Referensi

Taxonomy upgrade extras: 

KRP - Referensi 05

Nama Kelas : Kehidupan Rasul Paulus
Nama Pelajaran : Pengadilan, Pemenjaraan, dan Akhir Hidup Paulus
Kode Referensi : KRP-R05

Referensi 05 -- Pengadilan, Pemenjaraan, dan Akhir Hidup Paulus

KRP - Referensi 02

Nama Kelas : Kehidupan Rasul Paulus
Nama Pelajaran : Perjalanan Misi Paulus yang Pertama
Kode Referensi : KRP-R02

Referensi 02 -- Perjalanan Misi Paulus yang Pertama

KRP - Referensi 04

Nama Kelas : Kehidupan Rasul Paulus
Nama Pelajaran : Perjalanan Misi Paulus yang Ketiga
Kode Referensi : KRP-R04

Referensi 04 -- Perjalanan Misi Paulus yang Ketiga

KRP - Referensi 01

Nama Kelas : Kehidupan Rasul Paulus
Nama Pelajaran : Latar Belakang dan Pertobatan Paulus
Kode Referensi : KRP-R01

Referensi 01 -- Latar Belakang dan Pertobatan Rasul Paulus

KRP-Referensi 01b

Pelajaran 01 | Pertanyaan 01 | Referensi 01a

Nama Kursus : KEHIDUPAN RASUL PAULUS
Nama Pelajaran : Latar Belakang dan Pertobatan Rasul Paulus
Kode Pelajaran : KRP-R01b

Referensi KRP-01b diambil dari:

Judul Buku : MEMAHAMI PERJANJIAN BARU
Pengarang : John Drane
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996
Halaman : 289 - 296

REFERENSI PELAJARAN 01b - LATAR BELAKANG DAN PERTOBATAN RASUL PAULUS

SIAPA PAULUS ITU?

Dalam sejarah Perjanjian Baru sesudah kebangkitan Yesus, perhatian beralih dari Petrus dan para murid Yesus lainnya kepada seorang tokoh penting lain dalam kehidupan jemaat mula-mula - yakni Paulus, sang Farisi. Paulus bukan satu-satunya orang Farisi yang menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 15:5), tetapi ia memang yang paling terkenal. Berbeda dengan banyak orang Kristen Yahudi lainnya, Paulus tidak lahir di Palestina. Sama seperti banyak orang yang bertobat pada hari Pentakosta, ia seorang Yahudi Helenis. Ia berasal dari kota Tarsus di provinsi Silisia, dan dia juga seorang warga negara Roma (Kisah Para Rasul 22:3,27).

Masa muda Paulus

Mungkin sekali ada dua masa yang berbeda dalam kehidupan Paulus sewaktu muda: masa kanak-kanak yang dihabiskannya di Tarsus, dan masa muda serta awal kedewasaan di Yerusalem. Kata "dibesarkan" dalam Kisah Para Rasul 22:3 dapat berarti ketika masih bayi Paulus pindah dari Tarsus ke Yerusalem. Tetapi kebanyakan ahli berpendapat hal itu hanya mengacu pada pendidikannya. Paulus pulang ke Tarsus setelah pertobatannya (Kisah Para Rasul 9:30), jadi kelihatannya kota ini yang dianggapnya sebagai kampung halaman.

  1. Tarsus
  2. Walaupun Paulus pertama-tama dan terutama adalah seorang Yahudi, ia juga bangga terhadap Tarsus, yang merupakan kota pendidikan tinggi serta juga pusat pemerintahan dan perdagangan. Tetapi ia tidak merasa senang dengan kebudayaan di kota itu yang bersifat Yunani dan kafir. Orangtua Paulus merupakan orang-orang Yahudi dan sekaligus menjadi warga negara Roma. Walaupun mereka berusaha melindungi Paulus dari pengaruh kafir sewaktu remaja, tetapi keadaan kota Tarsus membuat setiap anak yang cerdas terpengaruh oleh bahasa dan ide-ide kebudayaan Yunani yang kafir. Pengaruh itu tampak dalam tiga rujukan sastra Yunani oleh Paulus, yakni kepada penyair-penyair Epimenides (Kisah Para Rasul 17:28), Aratus (Titus 1:12) dan Menander (1Korintus 15:33).

    Sewaktu masih sangat muda, orangtua Paulus memutuskan ia harus menjadi seorang rabi (guru hukum Taurat). Sebagai seorang anak kecil di Tarsus, ia belajar tentang tradisi-tradisi umat Yahudi melalui pendidikan yang teratur di sinagoge setempat. Alkitabnya yang pertama kemungkinan besar adalah Septuaginta, terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani.

    Sewaktu tinggal di Tarsus, Paulus juga belajar membuat tenda, sebab setiap murid hukum Taurat dianjurkan mempelajari suatu ketrampilan di samping menuntut ilmu. Hal ini sangat bermanfaat bagi Paulus pada kemudian hari, sebab dengan demikian dia sanggup memperoleh nafkah sendiri sewaktu melakukan pekerjaan misionernya.

  3. Yerusalem
  4. Tidak lama kemudian, Paulus dikirim dari Tarsus ke pusat dunia Yahudi, yakni Yerusalem. Di Yerusalem ia menjadi murid Rabi Gamaliel, yang merupakan cucu dan pengganti Rabi Hillel yang kesohor (kira-kira tahun 60 sM-20 M). Hillel telah mengajarkan suatu bentuk agama Yahudi yang lebih maju dan liberal, daripada saingannya, Syammai. Apa yang dikatakan Yesus tentang perceraian mungkin telah dicetuskan oleh pengikut-pengikut kedua rabi tersebut (Markus 10:1-12). Hillel menyatakan seorang lelaki dapat menceraikan istrinya kalau istrinya itu tidak menyenangkan dalam hal apa pun juga - misalnya jika ia memasak makanan sampai hangus! Tetapi Syammai berpendapat perceraian hanya dibenarkan bila telah terjadi dosa moral yang berat. Apa yang Paulus sendiri tulis mengenai pokok tersebut menunjukkan bahwa ia mengubah pendiriannya setelah menjadi Kristen.

    Namun Paulus memperoleh sedikitnya satu manfaat besar dari pendidikannya menurut tradisi Hillel. Syammai berpendapat bahwa orang- orang bukan-Yahudi tidak mempunyai tempat di dalam rencana Allah. Sedangkan saingannya bukan saja menyambut mereka, tetapi secara positif telah pergi menginjili mereka. Mungkin Paulus pertama kali mendengar dari Gamaliel bahwa ada tugas besar yang perlu dikerjakan di antara bangsa-bangsa bukan-Yahudi di kawasan kekaisaran Roma.

    Paulus mencatat kemajuan yang baik dalam studinya di Yerusalem. Menurut Paulus sendiri, ia seorang murid yang sangat berhasil (Galatia 1:14). Ia menjadi begitu penting, sehingga ketika orang-orang Kristen diadili oleh karena iman mereka, ia diberi hak "memberi suara" terhadap mereka, baik dalam jemaat sinagoge ataupun di dewan tertinggi orang Yahudi, yakni Sanhedrin (Kisah Para Rasul 26:10).

    Demikianlah keterangan yang kita ketahui mengenai latar belakang dan pendidikan Paulus. Kita telah memberikan garis besar hidupnya sebelum dia bertobat. Sekarang kita harus menggali dan melihat apa yang dapat ditemukan tentang hidup masa mudanya, agar kita mengerti kepribadiannya yang rumit serta mempunyai dasar yang jelas untuk mengerti surat-suratnya.

    Rupanya ada tiga pengaruh utama pada Paulus selama masa mudanya, yakni agama Yahudi, filsafat Yunani dan agama-agama rahasia.

Paulus dan agama Yahudi

Paulus sendiri tidak pernah menyebut pengaruh-pengaruh Yunani atau kafir, tetapi ia membuat banyak pernyataan tentang latar belakang serta pendidikan Yahudinya. Ia bangga akan kenyataan ia seorang Farisi yang baik. Kalau kita membaca surat-surat Paulus yang ditulisnya sebagai seorang Kristen, menjadi jelas ia tetap mempertahankan kepercayaan-kepercayaan terbaik yang diterima dari guru-gurunya. Salah satu saingan utama dari kaum Farisi adalah kaum Saduki. Kedua golongan tersebut masing-masing mewakili sayap liberal dan konservatif dari agama Yahudi. Pada setiap pokok pertikaian antara kedua golongan tersebut, Paulus mengutip dan sering memperbaiki pendirian kaum Farisi.

  • Kaum Farisi percaya sejarah mempunyai maksud dan tujuan. Mereka berpendapat Allah mengatur peristiwa-peristiwa menurut rencana-Nya sendiri, yang mencapai titik puncaknya dengan kedatangan sang Mesias yang akan memimpin umat-Nya. Ini sesuatu yang dapat diterima dengan baik oleh Paulus sebagai seorang Kristen. Dalam Roma 9-11 ia mengemukakan Allah mengatur jalannya sejarah dengan tujuan agar pada akhirnya orang-orang Yahudi diikutsertakan dalam persekutuan Kristen. Paulus berpikir sebagai seorang Farisi yang baik -- walaupun dia melangkah lebih jauh, sebab ia tahu Mesias telah datang dalam pribadi Yesus Kristus.

  • Kaum Farisi percaya akan hidup setelah kematian. Paulus menekankan hal tersebut demi keuntungannya sendiri ketika dia diadili di hadapan Sanhedrin (Kisah Para Rasul 23:6-10) dan Herodes Agripa II (Kisah Para Rasul 26:6-8). Tetapi sebagai seorang Kristen, Paulus melangkah lebih jauh lagi. Ia yakin bahwa tidak seorang pun dapat menjamin adanya kebangkitan lepas dari kenyataan bahwa Yesus Kristus telah bangkit dari kematian.

  • Kaum Farisi percaya akan malaikat-malaikat dan setan-setan. Kaum Saduki tidak percaya akan hal-hal tersebut. Di sini juga Paulus mempertahankan kepercayaannya sebagai seorang Farisi tetapi mengubahnya dalam terang Kristus. Di salib, Kristus telah menaklukkan kuasa-kuasa jahat. Oleh sebab itu, orang-orang Kristen "lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita" (Roma 8:37). Tidak seorang malaikat pun dapat menyaingi Tuhan yang telah bangkit, yang dilayani Paulus, dan yang di dalam-Nya "seluruh kepenuhan Allah berkenan diam" (Kolose 1:19).

