadaan yang Tertinggi, kita mengatakan bahwa Dia adalah suatu keberadaan yang berbeda dalam macamnya dengan keberadaan- keberadaan yang lain berasal dari Dia sehingga dapat, sedangkan Dia berasal dari diri-Nya sendiri untuk ada. Dia Pencipta yang kekal. Semua yang lain merupakan karya ciptaan-Nya.

Pada waktu Carl Sagan dan yang lain mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak diciptakan di dalam alam semesta dan bukan di atasnya, mereka hanya berbicara tentang alamat dari Sang Pencipta. Mereka mengatakan bahwa yang tidak diciptakan itu tinggal di sini (di alam semesta), bukan di sana (di atas atau di luar alam semesta). Sang Pencipta tetap dituntut harus merupakan Keberadaan yang Tertinggi. Sang Pencipta alam semesta bersifat misteri ini, yang merupakan penyebab dari semua ciptaan tetap merupakan keberadaan yang berada di atas dan melampaui segala bentuk keberadaan. Dengan kata lain, tetap harus ada Keberadaan yang transenden.

Semakin jauh kita berbicara mengenai "Pencipta yang berada di alam semesta ini", semakin kita melihat bahwa yang sedang dibicarakan adalah semakin seperti Allah. Dia tidak diciptakan. Dia menciptakan segala sesuatu yang lain. Dia atau sesuatu itu memiliki kekuatan pada diri-Nya sendiri untuk berada.

Yang jelas adalah apabila sesuatu berada sekarang, maka harus ada Keberadaan yang Tertinggi dari mana segala sesuatu yang keluar. Pernyataan yang pertama dari Alkitab adalah "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Teks ini merupakan dasar bagi semua pemikiran Kristen. Ini merupakan suatu pernyataan religius, tetapi secara rasional merupakan suatu konsep yang harus demikian.

  1. Segala sesuatu yang berada di dalam ruang dan waktu ada permulaannya.
  2. Sesuatu tidak dapat dihasilkan dari yang tidak ada. Yang tidak ada tidak dapat melakukan apa-apa.
  3. Apabila tidak pernah ada apa-apa, maka sekarang tidak akan ada apa- apa.
  4. Sesuatu ada sekarang; oleh karena itu sesuatu harus ada dan sesuatu itu tidak ada permulaannya.
  5. Sesuatu tidak dapat menciptakan dirinya sendiri, oleh karena ia harus ada terlebih dahulu sebelum dia sendiri ada.
  6. Apabila ada "sebagian" dari alam semesta ini yang tidak diciptakan, maka yang tidak diciptakan itu merupakan keberadaan yang melebihi yang lain atau melampaui semua bagian yang ada permulaannya.
  7. Keberadaan yang tidak diciptakan merupakan keberadaan tertinggi (lebih tinggi dari keberadaan yang diciptakan), tidak peduli dia tinggal dimana.
  8. Transenden menunjuk kepada derajat dari suatu keberadaan, bukan padageografisnya.

Ayat-ayat Alkitab untuk bahan refleksi:

  1. Kej. 1
  2. Maz. 33:1-9
  3. Maz. 104:24-26
  4. Yer. 10:1-16
  5. Ibr. 11:3

BAB 20 PEMELIHARAAN

Di Pulau Rhode ada kota besar yang bernama Providence. Ada sesuatu yang khusus dari nama itu. Nama kota itu menarik perhatian, dan menyebabkan kita memikirkan tentang jenjang besar antara apa yang ada pada generasi yang lalu dengan masyarakat sekarang. Siapa yang akan memberi nama suatu kota Providence (pemeliharaan) pada zaman ini. Kata itu sendiri sudah kuno dan ketinggalan zaman.

Pada waktu saya membaca karya tulis orang-orang Kristen pada abad permulaan, saya terhentak dengan banyaknya penjelasan tentang pemeliharaan Allah. Kelihatannya sebelum abad ke-20, orang-orang Kristen lebih erat dengan konsep pemeliharaan Allah dalam kehidupan mereka dibandingkan dengan kita sekarang. Semangat naturalisme yang berpandangan bahwa semua peristiwa di alam ini diatur oleh kekuatan alam yang mandiri telah memberikan pengaruh pada generasi kita sekarang.

Arti dari akar kata Providence adalah "melihat sesuatu sebelumnya atau lebih dahulu," atau "menyediakan untuk." Dengan arti yang seperti itu maka kita itu tidak cukup untuk mewakili kedalaman arti dari doktrin pemeliharaan Allah. Doktrin itu bukan hanya mengajarkan bahwa Allah adalah penonton dari semua peristiwa-peristiwa yang dialami manusia. Doktrin ini bukan hanya berbicara mengenai Allah mengetahui segala sesuatu sebelum hal itu terjadi. Pengakuan iman Westminster pada abad ke 17 menjelaskan tentang pemeliharaan Allah sebagai berikut:

Allah, Pencipta Agung dari segala sesuatu, memelihara, memimpin, mengatur dan memerintah semua makhluk ciptaan, tindakan, dan benda- benda ciptaan, mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, dengan kebijaksanaan-Nya yang paling bijak dan pemeliharaan-Nya yang kudus, sesuai dengan pengetahuan yang tidak bisa salah dari segala sesuatu sebelum terjadi yang dimiliki-Nya, dan kehendak-Nya yang bebas dan tidak berubah, bagi kemuliaan hikmat-Nya, kuasa-Nya, keadilan-Nya, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya.