    Bukan hanya dalam soal iman Paulus memperlihatkan pengaruh latar belakang Yahudinya. Cara ia menulis, dengan memakai ayat-ayat Perjanjian Lama untuk "membuktikan" pokok-pokok teologisnya, langsung diambil dari pendidikannya selaku seorang Farisi. Pembaca surat Paulus kepada jemaat di Galatia kadang-kadang merasa heran, atau bahkan geli, bila melihat cara Paulus menafsirkan beberapa nats Perjanjian Lama. Umpamanya, ia memakai metode tafsir yang biasa dipakai para rabi Yahudi sewaktu ia menyatakan janji-janji kepada Abraham ditujukan kepada satu orang, yakni Yesus Kristus, dengan alasan kata Yunani yang diterjemahkan "keturunan" berbentuk tunggal (Galatia 3:16). Seperti para rabi, Paulus kadang-kadang mengutip sepotong nats tanpa memperhatikan konteksnya, dan menggabungkan teks-teks yang diambil dari beberapa bagian Perjanjian Lama yang sama sekali berbeda dan tidak berkaitan.

    Namun dalam satu pokok penting Paulus tidak mengikuti warisan Yahudinya. Kaum Farisi merupakan orang-orang legalistik. Mereka mewajibkan pemeliharaan secara rinci bukan hanya hukum Perjanjian Lama yang tertulis, tetapi juga hukum-hukum tradisional dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak berdasarkan otoritas Alkitab. Lebih daripada itu, mereka menyatakan bahwa orang-orang yang tidak memelihara semuanya itu, tidak pernah dapat memperoleh keselamatan penuh. Paulus telah mengalami keputusasaan secara total ketika ia berusaha menjadi seorang Farisi yang baik dan memelihara Taurat. Paulus tahu ia tidak pernah dapat melakukannya. Sebab itu ia tidak pernah dapat benar-benar mengenal Allah. Sewaktu lagi merasa optimis, ia pernah berkata, "tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat, aku tidak bercacat" (Filipi 3:6). Tetapi di dalam hatinya ia mengetahui ada kuasa yang lebih besar daripada kuasanya sendiri yang sedang bekerja dan mencegahnya untuk memelihara seluruh hukum Taurat. Bahkan keberhasilan yang dicapainya pun jauh dari memadai: "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat" (Roma 7:15). Semakin Paulus berusaha melakukan yang baik, ia menemukan bahwa semakin tidak mungkin dia melakukannya.

    Hanya karena ia seorang Farisi yang begitu setia, ia dapat menghargai apa yang telah dilakukan Allah bagi manusia di dalam Yesus Kristus. Ajaran Farisi menjadi cermin di mana Paulus melihat kekurangan-kekurangannya sendiri yang begitu jelas dinyatakan sehingga ia nampaknya merupakan orang "yang paling berdosa" (1Timotius 1:15). Tetapi di dalam Yesus Kristus ia melihat pencerminan dari apa yang dapat dicapainya oleh anugerah Allah yang diberikan secara cuma-cuma: "Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat ... telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging ... Jadi ... jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan- perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup ... Roh membantu kita dalam kelemahan kita" (Roma 8:3,12,13,26).

Paulus dan Para Filsuf

Di antara banyak aliran filsafat yang ada pada waktu itu, aliran Stoik mungkin yang paling serasi bagi Paulus. Satu atau dua filsuf Stoik besar berasal dari Tarsus, dan mungkin Paulus masih ingat sedikit tentang pengajaran mereka dari masa mudanya.

Beberapa ahli berpendapat pengetahuan Paulus tentang filsafat Stoik lebih dalam daripada itu. Pada tahun 1910 Rudolf Bultmann menunjukkan bahwa cara Paulus mengemukakan pendapatnya kadang-kadang menyerupai argumen-argumen Stoik. Kedua-duanya memakai pertanyaan retoris, pernyataan singkat yang berdiri sendiri, seorang lawan khayalan yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan banyak ilustrasi yang diambil dari dunia atletik, pembangunan serta kehidupan sehari-hari. Malahan kita dapat menemukan frasa-frasa dalam pengajaran Paulus yang dapat dianggap mendukung ajaran Stoik; umpamanya pernyataannya, "segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia" (Kolose 1:16-17). Dalam pidato Paulus di Atena, Lukas melaporkan bahwa Paulus benar- benar mengutip Aratus, penyair Stoik yang terkenal (Kisah Para Rasul 17:28). Beberapa dari surat Paulus juga sering mencerminkan peristilahan Stoik -- seperti waktu ia menggambarkan moralitas dengan istilah "seharusnya" atau "sepatutnya" dan "tidak pantas". Tidak perlu disangsikan lagi bahwa Paulus mengetahui dan bersimpati terhadap banyak cita-cita Stoik. Tetapi ada beberapa perbedaan yang hakiki dan penting antara kekristenan Paulus dan filsafat Stoik.

  • Filsafat Stoik didasarkan atas spekulasi-spekulasi filsafat mengenai sifat dunia dan manusia. "Ilah"-nya yang sebenarnya adalah akal manusia yang abstrak. Agama Kristen sangat berbeda, sebab ia dengan kokoh didasarkan pada fakta-fakta historis tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus (1Korintus 15:3-11).

  • "Ilah" Stoik adalah abstraksi yang samar-samar, kadang-kadang dihubungkan dengan seluruh alam semesta, kadang-kadang dengan akal, dan kadang-kadang malah dengan unsur api: "Tidak kita tahu ilah apa itu, tetapi ada ilah yang berdiam" (Seneca, Surat-surat 41.2, dikutip dari Virgil). Sebaliknya Allah yang dikenal Paulus adalah Wujud pribadi yang dinyatakan dalam Kristus: "Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia" (Kolose 1:19).

  • Para Stoik mau menemukan "keselamatan" dalam keswasembadaan. Mereka berusaha memperoleh penguasaan atas diri sendiri agar dapat hidup secara serasi dengan alam. "Tujuan hidup adalah untuk bertindak sesuai dengan alam, yakni sekaligus baik dengan alam yang ada dalam diri kita maupun dengan alam semesta .... Jadi kehidupan yang sesuai dengan alam adalah keberadaan yang bijak dan bahagia, yang dinikmati hanya oleh orang yang selalu berusaha memelihara keserasian antara setan di dalam pribadi dengan kehendak Kuasa yang mengatur alam semesta" (Diogenes Laertius vii.1.53). Bagi Paulus, keselamatan berbeda sekali dengan gagasan tersebut. Ia menemukan bahwa keselamatan tidak bergantung pada diri sendiri, melainkan dengan penyerahan diri kepada Yesus Kristus: "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Galatia 2:19-20).

  • Filsafat Stoik tidak mempunyai masa depan; melainkan merupakan agama keputusasaan. Kebanyakan orang dianggap tidak sanggup mencapai kedewasaan moral. Masa depan mereka adalah untuk dibinasakan di mana satu siklus sejarah dunia mengikuti siklus lainnya, hanya untuk dilahirkan kembali atau di-reinkarnasi -- begitu rupa sehingga seluruh siklus dapat diulangi. Agama Kristen bertentangan dengan hal ini, dan menyatakan bahwa dunia yang kita kenal pasti akan berakhir dengan campur tangan Kristus sendiri. Kemudian akan tercipta suatu tata dunia yang sama sekali baru (1Korintus 15:20-28).

Pengaruh Stoik terhadap Paulus haruslah dianggap sangat kecil saja. Setiap orang tak luput dari pemakaian kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang dikenal dari konteks lain. Tetapi kalau Paulus memakai bahasa Stoik, maka ia memberikannya arti baru. Sebab berita Paulus tentang keselamatan melalui Kristus jauh berbeda dengan berita Stoik tentang keselamatan melalui penguasaan diri.

Paulus dan Agama-agama Rahasia

Sepintas lalu, ada beberapa kemiripan antara agama-agama rahasia dan agama Kristen. Keduanya datang ke Roma dari Timur. Keduanya menawarkan "keselamatan" kepada pengikut-pengikutnya. Keduanya memakai upacara penerimaan pengikut baru (baptisan Kristen) dan santapan sakramen (perjamuan kudus Kristen). Keduanya menyapa Allah penyelamatnya sebagai "Tuhan". Jika pengikut agama rahasia menjadi Kristen, maka terkadang kepercayaan-kepercayaan rahasia terbawa ke dalam jemaat. Mungkin peristiwa seperti inilah yang menjadi sumber persoalan di jemaat di Korintus, sehingga Paulus menulis surat-surat kepada jemaatnya.

Oleh karena adanya persamaan antara agama Kristen dengan agama-agama rahasia, beberapa ahli mengira Paulus mengubah ajaran Yesus yang sederhana menjadi semacam agama rahasia. Namun tidak ada lagi ahli yang mempunyai pandangan semacam itu dewasa ini, karena tidak ada bukti sejarah yang mendukungnya secara nyata. Bukti yang ada malah menunjukkan kebalikannya.

  • Agama-agama rahasia selalu bersedia, bahkan rindu, bergabung dengan agama-agama lain. Ini sesuatu yang selalu ditolak oleh orang-orang Kristen, karena percaya hanya mereka saja yang memiliki seluruh kebenaran yang dinyatakan oleh Kristus.

  • Banyak bukti yang dahulu menunjukkan bahwa Paulus seorang penganut agama rahasia sekarang dianggap palsu. Umpamanya, gelar "Tuhan" yang dipakai untuk Yesus, sekarang ternyata diambil bukan dari agama- agama rahasia melainkan dari Perjanjian Lama. Pengakuan iman Kristen "semoga Tuhan kita datang" (yang ditulis dalam bentuk Aram, Maranata; 1Korintus 16:23) menunjukkan bahwa jemaat mula-mula di Yerusalem -- satu-satunya jemaat yang berbahasa Aram -- rupanya telah memberikan gelar itu kepada Yesus jauh sebelum munculnya Paulus.

  • Apa yang mengesankan bagi dunia kafir bukanlah kemiripan agama Kristen dengan agama-agama lain, melainkan perbedaannya. Tuduhan yang paling sering dilontarkan terhadap orang-orang Kristen adalah mereka ateis, sebab tidak mau mengakui ilah-ilah lain.

Tentu Paulus mengenal agama-agama rahasia, dan kemiripannya dengan agama Kristen. Mereka menceritakan tentang dewa-dewa yang turun dalam bentuk manusia; tentang keselamatan sebagai "mati" terhadap hidup yang lama; tentang seorang dewa yang memberikan hidup kekal; dan tentang dewa penyelamat yang dipanggil "tuhan". Ada kemungkinan Paulus, yang siap "menjadi segala-galanya bagi semua orang" (1Korintus 9:22), kadang-kadang dengan sengaja memakai ragam bahasa mereka. Tetapi kemungkinan besar ia memakainya secara tidak sadar. Sebab orang-orang terpelajar dari zamannya memakai bahasa agama-agama rahasia dengan mudah dan tanpa ikatan, sama seperti kita sering memakai bahasa astrologi populer dewasa ini. Paulus tidak menunjukkan bahwa ia memiliki pengetahuan secara rinci tentang agama-agama rahasia. Ia tidak pernah menyebut upacara-upacara mereka secara jelas.

Latar belakang Paulus meliputi tiga dunia pemikiran: dunia Yahudi, dunia Yunani, dan dunia agama rahasia. Masing-masing dunia ini dapat memberikan sekadar keterangan tentang kepribadian dan pengajarannya. Tetapi kita akan khilaf bila menganggap Paulus hanyalah produk alami dari lingkungan kebudayaannya. Ia menganggap dirinya sendiri terutama sebagai "seorang di dalam Kristus" (2Korintus 12:2) atau seorang Kristen. Apa pun yang diperolehnya dari sumber sumber lain, ia mengakui bahwa Tuhannya yang baru mempunyai kuasa yang melebihi mereka semua, dan demi Kristus ia menganggap yang lainnya sebagai "sampah" (Filipi 3:8).

OKB-Referensi 02a

Pelajaran 02 | Pertanyaan 02 | Referensi 02b

Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB)
Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Ibadah dan Persekutuan
Kode Pelajaran : OKB-R02a

Referensi OKB-R02a diambil dari:

Judul Buku : THE PURPOSE DRIVEN LIFE
Judul Artikel : Penyembahan yang Menyenangkan Allah
Pengarang : Rick Warren
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 2004
Halaman : 113 - 119

REFERENSI PELAJARAN 02a - PENYEMBAHAN YANG MENYENANGKAN ALLAH"

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Markus 12:30

Allah Menginginkan Segenap Diri Anda

Allah tidak menginginkan sebagian dari hidup Anda. Dia meminta segenap hati Anda, segenap jiwa Anda, segenap akal budi Anda, dan segenap kekuatan Anda. Allah tidak tertarik pada komitmen separuh hati, ketaatan sebagian, dan sisa-sisa waktu dan uang Anda. Dia menginginkan pengabdian penuh Anda, bukan sedikit dari kehidupan Anda.

Seorang wanita Samaria pernah mencoba untuk berdebat dengan Yesus tentang waktu, tempat dan gaya penyembahan yang terbaik. Yesus menjawab bahwa masalah-masalah ekstern ini tidaklah penting. Di mana Anda menyembah tidaklah sepenting mengapa Anda menyembah dan seberapa banyak dari diri Anda yang Anda persembahkan kepada Allah ketika Anda menyembah. Ada cara yang benar dan salah dalam menyembah. Alkitab berkata, "Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya." (Ibrani 12:28) Jenis penyembahan yang menyenangkan Allah memiliki empat karakteristik:

Allah senang bila penyembahan kita tepat. Orang sering kali berkata, "Saya suka berpikir tentang Allah sebagai...," lalu mereka meyampaikan gagasan mereka tentang jenis Allah yang ingin mereka sembah. Tetapi kita tidak bisa sekadar menciptakan sendiri gambar yang menyenangkan atau benar secara politis tentang Allah dan menyembahnya. Itu merupakan penyembahan berhala.

Penyembahan harus didasarkan pada kebenaran Alkitab, bukan pendapat kita mengenai Allah. Yesus berkata kepada wanita Samaria itu, "Penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian." (Yohanes 14:3)

"Menyembah dalam kebenaran" berarti menyembah Allah sebagaimana Dia benar-benar dinyatakan di dalam Alkitab.

Allah senang bila penyembahan kita bersifat otentik. Ketika Yesus berkata Anda harus "menyembah dalam roh," Dia bukan menunjuk pada Roh Kudus, tetapi pada roh Anda. Diciptakan menurut gambar Allah, Anda adalah roh yang berdiam di dalam satu tubuh, dan Allah merancang roh Anda untuk berkomunikasi dengan Dia. Penyembahan adalah roh Anda menanggapi Roh Allah.

Ketika Yesus berkata, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu" yang Dia maksudkan adalah penyembahan haruslah sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Penyembahan bukanlah sekadar mengucapkan kata-kata yang tepat; Anda harus bersungguh- sungguh dengan apa yang Anda katakan. Pujian yang tidak sungguh- sungguh bukanlah pujian sama sekali! Pujian tersebut tidak bernilai, sebuah hinaan kepada Allah.

Ketika kita menyembah, Allah melihat melewati kata-kata kita ke sikap hati kita. Alkitab berkata, "Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1Samuel 16:7b)

Karena penyembahan meliputi keadaan senang akan Allah, penyembahan melibatkan emosi Anda. Allah memberi Anda emosi sehingga Anda bisa menyembah-Nya dengan perasaan yang dalam, tetapi emosi-emosi tersebut haruslah sungguh-sungguh, bukanlah pura-pura. Allah membenci kemunafikan. Dia tidak menginginkan kecakapan membuat pertunjukkan atau kepura-puraan atau kepalsuan di dalam penyembahan. Dia menginginkan kejujuran Anda, kasih yang sesungguhnya. Kita bisa menyembah Allah secara tidak sempurna, tetapi kita tidak bisa menyembah Dia secara tidak tulus.

Memang, ketulusan saja tidaklah cukup; Anda bisa saja secara tulus melakukan kesalahan. Itu sebabnya baik roh maupun kebenaran diperlukan. Penyembahan harus tepat dan otentik. Penyembahan yang menyenangkan Allah sangat berkaitan dengan emosi dan doktrin. Kita menggunakan hati kita dan juga kepala kita.

Sekarang ini banyak orang yang menyamakan rasa tergerak oleh musik dengan rasa tergerak oleh Roh, padahal ini tidaklah sama. Penyembahan sejati terjadi ketika roh Anda menanggapi Allah, bukan menanggapi bunyi musik tertentu. Sebetulnya, beberapa lagu yang sentimental dan introspektif menghalangi penyembahan karena lagu-lagu tersebut memindahkan focus kita dari Allah ke perasaan kita. Gangguan terbesar Anda di dalam penyembahan adalah diri Anda sendiri, yaitu berbagai kepentingan Anda dan kekhawatiran Anda atas apa pandangan orang lain tentang Anda.

Orang-orang Kristen sering kali berbeda tentang cara yang paling tepat atau otentik untuk mengekspresikan pujian kepada Allah, tetapi pendapat-pendapat ini biasanya hanya menunjukkan perbedaan kepribadian dan latar belakang. Banyak bentuk pujian disebutkan di dalam Alkitab, di antaranya membuat pengakuan, menyanyi, bersorak, berdiri sebagai penghormatan, berlutut, menari, membuat sorak sukacita, bersaksi, memainkan alat-alat musik, dan mengangkat tangan. (Ibrani 13:15; Mazmur 7:17; Ezra 3:11; Mazmur 149:3; 150:3; Nehemia 8:6) Gaya penyembahan terbaik adalah penyembahan yang secara paling otentik menunjukkan kasih Anda kepada Allah, berdasarkan latar belakang dan kepribadian yang Allah berikan kepada Anda.

Teman saya Gary Thomas memperhatikan bahwa banyak orang Kristen tampaknya terjebak dalam suatu situasi penyembahan, yaitu rutinitas yang tidak memuaskan, dan bukan memiliki persahabatan yang menyenangkan dengan Allah, karena mereka memaksa diri untuk menggunakan metode-metode atau gaya penyembahan yang tidak sesuai dengan cara di mana Allah secara unik membentuk mereka.

Gary bertanya-tanya, Jika Allah dengan sengaja menjadikan kita semua berbeda, mengapa setiap orang diharapkan untuk mengasihi Allah dengan cara yang sama? Ketika Gary membaca buku-buku klasik Kristen dan mewawancarai orang-orang Kristen dewasa, Gary menemukan bahwa orang- orang Kristen telah menggunakan banyak cara yang berbeda selama 2.000 tahun untuk menikmati keakraban dengan Allah: kegiatan di luar gedung, belajar, menyanyi, membaca, menari, menciptakan seni, melayani orang lain, menjalani kesunyian, menikmati persekutuan, dan ikut serta dalam banyak kegiatan lainnya.

Dalam bukunya Sacred Pathways, Gary menyebut sembilan cara orang-orang mendekat kepada Allah: Kaum Naturalis sangat terinspirasi untuk mengasihi Allah di luar gedung, dengan latar belakang yang alami. Kaum Sensate mengasihi Allah dengan indera (senses) mereka dan menghargai ibadah penyembahan yang indah melibatkan pandangan, pengecap, penciuman, dan sentuhan mereka, bukan hanya telinga mereka. Kaum tradisionalis semakin dekat dengan Allah melalui upacara-upacara, liturgi-liturgi, simbol-simbol, dan struktur-struktur yang tidak berubah. Kaum Askese lebih suka mengasihi Allah dalam kesunyian dan kesederhanaan. Kaum Aktivis mengasihi Allah lewat tindakan melawan kejahatan, memerangi ketidakadilan, dan bekerja untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik. Kaum Pemerhati mengasihi Allah dengan mengasihi sesama dan memenuhi kebutuhan mereka. Kaum Antusias mengasihi Allah melalui perayaan. Kaum Kontemplatif (Meditatif) mengasihi Allah lewat pemujaan. Kaum Intelektual mengasihi Allah dengan belajar melalui pikiran-pikiran mereka.

Tidak ada satu pendekatan "yang cocok untuk semua ukuran orang" dalam menyembah dan bersahabat dengan Allah. Satu hal yang pasti: Anda tidak mendatangkan kemuliaan bagi Allah dengan mencoba menjadi orang yang Allah tidak pernah maksudkan untuk menjadikan Anda seperti itu. Allah ingin agar Anda menjadi diri Anda sendiri: Itulah orang-orang yang Bapa cari: yakni orang-orang yang menjadi diri sendiri secara apa adanya dan jujur di hadapan Dia dalam penyembahan mereka." (Yohanes 4:23)

Allah senang bila penyembahan kita melibatkan akal budi. Perintah Yesus untuk "kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap akal, budimu" diulangi empat kali dalam Perjanjian Baru. Allah tidak senang jika orang menyanyikan lagu-lagu tanpa pikiran, memanjatkan doa-doa klise yang rutin, atau mengucapkan "Puji Tuhan," secara sembarangan karena kita tidak bisa memikirkan hal lain untuk dikatakan pada saat itu. Jika penyembahan tidak melibatkan akal budi, penyembahan itu tidak bermakna. Anda harus melibatkan akal budi Anda.

Yesus menyebut penyembahan yang tanpa akal sebagai "pengulangan yang sia-sia." (Matius 6:7). Bahkan istilah-istilah alkitabiah bisa menjadi klise-klise yang membosankan karena digunakan berulangulang, dan kita berhenti berpikir tentang maknanya. Jauh lebih mudah memberikan klise- klise dalam penyembahan daripada berusaha menghormati Allah dengan kata-kata dan cara-cara yang segar. Itu sebabnya saya mendorong Anda untuk membaca Alkitab di dalam berbagai terjemahan dan parafrase. Hal ini akan memperluas ekspresi Anda dalam penyembahan.

Cobalah memuji Allah tanpa menggunakan kata-kata puji, haleluyah, syukur, atau amin. Bukannya mengatakan, "Kami hanya ingin memuji-Mu," buatlah daftar kata yang memiliki makna sama dan gunakan kata-kata baru seperti mengagumi, menghargai, meninggikan, dan menghormati.

Juga, jadilah spesifik. Jika seseorang mendekati Anda dan nengucapkan, "Aku memujimu!" sepuluh kali, Anda mungkin akan berpikir, Untuk apa? Anda lebih suka menerima dua pujian yang spesifik daripada dua puluh pernyataan umum yang tidak jelas. Begitu juga dengan Allah.

Gagasan lainnya adalah membuat daftar nama-nama Allah yang berbeda dan pusatkan perhatian pada nama-nama tersebut. Nama-nama Allah bukannya tanpa makna; nama-nama tersebut memberi tahu kita tentang aspek-aspek berbeda dari karakter-Nya. Dalam Perjanjian Lama, Allah sedikit demi sedikit menyatakan Diri-Nya kepada bangsa Israel dengan memperkenalkan nama-nama baru untuk Diri-Nya sendiri, dan Dia memerintahkan kita untuk memuji nama-Nya.

Allah juga ingin agar pertemuan-pertemuan ibadah bersama kita menggunakan akal budi. Paulus memberikan satu pasal seluruhnya untuk hal ini dalam 1Korintus 14 dan menyimpulkan, "Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur." (1Korintus 14:40)

Sehubungan dengan hal ini, Allah menekankan agar ibadah penyembahan kita bisa dipahami oleh orang-orang yang belum percaya ketika mereka hadir dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita. Paulus mengatakan, "Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan "amin" atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya." (1Korintus 14:16-17). Peka terhadap orang- orang belum percaya yang menghadiri pertemuan-pertemuan ibadah Anda adalah perintah yang alkitabiah. Mengabaikan perintah ini merupakan ketidaktaatan dan ketiadaan kasih.

Allah senang bila penyembahan kita bersifat praktis. Alkitab berkata, "Demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Mengapa Allah menginginkan tubuh Anda? Mengapa Dia tidak berkata, "Persembahkan rohmu"? Karena tanpa tubuh, Anda tdak bisa melakukan apapun di dunia ini. Dalam kekekalan, Anda akan menerima tubuh baru yang sudah disempurnakan dan lebih baik, tetapi sementara Anda di dunia, Allah berkata, "Berikan kepada-Ku apa yang kamu miliki!" Dia hanyalah bersikap praktis dalam soal penyembahan.

Anda pernah mendengar orang berkata, "Saya tidak bisa datang ke pertemuan nanti malam, tetapi saya akan bersamamu di dalam roh." Tahukah Anda apa artinya? Tidak ada arti. Kalimat tersebut tidak memiliki makna! Selama Anda di bumi, roh Anda hanya bisa berada di tempat tubuh Anda berada. Jika tubuh Anda tidak ada, Anda juga tidak ada.

Dalam penyembahan kita harus "mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup." Nah, kita biasanya mengaitkan konsep "persembahan" dengan sesuatu yang mati, tetapi Allah ingin agar Anda menjadi persembahan yang hidup. Dia ingin agar Anda hidup bagi Dia! Namun, masalah dengan persembahan yang hidup adalah bahwa persembahan itu bisa merangkak keluar dari mezbah, dan kita sering kali melakukannya. Kita bernyanyi, "Lasykar Kristen Maju" pada hari Minggu, kemudian pergi keluar tanpa izin pada hari Senin."

Dalam Perjanjian Lama, Allah senang pada banyak kurban persembahan karena kurban-kurban itu memberitakan sebelumnya tentang kurban Yesus bagi kita di kayu salib. Sekarang Allah senang dengan berbagai kurban persembahan yang berbeda: ucapan syukur, pujian, kerendahan hati, pertobatan, persembahan uang, doa, melayani orang lain, dan berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan. (Mazmur 50:14; Ibrani 13:15; Mazmur 51:17; 54:6; Filipi 4:18; Mazmur 141:2; Ibrani13:16; Markus 12:33; Roma 12:1)

Penyembahan yang sejati membutuhkan pengorbanan. Daud menyadari hal ini dan berkata: "Aku tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, kurban bakaran dengan tidak membayar apa-apa." (2Samuel 24:24)

Salah satu pengorbanan yang dituntut dari kita dalam penyembahan adalah sikap mementingkan diri kita. Anda tidak mungkin meninggikan Allah dan diri Anda sendiri pada saat yang bersamaan. Anda tidak menyembah untuk dilihat oleh orang lain atau untuk menyenangkan diri Anda sendiri. Anda dengan sadar memindahkan fokus dari diri Anda sendiri.

Ketika Yesus berkata, "Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap kekuatanmu" Dia menunjukkan bahwa penyembahan membutuhkan usaha dan tenaga. Penyembahan tidak selalu menyenangkan atau enak, dan kadang- kadang penyembahan benar-benar merupakan tindakan berdasarkan kehendak, kurban dengan suka rela. Penyembahan pasif merupakan sesuatu yang bertentangan.

Ketika Anda memuji Allah meskipun Anda tidak merasa ingin melakukannya, ketika Anda bangun untuk beribadah saat Anda letih, atau ketika Anda menolong orang lain saat Anda lelah, Anda mempersembahkan kurban penyembahan kepada Allah. Ini menyenangkan Allah.

Matt Redman, seorang pemimpin penyembahan di Inggris, bercerita bagaimana gembala sidangnya mengajar gerejanya tentang makna sesungguhnya dari penyembahan. Untuk menunjukkan bahwa penyembahan lebih dari sekadar musik, sang gembala sidang melarang semua nyanyian di dalam ibadah mereka untuk beberapa waktu sementara mereka belajar menyembah dengan cara lain. Menjelang akhir dari waktu tersebut, Matt menulis lagu klasik "Heart of Worship":

Aku akan membawa bagi-Mu lebih dari sekadar lagu,
karena lagu itu sendiri bukanlah apa yang Engkau tuntut.
Engkau mencari jauh lebih dalam
daripada hal-hal yang tampak.
Engkau melihat ke dalam lubuk hatiku.

Inti masalahnya adalah masalah hati.

OKB-Referensi 05a

Pelajaran 05 | Pertanyaan 05 | Referensi 05b | Referensi 05c

Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB)
Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Memberi dan Menggunakan
Waktu
Kode Pelajaran : OKB-R05a

Referensi OKB-R05a diambil dari:

Judul Buku : MEMBERI SECARA KRISTEN
Judul Artikel : Mengapa Kita Memberi?
Penulis : V.S. Azariah
Penerbit : Bpk Gunung Mulia, Jakarta, 1982
Halaman : 15 - 20

REFERENSI PELAJARAN 05a - MENGAPA KITA MEMBERI?

Jika kita telah mengumpulkan uang, jika pengumpulan derma telah selesai, pasar-derma telah habis, maka pertanyaan kita yang pertama ialah : "Nah, berapakah hasilnya?" Kitab Injil menghadapkan, kita kepada pertanyaan "Mengapa engkau memberi?"

Sebelum orang-orang Yahudi mulai makan, mereka mengucapkan dahulu ayat yang pertama dari Mazmur 24: "Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya." Dengan demikian mereka selalu ingat bahwa makanan, roti atau nasi, itu suatu keajaiban suatu pemberian Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Tuhan adalah Sang Pencipta.

Oleh karena itu Tuhan adalah Pemberi juga. Hanya yang mempunyai sesuatulah yang dapat memberi sesuatu. Tuhan adalah satu-satunya pemilik segala sesuatu dan karena itu Dialah juga yang menjadi Pemberi. Waktu Daud berterima kasih kepada Tuhan atas segala apa yang telah terkumpul untuk mendirikan rumah kebaktian ia mengucapkan: "Kepunyaan-Mulah, o, Tuhan, segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Siapakah kami ini yang mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini. Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu (bnd. 1Tawarikh 29:11,12,14).

Tidak dapat lebih jelas lagi. Semua yang pernah kita terima datangnya dari Tuhan. Setiap hari ada suatu pemberian dari tangan Tuhan. Setiap hari kita diberi hidup sekali lagi sebagai suatu pemberian. Paulus bersabda kepada orang Yunani di Athena, demikian "Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada." (Kisah Para Rasul 17:28). Jika kita setelah 25 atau 30 tahun mengundurkan diri dari pekerjaan, kita ingin mengenangkan kembali hidup yang berguna. Sehabis bekerja keras sepanjang hari kadang-kadang kita dapat beristirahat di kursi dengan muka yang membayangkan kepuasan hati. Jika segala sesuatu dapat berjalan seperti yang kita harapkan, kita merasa sangat senang. Itu baik sekali asal kita tahu bahwa adanya kita di dunia ini hanya karena Tuhan.

Tuhan adalah juga Pembebas. Sebab baru saja kita menerima dunia ini dengan segala isinya dari Tuhan untuk diusahakan kita sudah berkata: "Bagus, jadi ini semua kepunyaan kita." Akan kita urus sendiri lebih lanjut. Untuk itu kita tidak memerlukan Tuhan lagi. Dengan mudah kita membelakangi Tuhan dan mengira bahwa kita dapat membereskan dunia ini. Dan secara jujur, kita ini memang sukar diajar. Sebab setelah 20 abad lamanya kita masih mempunyai pendapat bahwa jika kita semua mau berusaha sekeras-kerasnya, kita dapat membereskan dunia bersama-sama. Untuk itu kita tidak membutuhkan Tuhan.

Tapi Tuhan telah menghindarkan kita karena kasih-Nya yang tidak terhingga itu dari pikiran yang salah yang hanya dapat mengakibatkan kematian saja dengan mengutus Yesus Kristus ke dunia.

Seperti Ia telah melepaskan orang Israel dari padang gurun dan memberi mereka tanah Kanaan, begitu pulalah Ia melepaskan kita dari padang gurun yang telah kita buat sendiri dari dalam hidup ini. Dengan perantaraan Yesus Kristus Ia mau mengaku kita lagi sebagai anak-anak- Nya sebagai milik-Nya. Saya baca dalam Katekismus "Inilah satu-satunya penghibur hati dalam hidup dan di akhirat bahwa saya dalam hidup tidak ditinggalkan seorang diri melainkan menjadi milik Yesus Kristus, Juruselamat saya yang setia."

Jika ini belum jelas, kita tinggalkan dahulu buku kwitansi dan dompet tertutup. Tuhan tidak menghitung dengan angka dengan 5 atau 6 nol. Tuhan berhitung dengan hati. Tuhan tidak mencintai orang yang banyak memberi melainkan orang yang memberi dengan suka hati. Artinya orang yang dengan tenang datang kepada Tuhan dengan membawa segaia yang ada padanya serta berkata: "Tuhan, semua ini kepunyaan-Mu, Engkau yang telah memberikannya kepadaku, karena Yesus Kristus telah melepaskan aku dari diriku sendiri maka aku tahu sekarang, apa yang harus kupersembahkan kepada-Mu."

Jadi jika ada orang bertanya: ya mengapa aku harus memberi? Jawabnya mudah saja: karena Tuhan itu Pencipta, karena Tuhan itu Pemberi, dan karena Tuhan telah mengaruniai kita. Dan kesimpulannya ialah, bahwa kita akan mengasihi Tuhan dengan seluruh hati kita, dengan seluruh jiwa kita dan dengan seluruh akal budi kita dan sesama kita seperti diri sendiri.

Itu tidak mudah, tetapi Kristus tahu siapa kita ini. Jika kita sebenarnya tidak menghendaki menjadi sesuatu, maka kita menyembunyikan diri di balik berbagai-bagai pertanyaan: "Siapakah Tuhan itu, siapakah sesama kita, apakah mengasihi itu?" Oleh karena itu Ia memberi contoh- contoh yang praktis kepada kitsa dengan jalan perumpamaan.

  1. Pertama Ia menceritakan tentang seorang petani yang kaya yang mempunyai tanah luas dan yang pada suatu ketika hasil panenannya terlalu banyak sehingga timbul pikirannya: "Apakah perlunya aku bingung. Kuperluas lumbung-lumbungku dan kusimpan semua itu dan aku tinggal hidup bersenang." Tetapi Tuhan bersabda: "Congkak benar orang ini, malam ini juga nyawanya akan dituntut daripadanya dan siapa yang akan menikmati semua itu, ia tidak akan tahu " (bnd Lukas 12:13-21) .

    Guna menghindarkan kesalah-pahaman: Tuhan tidak benci kepada orang kaya. Tuhan itu bukan hanya Tuhan bagi orang miskin. la pun bukan pula hanya Tuhan bagi orang kaya. Tuhan adalah Bapa semua umat manusia. Dan dalam perumpamaan itu Ia memberi ingat kepada kita terhadap kelobaan. Kita semua mempunyai keinginan untuk mengumpulkan dan menimbun. Yang seorang untuk hari tuanya. Yang lain untuk dapat berbelanja banyak dan supaya dapat hidup senang. Yang lain lagi ingin memberikan pendidikan tinggi kepada anak-anaknya. Kelirukah itu! Halnya itu sendiri tidak salah. Hanya Tuhan ingin memperingatkan kita bahwa hal itu bukannya hal yang terpenting dalam hidup kita. Ada orang-orang yang terlalu mementingkan usaha dan pekerjaannya sehingga ia tidak tahu lagi bahwa pekerjaan itu hanya merupakan suatu syarat saja untuk dapat mencapai tujuan. Petani tersebut tadi tidak tahu lagi bahwa Tuhanlah yang memberi, bahwa Tuhan yang menentukan apa yang telah la berikan; uang, hasil bumi dan akhirnya juga nyawanya. Oleh karena itu hartanya merintangi dia. Itulah yang menyebabkan kematiannya.

  2. Dalam sebuah perumpamaan lain. Kristus menceriterakan tentang seorang juru kunci yang menggelapkan uang yang mengacaukan uang tuannya. Tetapi ada orang-orang memberitahukan hal itu kepada tuannya dan tuan itu memutuskan akan memecat pegawai tadi. Tetapi sebelum memberi pertanggungan jawab kepada tuannya pikir juru kunci itu, "ini adalah kesempatan yang baik untuk menolong diriku." Orang-orang yang berutang diberinya kesempatan untuk mengubah perjanjiannya, bahwa mereka boleh membayar kurang. Jika ia sekarang menolong mereka, nanti apabila ia dipecat tentulah mereka mau menolong dia. Kepada orang yang berhutang 100 kaleng minyak ia berkata: "Coretlah itu semuanya dan tulislah 50 kaleng." Dengan demikian ia berusaha untuk menutupi kelebihan uang yang dipungutnya.

    Dan anehnya Yesus Kristus memuji juru kunci itu karena ia telah berbuat cerdik sekali. Sebab Ia bersabda: "Orang ini telah mempergunakan kesempatan yang diberikan oleh tuannya kepadanya untuk menolong dirinya. Karena anak-anak dunia ini terlebih cerdik di dalam pergaulannya daripada anak-anak terang." (bnd. Lukas 16:1-15).

    Di sini Kristus tidak berkata, bahwa kita boleh berbuat curang untuk dapat menolang diri. Sebaliknya, setelah perumpamaan itu Ia memberi ingat kepada kita supaya berlaku jujur terhadap harta milik orang lain. Itu bukan suatu peringatan yang tidak perlu. Tidak jarang kita mendengar bahwa sebuah koperasi gagal karena orang yang dipercaya mengurus keuangan bermain curang atau uang itu dibelanjakannya untuk diri sendiri. Hampir tiap hari kita membaca dalam surat kabar bahwa ada orang dipecat dari jabatannya karena mempergunakan uang jawatan bagi kepentingannya sendiri atau main curang mengenai bahan-bahan.

    Janganlah kita lalu menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata: "Ah, orang-orang jahat!" Sebab kita sendirilah juru kunci yang korup itu. Yang dimaksud oleh Yesus Kristus tidak lain ialah saudara dan saya, bukan orang lain. Kita menerima dari Tuhan yang seorang banyak yang lain hanya sedikit. Tetapi kita menerimanya sebagai barang yang harus kita urus sebagai barang pinjaman supaya dapat kita pergunakan dalam berbakti kepada Tuhan dan untuk sesama manusia. Dan apakah yang kita perbuat dengan itu? Berterima kasih pun kita tidak tahu. Kita terima itu semuanya dan berkata "Nah, kita pergunakan dengan sekehendak hati kita sendiri! Oleb karena itu Tuhan akan memecat kita dan kita harus memberikan pertanggungan jawab tentang apa yang telah kita perbuat dengan barang-barang itu. Tuhan memuji juru kunci itu karena ia sungguh-sungguh mencari pemecahan entah bagaimana caranya. Tetapi kita, kita berjalan terus dengan tak peduli, meskipun kita telah mendapat penerangan meskipun Tuhan telah menunjukkan kepada kita jalan yang benar, bagaimana kita harus msnggunakan waktu kita, uang kita, ya hidup kita, untuk kemuliaan-Nya.

  3. Apakah yang harus kita kerjakan? "Juallah harta milikmu," sabda Kristus, "untuk dibagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkannya. Dan dengan jalan demikian kumpulkanlah sebuah modal yang tiada berkesudahan di surga. Disana tidak ada pencuri yang akan mengambilnya, di sana tidak ada yang akan merampoknya, dan di sana tiada ngengat membinasakannya. Sebab di mana harta bendamu kau letakkan, di situlah juga hatimu setip hari. (bnd. Lukas 12:32-34).

    Di bidang ekonomi demikian juga halnya. Orang harus menanamkan uangnya pada sesuatu jika orang ingin mendapat untung. Anehnya dalam suatu perusahaan tiap orang tahu bahwa orang harus membuang dahulu jika ingin mendapat kembali. Tetapi bagi kita masih sukar untuk percaya bahwa jika kita memberikan sesuatu karena kehendak Kristus, kita akan menjadi lebih kaya juga karenanya.

    "Tidak seorangpun," sabda Kristus, "yang tidak akan menerima kembali, jika ia menyerahkan rumah atau barang-barangnya demi Aku." Itu tidak berarti bahwa kepercayaan itu semacam perdagangan tukar menukar atau spekulasi. Orang yang berniaga tidak akan tahu sebelumnya apakah ia akan menderita kerugian atau tidak. Tetapi dalam kepercayaan orang yang mempersembahkan sesuatu tahu benar bahwa ia akan menjadi lebih kaya dalam Tuhan.

  4. "Lihatlah janda yang miskin itu," sabda Kristus, "ia memberikan dua keping uang tembaga." Jadi boleh kami katakan 2 sen! Itu tidak banyak dibandingkan dengan apa yang diberikan oleh orang-orang lain, terutama oleh para hartawan. Tetapi janda itu lebih banyak memberi karena ia memberikan semua yang ada padanya, sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya. Tuhan tidak memandang kepada apa yang kita berikan, tetapi kepada apa yang ada pada kita (Markus 12:41-44). Janda itu tidak memirkan, bagaamana ia nanti makan. Ia pun tidak bertanya, untuk apakah itu. Ia mempersembahkan kepada Tuhan dan ia percaya bahwa Tuhan akan mempergunakan uang itu untuk kebaikan.
  5. Dapat juga kita mengambil suatu pelajaran dari jemaat pertama di Yerusalem. Di dalam Kitab Kisah Para Rasuh kita baca bahwa segala barang itu menjadi milik bersama dan tidak ada seorang pun yang kekurangan, sebab tiap orang menjual barang miliknya, rumah dan tanah, dan diberikannya kepada para Rasul dan semua itu dibagi-bagikan kepada masing-masing orang menurut kebutuhannya (bnd. Kisah Para Rasul 2:44,45 )

    Sekarang saudara akan berkata: "Ya, dahulu memang dapat, tetapi sekarang sudah tak mungkin lagi." Pertama, kita harus mengerti betul- betul bahwa setiap orang bebas untuk menjual miliknya. Menurut peraturan gereja tidak seorang pun dipaksa untuk memberi. Tentang hal itu, baik dahulu maupun sekarang tetap sama. Kedua, lebih lanjut dinyatakan dalam Kisah Para Rasul, bahwa hal tersebut tak dapat langsung berjalan. Tetapi tak akan merubah prinsip utamanya. Kita bersama-sama saling bertanggung-jawab. Kita semua harus menjaga agar tak ada kekurangan. Demikian juga tentang uang. Kita bertanggung-jawab terhadap orang yang kelaparan, terhadap para korban gempa bumi dan banjir dan lain-lain.

    Apa yang kita miliki, kita sediakan untuk mereka yang tidak mempunyainya sebab semuanya itu bukan kepunyaan kita, melainkan kepunyaan Tuhan.

KRP - Referensi 03

Nama Kelas : Kehidupan Rasul Paulus
Nama Pelajaran : Perjalanan Misi Paulus yang Kedua
Kode Referensi : KRP-R03

Referensi 03 -- Perjalanan Misi Paulus yang Kedua

KRP-Referensi 03b

Pelajaran 03 | Pertanyaan 03 | Referensi 03a

Nama Kursus : KEHIDUPAN RASUL PAULUS
Nama Pelajaran : Perjalanan Misi Paulus Kedua
Kode Pelajaran : KRP-R03b

Referensi KRP-03b diambil dari:

Judul Buku : MEMAHAMI PERJANJIAN BARU
Pengarang : John Drane
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996
Halaman : 344 - 345

REFERENSI PELAJARAN 03b - PELAYANAN MISI PAULUS KEDUA

STUDI KHUSUS 21: STRATEGI PAULUS DALAM PEKABARAN INJIL

Mungkin Pauluslah misionaris Kristen yang paling berhasil sepanjang zaman. Dalam kurun waktu kurang dari satu generasi, ia mengadakan perjalanan ke seluruh wilayah dunia Laut Tengah, dan mendirikan jemaat-jemaat Kristen yang berkembang serta aktif ke mana pun ia pergi.

Apa rahasianya? Tentunya Paulus sadar bahwa ia hanya seorang pembawa berita, dan kuasa Roh Kudus sematalah yang membawa perubahan dalam kehidupan orang yang ditemuinya. Sewaktu mengingat segala penderitaan yang dialaminya, ia menggambarkan dirinya sebagai "bejana tanah liat", hanya tempat penampung sementara dari kuasa Allah sendiri (2Korintus 4:7).

Tetapi Paulus juga seorang ahli strategi yang ulung. Rutenya tidak pernah sembarangan, dan cara-cara komunikasinya didasarkan atas pengertian yang luas tentang proses orang berpikir dan mengambil keputusan.

Paulus merupakan seorang penginjil penjelajah, tetapi ia sendiri tidak pernah mengunjungi suatu daerah terpencil! Ia dapat saja menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam melintasi wilayah yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan menuju daerah-daerah terpencil. Tetapi ia tidak melakukan hal-hal itu. Sebaliknya, ia memanfaatkan jalan-jalan raya utama yang dibangun orang-orang Roma di seluruh wilayah kekaisaran mereka. Digabung dengan rute-rute pelayaran utama, jalan-jalan tersebut menghubungkan semua pusat kependudukan utama, dan tempat-tempat seperti itulah yang dikunjungi Paulus. Ia tahu bahwa ia tidak pernah dapat membawa Injil secara pribadi kepada setiap oknum di seluruh kekaisaran. Tetapi kalau ia dapat membangun kelompok-kelompok Kristen yang bersemangat di beberapa kota utama, maka mereka pada gilirannya dapat menyebarkan kabar baik sampai ke pelosok terpencil. Lagi pula, orang dari daerah pedesaan sering harus mengunjungi kota-kota terdekat, dan mereka pun dapat mendengar Injil, yang nantinya mereka sebarkan kembali ke sanak- saudara mereka. Itulah yang terjadi pada hari Pentakosta di Yerusalem, dan Paulus menyadari betapa besarnya potensi strategi ini. Sedikitnya satu jemaat yang kemudian menerima surat Paulus -- yakni Kolose -- telah dimulai seperti ini.

Paulus juga sadar diperlukannya variasi di dalam menyajikan berita Injil. Seorang pengejek pernah menyindir bahwa khotbah adalah "seperangkat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah diajukan siapa pun." Mungkin beberapa khotbah modern demikian sifatnya, tetapi khotbah-khotbah Paulus bukan demikian. Rahasia keberhasilan Yesus terletak dalam kemampuan-Nya untuk berbicara dengan orang-orang di mana pun mereka berada. Waktu di padang, Yesus berbicara tentang menanam gandum (Markus 4:1-9). Di keluarga, Ia berbicara tentang anak-anak (Matius 19:13-15). Dengan nelayan, pokok pembicaraan-Nya adalah ikan (Markus 1:14-18). Paulus bersikap sama. Ia pergi kepada orang-orang di tempat di mana mereka mau mendengar di sinagoge Yahudi, di pasar-pasar, bahkan di kuil-kuil kafir. Di sinagoge d Tesalonika, ia mulai dengan Perjanjian Lama (Kisah Para Rasul 17:2-3). Di Atena, ia mulai dengan "Allah yang tidak dikenal, yang dicari oleh orang-orang Yunani (Kisah Para Rasul 17:22-31). Di Efesus, ia bersedia terlibat dalam perdebatan di depan umum tentang makna Injil Kristen (Kisah Para Rasul 19:9).

Para pembaca modern surat-surat Paulus mungkin mengira bahwa pemberitaan Paulus dapat diringkaskan menjadi uraian yang abstrak tentang dosa, pembenaran atau penebusan. Tetapi bukan demikian cara Paulus berkhotbah. Ia mulai di tempat dimana para pendengarnya berada dan bersedia membicarakan kebutuhan-kebutuhan mereka. Kadang-kadang berkhotbah merupakan cara pendekatan yang salah -- dan Paulus serta rekan-rekannya selalu siap mendampingi orang orang dan menolong mereka dalam menghadapi kesulitan hidup sehari-hari. Itulah sebagian rahasia keberhasilan di Tesalonika: "Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya ... bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu" (1Tesalonika 2:7-8).

Sikap kepedulian terhadap orang serta keluwesan dalam pemberitaan Injil inilah yang kemudian diringkaskan Paulus dalam ucapan: "Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang... Bagi semua orang aku telah menjadi segala- galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka" (1Korintus 9:19-22).

KRP-Referensi 06a

Pelajaran 06 | Pertanyaan 06 | Referensi 06b

Nama Kursus : KEHIDUPAN RASUL PAULUS
Nama Pelajaran : Paulus di Penjara dan Akhir Hidup Paulus
Kode Pelajaran : KRP-R06a

Referensi KRP-01a diambil dari:

Judul Buku : MEMAHAMI PERJANJIAN BARU
Pengarang : John Drane
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Halaman : 400 - 402

REFERENSI PELAJARAN 06a - PAULUS DI PENJARA DAN AKHIR HIDUP PAULUS

STUDI KHUSUS 22: KAPAN PAULUS DIPENJARAKAN?

Dalam tinjauan kita tentang kehidupan Paulus dan surat-suratnya, kita telah berasumsi bahwa surat-surat Paulus dari penjara ditulis dari Roma antara tahun 60 dan 62 M. Ini satu-satunya masa pemenjaraan yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, wajarlah bila orang-orang yang membaca surat-surat Paulus sejak lama beranggapan bahwa ia menulisnya pada waktu itu.

Mengikuti pendapat profesor G. S. Duncan, beberapa ahli merasa sedikitnya satu atau dua dari empat surat itu ditulis Paulus bukan di Roma melainkan pada masa dia dipenjarakan di Efesus. Walaupun ini tidak tercatat dalam Kisah Para Rasul, pemenjaraan itu dianggap berlangsung pada waktu Paulus tinggal di Efesus selama tiga tahun. Ada banyak bukti yang mendukung hal ini.

Menjelang akhir kunjungannya ke Efesus, Paulus memberi tahu bahwa dibanding dengan pekerja-pekerja Kristen lainnya ia telah "lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara, didera di luar batas, kerap kali dalam bahaya maut" (2Korintus 11:23). Dalam 1Korintus 15:32, Paulus menulis, "Aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus." Kita telah melihat bahwa ungkapan ini bersifat kiasan dan mungkin melukiskan suatu pengadilan sebelum pemenjaraan. Paulus juga menyebut "kesukaran yang kami alami di wilayah Asia" (2Korintus 1:8), yakni provinsi Roma yang ibukotanya Efesus. Di samping itu Roma 16:7, yang ditulis tidak lama setelah Paulus meninggalkan Efesus, menyebut dua orang "yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku".

Bukti lain Paulus dipenjarakan di Efesus dapat ditemukan dalam kata- kata pengantar bahasa Latin bagi kitab-kitab Perjanjian Baru yang ditulis pada abad kedua di bawah pengaruh Marcion, seorang pemimpin aliran Gnostik. Juga Kisah Paulus yang fiktif dari abad kedua menceritakan tentang pemenjaraan Paulus di Efesus, yang diikuti dengan pertarungan dengan singa-singa di gelanggang, di mana ia luput melalui campur tangan supernatural.

Gabungan bukti dari tradisi jemaat mula-mula itu, ditambah dengan ayat-ayat dalam tulisan-tulisan Paulus sendiri yang menyebut hal ini, memperkuat dugaan bahwa Paulus pernah dipenjarakan di Efesus. Memang hal itu tidak dengan sendirinya berarti ia menulis "surat- surat penjara" dari Efesus. Tetapi ada beberapa alasan positif yang telah dikemukakan untuk mendukung pendapat tersebut.

  • Ada yang menyatakan bahwa sahabat-sahabat Paulus yang telah menghubunginya selama pemenjaraannya, lebih mungkin melakukannya di Efesus ketimbang di Roma, yang jauh dari tempat tinggal mereka. Terhadap hal ini perlu dikemukakan bahwa kita hampir-hampir tidak tahu apa-apa mengenai teman-teman Paulus ini. Namun yang paling kita kenal dari mereka, Lukas, pasti bersama Paulus di Roma menurut Kisah Para Rasul, dan bukan di Efesus.

  • Telah dikemukakan pendapat bahwa budak Filemon, Onesimus, lebih mungkin akan melarikan diri ke Efesus, yang berjarak kira-kira 130 kilometer dari rumahnya di Kolose, daripada ke Roma yang berjarak 1300 kilometer. Tetapi ini pun bukan alasan yang meyakinkan, karena pada waktu itu semua jalan raya memang menuju Roma. Seorang budak yang melarikan diri mungkin sekali akan berusaha menghilang di ibukota kerajaan daripada di sebuah kota provinsi sebesar Efesus.

  • Dari Surat Filipi kita mendapat kesan bahwa ada banyak orang yang hilir mudik dari dan ke penjara Paulus; dan Efesus lebih dekat ke Filipi dibandingkan dengan Roma. Ini sering dijadikan alasan kuat untuk menganggap bahwa Surat Filipi telah ditulis di Efesus.

  • Alasan terkuat bahwa surat-surat itu ditulis di Efesus ialah dalam surat-surat tersebut Paulus mengharapkan segera dilepaskan, dan setelah itu ia berencana mengunjungi teman-temannya di Filipi dan Kolose. Tetapi dalam Roma 15:28 ia menjelaskan bahwa setelah kunjungannya ke Yerusalem, rencananya bukan mengunjungi kembali jemaat-jemaat yang telah didirikannya sebelumnya, melainkan pergi ke Spanyol.

Jadi apa yang dapat kita simpulkan dari fakta-fakta tersebut? Hampir dapat dipastikan bahwa Paulus dipenjarakan untuk beberapa waktu lamanya ketika ia tinggal di Efesus. Mungkin sekali Surat Filipi yang menyebut adanya banyak kunjungan dari Filipi ke penjara Paulus, telah ditulis pada waktu itu. Jika benar demikian, kita harus menetapkan tahun 55 dan bukan tahun 62 M sebagai tahun penulisan Surat Filipi.

OKB-Referensi 03a

Pelajaran 03 | Pertanyaan 03 | Referensi 03b | Referensi 03c

Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB)
Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan
karunia-karunia Rohani.
Kode Pelajaran : OKB-R03a

Referensi OKB-R03a diambil dari:

Judul Buku : PURPOSE DRIVEN LIFE
Judul Artikel : Diubahkan Lewat Kebenaran
Pengarang : Rick Warren
Penerbit : Gandum Mas
Hal : 205 - 212

REFERENSI PELAJARAN 03a - DIUBAHKAN LEWAT KEBENARAN

"Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4)

"Firman kasih karunia Allah bisa membuatmu menjadi apa yang Dia inginkan dan memberimu segala sesuatu yang mungkin kamu perlukan." (Kisah Para Rasul 20:32 [Msg])

Kebenaran Mengubah Kita

Pertumbuhan rohani merupakan proses menggantikan dusta dengan kebenaran. Yesus berdoa, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman- Mu adalah kebenaran."1) Penyucian membutuhkan Penyataan Allah. Roh Allah memakai Firman Allah untuk menjadikan kita serupa dengan Anak Allah. Untuk menjadi serupa dengan Yesus, kita harus memenuhi hidup kita dengan Firman-Nya. Alkitab mengatakan, "Melalui Firman itu kita disetel dan dikembangkan untuk tugas-tugas yang Allah miliki bagi kita."2)

Firman Allah tidak seperti firman lainnya. Firman Allah itu hidup.3) Yesus berkata, "Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup."4) Ketika Allah berbicara, hal-hal berubah. Segala sesuatu di sekeliling Anda, yaitu semua ciptaan, ada karena "Allah telah berfirman." Dia memerintahkan semuanya menjadi ada. Tanpa Firman Allah Anda bahkan tidak akan hidup. Yesus menunjukkan, "Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya."5)

Alkitab jauh lebih dari sekadar sebuah buku petunjuk berisi doktrin. Firman Allah menghasilkan kehidupan, menimbulkan iman, mendatangkan perubahan, membuat Iblis takut, menyebabkan mukjizat, menyembuhkan sakit hati, membangun karakter, mengubah keadaan, memberikan sukacita, mengatasi kesusahan, mengalahkan pencobaan, memberikan pengharapan, melepaskan kuasa, menyucikan pikiran kita, menciptakan berbagai hal, dan menjamin masa depan kita selamanya! Kita tidak bisa hidup tanpa Firman Allah! Jangan pernah meremehkannya. Anda harus menganggapnya sepenting makanan bagi kehidupan Anda. Ayub berkata, "Aku menghargai Firman dari mulut-Nya lebih daripada makananku setiap hari."6)

Firman Allah merupakan gizi rohani yang harus Anda makan untuk memenuhi tujuan Anda. Alkitab disebut air susu, roti, makanan keras, dan madu.7) Empat jenis makanan ini merupakan menu Roh Kudus bagi kekuatan dan pertumbuhan rohani. Petrus memberi kita nasihat, "Rindukanlah susu rohani yang murni, sehingga olehnya kamu bertumbuh dan memperoleh keselamatanmu."8)

Tinggal dalam Firman Allah

Ada lebih banyak Alkitab yang dicetak sekarang daripada sebelumnya, tetapi sebuah Alkitab di rak tidaklah berharga. Jutaan orang percaya diserang anorexia rohani, kelaparan hingga mati karena kekurangan gizi rohani. Untuk menjadi murid Yesus yang sehat, makan dari Firman Allah haruslah menjadi prioritas utama Anda. Yesus menyebutnya "tinggal." Dia berkata, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku."9) Dalam kehidupan sehari-hari, tinggal dalam Firman Allah meliputi tiga kegiatan.

Saya harus menerima otoritas Firman Allah. Alkitab harus menjadi standar yang berotoritas bagi kehidupan saya: kompas yang saya andalkan untuk petunjuk arah, nasihat yang saya dengarkan untuk membuat keputusan-keputusan yang bijak, dan patokan yang saya gunakan untuk menilai segala sesuatu. Alkitab harus selalu merupakan penentu dalam hidup saya.

Banyak masalah kita muncul karena kita mendasarkan pilihan-pilihan kita pada berbagai otoritas yang tidak dapat diandalkan: budaya ("semua orang melakukannya"), tradisi ("kita selalu melakukannya"), nalar ("sepertinya itu masuk akal"), atau emosi ("rasanya pas"). Keempat hal ini menjadi rusak oleh peristiwa kejatuhan manusia. Apa yang kita butuhkan adalah sebuah standar yang sempurna yang tidak akan pernah membawa kita ke arah yang keliru. Hanya Firman Allah yang memenuhi kebutuhan tersebut. Salomo mengingatkan kita, "Semua firman Allah adalah murni."10) dan Paulus menjelaskan, "Segala tulisan dalam Kitab Suci merupakan Firman Allah. Semuanya berguna untuk mengajar dan membantu orang serta untuk memperbaiki kelakuan mereka dan menunjukkan kepada mereka cara untuk hidup"11)

Pada tahun-tahun pertama pelayanannya, Billy Graham mengalami suatu masa di mana dia bergumul dengan keraguan tentang keakuratan dan otoritas Alkitab. Suatu malam yang berterang bulan dia berlutut dan menangis serta berkata kepada Allah bahwa, meski ada perikol perikop yang membingungkan yang tidak dia pahami, mulai saat itu dia akan sepenuhnya mempercayai Alkitab sebagai satu-satunya otoritas bagi kehidupan dan pelayanannya. Semenjak itu, kehidupan Billy diberkati dengan kuasa dan keefektifan yang luar biasa.

Keputusan yang paling penting yang bisa Anda buat sekarang ialah menetapkan apa yang akan merupakan otoritas tertinggi bagi kehidupan Anda. Putuskan bahwa tanpa menghiraukan budaya, tradisi, nalar, atau emosi, Anda memilih Alkitab sebagai otoritas terakhir Anda. Mula-mula pastikan untuk bertanya, "Apa yang Alkitab katakan?" pada saat Anda membuat keputusan. Buatlah keputusan bahwa ketika Allah mengatakan untuk melakukan sesuatu, Anda akan mempercayai Firman Allah dan melakukannya entah itu masuk akal atau tidak atau entah Anda merasa ingin melakukannya atau tidak. Ambillah pernyataan Paulus sebagai peneguhan iman Anda secara pribadi: "Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi."12)

Saya harus menerima kebenaran Firman Allah. Tidak cukup hanya percaya Alkitab; saya harus mengisi pikiran saya dengannya sehingga Roh Kudus bisa mengubah saya dengan kebenaran itu. Ada lima cara untuk melakukan hal ini: Anda bisa menerimanya, membacanya, menelitinya, menghafalnya, dan merenungkannya.

Pertama, Anda menerima Firman Allah ketika Anda mendengarkan dan menyambutnya dengan sikap terbuka dan reseptif. Perumpamaan tentang penabur menggambarkan bagaimana sikap reseptif kita menemukan apakah Firman Allah berakar di dalam hidup kita dan menghasilkan buah atau tidak. Yesus menyebut tiga sikap yang tidak reseptif, yakni pikiran yang tertutup (tanah yang keras), pikiran yang dangkal (tanah berbatu- batu), dan pikiran yang kacau (tanah dengan semak duri), dan kemudian Dia berkata, "perhatikanlah cara kamu mendengar."13)

Setiap kali Anda merasa tidak mendapat apa-apa dari suatu khotbah atau dari seorang guru Alkitab, Anda seharusnya mengecek sikap Anda, khususnya kesombongan, karena Allah bisa berbicara bahkan melalui pengajar yang paling membosankan bila Anda bersikap rendah hati dan reseptif. Yakobus menasihati, "Terimalah dengan rendah hati (lemah lembut) perkataan yang ditanam oleh Allah di dalam hatimu, sebab perkataan itu mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan kalian."14)

Kedua, selama sebagian besar dari 2.000 tahun sejarah gereja, hanya pendeta-pendeta yang harus membaca Alkitab secara pribadi, tetapi sekarang jutaan orang bisa membacanya. Namun, banyak orang percaya lebih setia untuk membaca koran harian daripada Alkitab mereka. Tidak heran kalau kita tidak bertumbuh. Kita tidak bisa menonton televisi selama tiga jam, lalu membaca Alkitab selama tiga menit dan berharap untuk bertumbuh.

Banyak orang yang menyatakan percaya Alkitab "dari awal sampai akhir" belum pernah membacanya dari awal hingga akhir. Tetapi andaikata Anda mau membaca Alkitab lima belas menit saja sehari, Anda akan membaca dengan lengkap seluruh Alkitab sekali setahun. Jika Anda memotong satu saja program televisi yang berdurasi 30 menit setiap hari dan membaca Alkitab sebagai gantinya, Anda akan membaca seluruh Alkitab dua kali setahun.

Membaca Alkitab setiap hari akan membuat Anda tetap berada dalam jangkauan suara Allah. Itu sebabnya Allah memerintahkan raja-raja Israel untuk selalu menyimpan salinan Firman-Nya di dekat mereka: "Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya."15) Tetapi jangan hanya menaruh Alkitab di dekat Anda; bacalah dengan teratur! Sebuah peralatan sederhana yang berguna untuk ini ialah rencana bacaan Alkitab setiap hari. Rencana itu akan mencegah Anda untuk hanya melompat-lompat di seputar Alkitab secara acak dan meremehkan beberapa bagian. Jika Anda ingin sebuah salinan rencana bacaan Alkitab pribadi saya, lihatlah apendiks 2.

>Ketiga, meneliti, atau mempelajari, Alkitab adalah cara praktis lain untuk tinggal di dalam Firman. Perbedaan antara membaca dan meneliti Alkitab meliputi dua kegiatan tambahan: mengajukan pertanyaan- pertanyaan tentang teks dan menuliskan berbagai pengertian Anda. Anda belum benar-benar meneliti Alkitab sebelum Anda menulis pikiran- pikiran Anda di kertas atau komputer.

Tempat tidak memungkinkan saya untuk menjelaskan berbagai metode penelitian Alkitab. Ada beberapa buku yang berguna tentang metode- metode penelitian Alkitab, termasuk salah satu yang saya tulis lebih dari dua puluh tahun yang lalu.16) Rahasia untuk mengadakan penelitian Alkitab yang baik hanyalah belajar mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Metode yang berbeda menggunakan pertanyaan yang berbeda. Anda akan menemukan jauh lebih banyak jika Anda berhenti sebentar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti siapa? apa? kapan? di mana? mengapa? dan bagaimana? Alkitab mengatakan, "Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."17)

Cara keempat untuk tinggal dalam Firman Allah ialah dengan menghafalnya. Kemampuan Anda untuk menghafal ialah pemberian Allah. Anda mungkin mengira Anda memiliki ingatan yang lemah, tetapi yang sebenarnya ialah, Anda telah menghafal jutaan gagasan, kebenaran, fakta, dan angka. Anda mengingat apa yang penting bagi Anda. Jika Firman Allah itu penting, Anda akan menyediakan waktu untuk mengingatnya.

Ada banyak manfaat menghafal ayat-ayat Alkitab. Itu akan membantu Anda melawan pencobaan, membuat keputusan-keputusan yang bijak, mengurangi ketegangan, membangun rasa percaya diri, memberikan nasihat yang baik, dan menyampaikan iman Anda kepada orang lain."18)

Ingatan Anda seperti otot. Semakin Anda menggunakannya, semakin kuat ia jadinya, dan menghafal ayat akan menjadi lebih mudah. Anda bisa memulai dengan memilih beberapa ayat Alkitab dari buku ini yang telah menyentuh perasaan Anda dan menuliskannya di atas sebuah kartu kecil yang bisa Anda bawa. Kemudian ulangilah keras-keras sepanjang hari Anda. Anda bisa menghafalkan ayat di manapun: sementara bekerja atau berolah raga atau berkendara atau menanti atau akan tidur. Ketiga kunci untuk menghafal ayat adalah mengulang, mengulang, dan mengulang! Alkitab berkata, "Ingatlah akan apa yang diajarkan oleh Kristus dan biarlah perkataan-Nya memperkaya hidup saudara serta menjadikan saudara bijaksana."19)

Cara kelima untuk tinggal di dalam Firman Allah ialah merenungkannya, yang Alkitab sebut "renungan" (meditation). Bagi banyak orang, ide tentang merenungkan menghasilkan gambaran-gambaran tentang menetralkan pikiran Anda dan membiarkannya mengembara. Ini jelas-jelas bertentangan dengan merenungkan yang alktiabiah. Merenungkan adalah cara berpikir yang difokuskan. Ini membutuhkan usaha yang sungguh- sungguh. Anda memilih sebuah ayat dan merenungkannya berulang-ulang kali dalam pikiran Anda.

Seperti yang saya sebutkan dalam bab 11, jika Anda mengetahui cara untuk khawatir, maka Anda telah mengetahui cara untuk merenung. Khawatir adalah Cara berpikir yang difokuskan pada sesuatu yang negatif. Merenungkan ialah melakukan hal yang sama, hanya yang difokuskan adalah Firman Allah dan bukannya masalah Anda.

Tidak ada kebiasaan lain yang bisa lebih berhasil mengubah kehidupan Anda dan menjadikan Anda lebih serupa dengan Yesus ketimbang kebiasaan merenungkan Alkitab setiap hari. Ketika kita mengambil waktu untuk merenungkan kebenaran Allah, sambil dengan sungguh-sungguh merenungkan teladan Kristus, kita "diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar."20)

Jika Anda melihat setiap kali Allah berbicara perihal merenungkan di dalam Alkitab, Anda akan kagum pada manfaat-manfaat yang telah Dia janjikan kepada orang-orang yang mengambil waktu untuk merenungkan Firman-Nya sepanjang hari. Salah satu alasan mengapa Allah menyebut Daud "seorang yang berkenan di hati-Ku."21) adalah karena Daud senang merenungkan Firman Allah. Daud berkata, "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari."22) Sungguh-sungguh merenungkan kebenaran Allah merupakan kunci bagi doa yang dikabulkan dan rahasia bagi kehidupan yang berhasil.23)

Saya harus menerapkan prinsip-prinsipnya. Menerima, membaca, meneliti, menghafal, dan merenungkan Firman akan sia-sia jika kita gagal mempraktikkannya. Kita harus menjadi "pelaku firman"24) Inilah langkah tersulit dari semuanya, karena Iblis melawannya dengan keras. Iblis tidak peduli Anda pergi ke pendalaman Alkitab selama Anda tidak melakukan apapun dengan apa yang Anda pelajari.

Kita membodohi diri kita sendiri bila kita mengira bahwa hanya karena kita telah mendengar atau membaca atau meneliti sebuah kebenaran berarti, kita telah menghayatinya. Sesungguhnya, Anda bisa begitu sibuk pergi ke kelas atau seminar atau pertemuan Alkitab berikutnya sehingga Anda tidak memiliki waktu untuk menerapkan apa yang telah Anda pelajari. Anda melupakannya pada saat Anda pergi untuk pendalaman berikutnya. Tanpa penerapan, semua pendalaman Alkitab kita sia-sia. Yesus mengatakan, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu."25) Yesus juga menunjukkan bahwa berkat Allah datang karena orang menaati kebenaran, bukan hanya mengetahuinya. Dia berkata, "Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya."26)

Alasan lain mengapa kita menghindari penerapan pribadi ialah karena hal tersebut bisa sulit atau bahkan menyakitkan. Kebenaran akan membebaskan Anda, tetapi mula-mula kebenaran tersebut mungkin membuat Anda tidak senang! Firman Allah menyingkapkan berbagai motif kita, menunjukkan kesalahan-kesalahan kita, menegur dosa-dosa kita, dan berharap agar kita berubah. Menentang perubahan merupakan sifat manusia, karena itu menerapkan Firman Allah merupakan kerja keras. Itulah sebabnya, sangat penting untuk membicarakan penerapan pribadi Anda dengan orang lain.

Tidak berlebihan kalau saya menekankan pentingnya menjadi anggota dari sebuah kelompok kecil diskusi pendalaman Alkitab. Kita selalu belajar dari orang lain kebenaran-kebenaran yang tidak pernah bisa kita pelajari sendiri. Orang lain akan membantu Anda melihat pengertian- pengertian yang bisa terlewatkan oleh Anda dan membantu Anda menerapkan kebenaran Allah dengan suatu cara yang praktis.

Cara terbaik untuk menjadi seorang "pelaku Firman" ialah selalu menulis langkah tindakan sebagai hasil dari pembacaan atau pengalaman atau perenungan Anda atas Firman Allah. Kembangkan kebiasaan untuk menulis apa tepatnya yang Anda ingin lakukan. Langkah tindakan ini seharusnya bersifat pribadi (melibatkan Anda), praktis (sesuatu yang bisa Anda kerjakan), dan bisa dibuktikan (dengan sebuah batas waktu untuk melakukannya). Setiap penerapan akan meliputi hubungan Anda dengan Allah, hubungan Anda dengan orang lain, atau karakter pribadi Anda.

Sebelum Anda membaca bab berikutnya, gunakan sedikit waktu untuk berpikir tentang pertanyaan ini: Apakah yang Allah sudah suruh Anda lakukan dalam Firman-Nya, tetapi belum mulai Anda kerjakan? Kemudian tuliskan beberapa pernyataan tindakan yang akan membantu Anda bertindak berdasarkan apa yang Anda ketahui. Anda bisa memberi tahu seorang kawan yang bisa meminta pertanggungjawaban Anda. Seperti yang dikatakan oleh D.L. Moody, "Alkitab bukan diberikan untuk meningkatkan pengetahuan kita, melainkan untuk mengubah hidup kita."

OKB-Referensi 06c