Apa yang Allah ciptakan. Dia juga pelihara. Alam semesta bukan hanya bergantung kepada Allah untuk asal mulanya, tetapi juga bergantung kepada Allah untuk keberadaan alam semesta itu seterusnya. Alam semesta tidak dapat berada dan beroperasi dengan kekuatannya sendiri. Allah menopang segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya. Di dalam Dia, kita hidup, bergerak dan memiliki keberadaan kita.

Inti pengajaran dari doktrin pemeliharaan Allah adalah penekanan pada pemerintahan Allah atas alam semesta. Dia memerintah ciptaan-Nya dengan kedaulatan dan otoritas yang mutlak. Dia memerintah segala sesuatu yang akan terjadi, mulai dari yang paling besar sampai yang paling kecil. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar lingkup pemerintahan pemeliharaan Allah yang berdaulat. Dia yang membuat turunnya hujan dan yang menghancurkan kerajaan. Dia mengetahui jumlah rambut di kepala kita dan hari-hari dalam kehidupan kita.

Ada perbedaan yang krusial antara pemeliharaan Allah dengan keberuntungan, takdir atau kebetulan. Kunci dari perbedaan ini terletak pada karakter Allah. Keberuntungan adalah buta, sedangkan Allah melihat segala sesuatu. Takdir tidak berpribadi, sedangkan Allah adalah seorang Bapa. Kebetulan adalah bisu, sedangkan Allah dapat berbicara. Tidak ada kekuatan-kekuatan yang buta, tidak berpribadi yang bekerja dalam sejarah manusia. Semua terjadi oleh karena tangan Sang Pemelihara yang tidak kelihatan.

Di dalam sebuah alam semesta yang diperintah oleh Allah tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Pada dasarnya tidak ada yang disebut dengan kebetulan. Kebetulan tidak pernah ada. Kata itu hanya yang kita gunakan untuk menjelaskan kemungkinan-kemungkinan secara matematika. Tetapi, kebetulan itu sendiri bukan merupakan suatu keberadaan yang dapat mempengaruhi realitas. Kebetulan bukan sesuatu. Itu bukan apa-apa.

Aspek yang lain dari pemeliharaan Allah disebut dengan bekerja sama. Kerja sama ini menunjuk pada kesatuan dari tindakan Allah dan manusia. Kita adalah makhluk ciptaan dengan kehendak diri kita sendiri. Kita dapat menjadikan sesuatu terjadi. Namun, kuasa yang kita keluarkan sebagai penyebab dari hal itu merupakan hal yang kedua. Kedaulatan dari pemeliharaan Allah berada di atas dan melampaui tindakan-tindakan kita. Dia bekerja berdasarkan kehendak-Nya melalui tindakan-tindakan dari kehendak manusia. Contoh yang paling jelas untuk kerja sama ini dapat kita temukan di dalam kisah Yusuf dengan saudara-saudaranya di Alkitab. Meskipun saudara-saudara Yusuf menyatakan rasa bersalah mereka atas apa yang telah mereka lakukan pada diri Yusuf, pemeliharaan Allah bekerja bahkan melalui dosa yang mereka lakukan. Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya:

"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap Aku, tetapi Allah telah mereka-rekanya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kejadian 50:20)

Pemeliharaan dalam bentuk campur tangan Allah dapat bekerja melalui tindakan yang paling tidak baik. Hal yang paling jahat yang pernah dilakukan oleh seorang manusia adalah pengkhianatan Yudas terhadap Yesus Kristus. Namun kematian Kristus bukan merupakan sejarah yang terjadi secara kebetulan. Hal itu terjadi berdasarkan apa yang telah diterapkan oleh kehendak Allah. Tindakan Yudas yang jahat itu membantu untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik yang pernah terjadi di dalam sejarah, yaitu penebusan. Apabila kita mengatakan bahwa hari penyaliban Kristus dalam sejarah sebagai hari "Jumat Agung" (the 'Good' Friday), itu bukanlah merupakan sesuatu kebetulan.

  1. Konsep pemeliharaan Allah tidak secara umum dipercaya pada zaman ini.
  2. Pemeliharaan Allah termasuk bahwa Allah bekerja untuk memelihara ciptaan-Nya.
  3. Pemeliharaan Allah terutama berkaitan dengan pemerintahan Allah atas ciptaan-Nya.
  4. Dengan terang pemeliharaan Allah, maka sebenarnya tidak ada kekuatan yang tidak berpribadi seperti keberuntungan, takdir atau kebetulan.
  5. Pemeliharaan Allah termasuk kerja sama, dimana Allah bekerja berdasarkan kehendak-Nya melalui kehendak dari mahluk-mahluk ciptaan-Nya

Ayat-ayat Alkitab untuk bahan refleksi:

  1. Ayub. 38:1-41:34
  2. Dan. 4:34-35
  3. Kis. 2:22-24
  4. Rom. 11:33-36
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA